Kerangka Pemikiran Model penyediaan air bersih berkelanjutan di pulau kecil (studi kasus : pulau tarakan, Kalimantan Timur).

Kepulauan Inggris. Pulau kecil menurut definisi UNESCO, adalah pulau yang mempunyai luas sama dengan atau lebih kecil dari 2.000 km 2 . Alasan pengambilan angka ini tidak dijelaskan, dan mungkin hanya suatu kesepakatan saja. Berdasarkan penjelasan dalam berbagai Undang-Undang di Indonesia, pulau kecil adalah pulau yang luasnya sama dengan atau kurang dari 2.000 km 2 , yang berarti, berdasarkan Undang-Undang, maka Pulau Alor 2.600 km 2 tidak termasuk sebagai pulau kecil. Dalam pembagian penggolongan kelas pulau kecil, baik luas teknis maupun berdasarkan Undang-Undang keduanya diadopsi, dan dimasukkan ke dalam kelas pulau kecil makro atas dengan luas 1.000 km 2 – 5.000 km 2 . Pulau kecil untuk selanjutnya dibagi dalam 9 kelompok berikut ini: 1 Pulau kecil makro atas, 1.000 km 2 – 5.000 km 2 dengan contoh Pulau Lombok 4.880 km 2 , Pulau Belitung 4.800 km 2 , Pulau Nias 4.100 km 2 , Pulau Siberut 3.300 km 2 , Pulau Alor 2.600 km 2 , Pulau Pagai Utara dan Selatan 2.200 km 2 , Pulau Simeuleu 1.400 km 2 , Pulau Batu 1.201 km 2 , Pulau Bintan 1.075 km 2 , Pulau Morotai 1.000 km 2 . 2 Pulau kecil makro menengah, dengan luas 500 km 2 – 1.000 km 2 dengan contoh Pulau Bengkalis 900 km 2 , Pulau Ambon 761 km 2 , Pulau Sipora 600 km 2 . 3 Pulau kecil makro bawah, dengan luas 100 km 2 – 500 km 2 , dengan contoh Pulau Batam 440 km 2 , Pulau Pantar 300 km 2 , Pulau Tarakan 250 km 2 , Pulau Tabuan 194 km 2 , Pulau Selaru 175 km 2 , Pulau Weh 153 km 2 . 4 Pulau kecil menengah, dengan luas 50 km 2 - 100 km 2 , dengan contoh Pulau Gag 65 km 2 . 5 Pulau kecil mikro atas, dengan luas 10 km 2 – 50 km 2 , dengan contoh Pulau Nusa Laut 36 km 2 , Pulau Nyang-Nyang 17 km 2 , Pulau Marampit 12 km 2 , Pulau Hinako 10,5 km 2 . 6 Pulau kecil mikro menengah, dengan luas 5 km 2 – 10 km 2 , dengan contoh Pulau Keramaian 10 km 2 , Pulau Fani 9 km 2 , Pulau Panjang 8 km 2 , Pulau Puhawang 7 km 2 , Pulau Taka Bonerate 5 km 2 . 7 Pulau kecil mikro bawah, dengan luas 1 km 2 – 5 km 2 , dengan contoh, Pulau Krakatau 4 km 2 , Pulau Masakambing 3 km 2 , Pulau Miangas 3,15 km 2 , Pulau Berhala 2,5 km 2 , Pulau Marore 2,15 km 2 , Pulau Pari 2 km 2 . 8 Pulau kecil mungil, dengan luas 0,5 km 2 - 1 km 2 , dengan contoh Pulau Nipa 0,6 km 2 . 9 Pulau kecil mini, dengan luas ≤ 0,5 km 2 . Pembagian lebih lanjut lagi untuk pulau kecil mini dengan uas ≤ 0,5 km 2 atau ≤ 50 ha, dibagi dalam 8 kelompok, yaitu: 1 Pulau kecil mini teratas, dengan luas 10 ha – 50 ha, dengan contoh Pulau Tidung Besar 50 ha, Pulau Untung Jawa 40 ha, Pulau Batek 0,25 km². 2 Pulau kecil mini atas, dengan luas 5 ha – 10 ha, dengan contoh Pulau Fanildo 0,1 km², Pulau Sebira 9 ha. 3 Pulau kecil mini menengah, dengan luas 1 ha – 5 ha, dengan contoh Pulau Kelapa Dua 2 ha, Pulau Batusulu 1 ha. 4 Pulau kecil mini bawah, dengan luas 50 m 2 – 100 m 2 . 5 Pulau kecil mini terbawah, dengan luas 10 m 2 – 50 m 2 . 6 Pulau kecil renik atas, dengan luas 5 m 2 – 10 m 2 . 7 Pulau kecil renik menengah, dengan luas 1 m 2 – 5 m 2 . 8 Pulau kecil renik bawah, dengan luas 1 m 2 . Pembagian ini diperlukan untuk menghadapi perubahan akibat terjadinya penyusutan luas pulau kecil karena munculnya fenomena kenaikan muka air laut pada kemudian hari, sebagai akibat pemanasan global dan perubahan iklim. Pembagian luas pulau sampai pada angka 1 m 2 , mempunyai arti untuk mengantisipasi terjadinya penyusutan luas pulau dataran yang mempunyai ketinggian sekitar 1 m dari muka air laut rata-rata, yang berlangsung dalam jangka waktu 50 tahun ke depan. Kelompok kelas 4 sampai dengan 8 masih banyak yang belum diberi nama, dan saat ini sedang dibuatkan nama baru.

