Uji Sensitifitas Model Uji Validasi Model

dimensi ekonomi, hukum dan kelembagaan berkelanjutan. Sedangkan dimensi sosial kurang berkelanjutan, dimensi lingkungan dan teknologi tidak berkelanjutan. Dari analisis ini terlihat jelas bahwa permasalahan teknologi instalasi pengolahan air bersih menjadi salah satu faktor kunci keberlanjutan. Tingginya tingkat kebocoran losses, karena faktor umur instalasi, menyebabkan produksi menjadi tidak efisien. Selain itu, instalasi yang ada membutuhkan energi listrik yang sangat besar sehingga ketersediaan energi listrik menjadi faktor kunci utama dalam penyediaan air bersih skala kota. Untuk itu dibutuhkan suatu model baru dalam penyediaan air bersih di pulau kecil. Penyediaan air bersih yang melibatkan aspek lingkungan dapat dilakukan dengan cara “menaikan imbuhan air tanah melalui konservasi lingkungan” dengan cara pembuatan sumur resapan di lahan permukiman, reboisasi lahan hutan, pembuatan terasering dan pembangunan tambak intensif. Jumlah atau besaran kegiatan konservasi dalam masing-masing wilayah tentunya tidak sama, tergantung kebutuhan atau kondisi dari wilayah tersebut. Misalnya, Kecamatan Tarakan Barat membutuhkan jumlah reboisasi yang lebih tinggi yaitu 10 lahan permukiman dibuat sumur resapan setiap tahun bila dibandingkan dengan Kecamatan Tarakan Utara yang hanya membutuhkan 1. Begitu pula halnya untuk terasering dan reboisasi. Dengan diberlakukannya kebijakan konservasi lingkungan mulai tahun 2013, Pulau Tarakan dapat terhindar dari ancaman krisis air bersih sampai tahun 2030, hal ini ditunjukkan oleh hasil simulasi model ketersediaan air dimana neraca air menjadi meningkat. Aspek teknologi yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih supaya berkelanjutan adalah faktor instalasi pengolahan air bersih, ketersediaan listrik dan tingkat pelayanan PDAM. Hal ini berkaitan erat dengan infrastruktur Kota Tarakan. Oleh karena itu, upaya penyediaan air bersih dapat dilakukan dengan cara “meningkatkan pelayanan air bersih melalui uprating IPA dan peningkatan pelayanan”. Saat ini, konsep penyediaan air bersih Kota Tarakan sudah terintegrasi dengan perencanaan tata ruang wilayah Kota Tarakan, sehingga pembagian pelayanan diatur berdasarkan wilayah pelayanan. Walaupun demikian, instalasi yang dibutuhkan tetap berskala besar yang membutuhkan air baku yang banyak dan konsumsi listrik yang tinggi. Sebagai alternatif peningkatan kapasitas layanan perpipaan, diusulkan teknologi penyediaan air bersih menggunakan instalasi pengolahan air bersih IPAB mikro. Teknologi ini memiliki sistem pengolahan yang sama dengan IPA PDAM yaitu koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi, namun dalam skala yang lebih kecil. Pemilihan teknologi ini atas dasar : 1 penyebaran penduduk yang tidak merata menyulitkan dalam distribusi perpipan skala kota, 2 sumber air baku permukaan yang sedikit, 3 pemakaian listrik yang tidak besar, dan 4 adanya unsur pelibatan partisipasi masyarakat sehingga membuka lapangan kerja dalam sektor air bersih. IPAB Mikro dapat dibangun dekat dengan pemukiman, hotel atau industri, memanfaatkan air permukaan yang ada dan dikelola oleh masyarakat pengguna air bersih di wilayah tersebut. 9 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PULAU TARAKAN Penelitian ini bertujuan untuk membangun model penyediaan air bersih secara berkelanjutan di pulau kecil Kota Tarakan, sehingga dapat memberikan rekomendasi kebijakan kepada stakeholder, dalam hal ini pemerintah Kota Tarakan dan Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Kota Tarakan.

9.1 Rekomendasi kebijakan yang ditujukan kepada Pemerintah Kota

Tarakan Dalam rangka menjaga keberlanjutan penyediaan air bersih, maka beberapa rekomendasi kebijakan yang diusulkan kepada pemerintah daerah berdasarkan hasil penelitian adalah : 1. Menetapkan kebijakan konservasi lingkungan mulai tahun 2013 dengan cara pembuatan sumur resapan pada lahan permukiman, pembuatan terasering pada lahan ladangtegakan dan reboisasi pada hutan pada masing-masing kecamatan di Kota Tarakan. a. Berdasarkan hasil simulasi model pada skenario dua, Kecamatan Tarakan Barat dan Tarakan Timur membutuhkan 10 lahan permukiman dibangun sumur resapan per tahun, terasering 2 dan reboisasi 5. Dengan kebijakan ini diharapkan ketersediaan air dari imbuhan air tanah tetap terjaga sampai tahun 2030 seperti pada Gambar 41 dan 46. b. Berdasarkan hasil simulasi model pada skenario dua, Kecamatan Tarakan Tengah dan Utara membutuhkan 1 lahan permukiman dibangun sumur resapan per tahun, terasering 1 dan reboisasi 1. Dengan kebijakan ini diharapkan ketersediaan air dari imbuhan air tanah tetap terjaga sampai tahun 2030 seperti pada Gambar 51 dan 56. 2. Menetapkan kebijakan penghematan air pemakaian air bersih pada masyarakat, industri dan hotel pada seluruh kecamatan. Berdasarkan skenario dua, perlu dilakukan penghematan air bersih sebanyak 10 pada masing-masing sektor dimulai sejak tahun 2013, sehingga kebutuhan air menjadi berkurang seperti pada Gambar 38, 43, 48 dan 53. 3. Membuka peluang kepada masyarakat dan koorporasi untuk dapat mengusahakan sendiri penyediaan air bersih di wilayahnya, namun dalam pengawasan dinas terkait PU dan PDAM dan terintegrasi dengan RTRW Kota Tarakan. Berdasarkan hasil simulasi sistem dinamik dan metode