2.2 Sumber Daya Air Tawar di Pulau Kecil

Sumber daya air di wilayah pesisir terdiri dari 3 jenis sumber daya air yaitu air atmosferik hujan, air permukaan, dan air tanah. Jumlah sumber daya air yang berasal dari air hujan akan bergantung pada musim yang sedang berlangsung. Pada musim hujan air tersedia dalam jumlah yang banyak, dan kondisi sebaliknya ditemui pada musim kemarau. Sumber daya air permukaan terdiri dari air sungai, saluran irigasi, danau alam, danau buatan waduk, dan genangan rawa. Namun yang paling banyak dan biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air di wilayah pesisir adalah air sungai dan saluran irigasi karena kualitas dan kuantitasnya relatif lebih baik dan terjamin. Air tanah di wilayah pesisir Indonesia umumnya tersedia dalam jumlah banyak dan melimpah, yang keberadaan dan cara pengambilannya sangat bergantung pada kondisi geologi daerah setempat. Istilah air tanah berkaitan erat dengan tempat air tersebut tersimpan. Disebut sebagai air tanah dangkal bila kedalamannya kurang dari 60 m dan disebut sebagai air tanah dalam bila tersimpan pada kedalaman lebih dari 60 m. Pengambilan air tanah dangkal biasanya dilakukan dengan cara membuat sumur gali, yang pada prinsipnya merupakan penorehan lapisan bawah permukaan hingga mencapai kedalaman muka air tanah dangkal yang tersedia. Air tanah dalam biasanya diambil dengan cara pembuatan sumur bor berdiam kecil sampai akifer di kedalaman tertentu dan kemudian dipompa. Secara lateral, pelamparan akifer di wilayah pesisir dapat menerus jauh hingga ke daratan atau terputus, suatu hal yang sangat berhubungan dengan sistem dan lingkungan pengendapannya. Akifer yang terdapat di wilayah pesisir sangat berkaitan dengan bentuk lahan serta mula jadi lingkungannya sehingga akan berbeda di tiap-tiap wilayah pesisir. Secara genetic akifer batuan sedimen bisa dibentuk di lingkungan fluviatil, fluvio-marin, fluvo vulkanik atau lingkungan laut dangkal. Di Indonesia yang mempunyai rangkaian pegunungan di kawasan hulunya hinterland, maka akifer yang baik didominasi oleh tipe endapan fluviatil dan fluvio-vulkanik. Sementara di daerah dataran rendah yang luas, akifer didominasi oleh tipe fluviatil dan fluvio-marin. Beberapa ciri khas sistem hidrogeologi pulau kecil adalah : 1 Air tanah seluruhnya berasal dari air hujan dengan siklus antara resapan air kedalam tanah dan pemanfaatannya relatif pendek, 2 Air tanah di pulau kecil kebanyakan berupa lensa yang mengapung diatas air payau atau air asin, 3 Terjadinya larian permukaan run off pada waktu hujan kecil, namun air yang meresap ke dalam tanah sebagian besar berdifusi dengan air laut di bawah. Potensi air tawar di suatu pulau kecil merupakan besaran yang dinamis, berubah-ubah dalam dimensi ruang dan waktu. Dua faktor dominan yang mempengaruhi potensi air tawar di pulau kecil adalah faktor iklim dan kondisi geologi pulau Hehanusa, 1987 :

a. Iklim

Faktor iklim yang didalamnya termasuk curah hujan, evapotranspirasi, suhu, kelembaban udara, dan kecepatan angin merupakan faktor penentu dalam perhitungan neraca air di pulau kecil. Curah hujan di pulau kecil pada umumnya lebih rendah, sekitar 20 dibanding dengan curah hujan di dataran yang terdekat. Beberapa catatan untuk parameter-parameter di atas adalah sebagai berikut. Data curah hujan yang akurat kadang-kadang sulit didapat karena begitu banyaknya pulau-pulau di Indonesia, sadangkan stasiun meteorologi yang mencatat dan melaporkan secara teratur keadaan iklim di sebuah pulau kecil belum banyak. Parameter Ro untuk pulau kecil mungkin bisa diabaikan karena sebagian besar pulau kecil jarang mempunyai sungai. Parameter yang paling dominan, selain curah hujan dan penggunaan oleh penduduk adalah parameter evapotranspirasi dan keluaran air tanah ke laut submarine groundwater discharging, namun kedua parameter ini masih sangat sulit ditentukan.

b. Hidrogeologi

Disamping ukuran, kemampuan suatu pulau untuk menyimpan air tanah ditentukan oleh data hidrogeologi di pulau itu, seperti dijelaskan oleh Hehanusa 1993 pada Gambar 4. Tiap jenis pulau seperti yang sudah diuraikan diatas mempunyai ciri tersendiri, baik penyebarannya maupun potensi airnya. Falkland 1995 dan Hehanusa 1994 menjelaskan bahwa penyebaran dan potensi air tanah naik di pulau berbukit maupun di pulau datar secara kualitatif sebagai berikut : a Pada jenis pulau vulkanik, potensi air tanah dapat ditemukan pada breksi dengan matriks kasar, pada aliran lava atau pada daerah tekanan jointcrack system. Penyebaran air tanah ini bisa luas dengan potensi yang relatif sedang hingga besar. b Pulau tektonik mempunyai penyebaran air yang bersifat setempat, yaitu pada daerah rekahan, atau pada endapan klastik dan bersifat musiman. c Pulau teras terangkat mempunyai potensi air tanah yang cukup besar karena hampir sebagian besar air hujan meresap kedalam tanah. Penyebaran air berada dalam gamping, namun untuk mencari lokasi yang paling potensial cukup sulit karena adanya pengaruh tektonik dan “solution channel” yang ikut mengontrol penyebaran air tanah. d Air tanah di Pulau Petabah mungkin yang relatif paling sedikit mengingat pulau ini terbentuk oleh batuan malihan, intrusi atau sedimen terlipat berumur tua. Air tanah terdapat pada sedimen muda, lapisan lapuk atau rekahan dengan penyebaran terbatas dan bersifat musiman. e Penyebaran dan potensi air tanah di pulau gabungan sangat tergantung pada jenis-jenis pulau yang setiap jenis pulau di atas masih merupakan masalah tersendiri.