Klasifikasi Pulau Besar dan Pulau Kecil

Gambar 5 menyajikan ilustrasi respon DAS akibat masukan berupa hujan. Dalam gambar tersebut sistim DAS digunakan sebagai model untuk memahami konsep transformasi masukan hujan menjadi keluaran debit. Gambar 5 Bagan ilustrasi respon DAS akibat masukan berupa hujan Sumber : Rachmad Jayadi, 2000 Memahami masalah pendekatan sistem DAS, tidak dapat terlepas dari pendekatan fisik seperti sistem masukan, sistem strukturgeometri, hukum- hukum fisika, dan kondisi awal serta kondisi batas. Pendekatan secara fisik pada suatu DAS sangat sulit dilaksanakan karena mempunyai beberapa persoalan yang kompleks rumit, sehingga untuk menyelesaikan persoalan tersebut dilakukan pendekatan sistim DAS Sudjarwadi, 1995.

2.4 Teknologi Penyediaan Air Bersih di Pulau Kecil

Menurut Kammere 1976, pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan sumber daya air, yaitu: 1 Mengalirkan air dari sumbernya ke tempat pengguna atau pelayanan umum. Dimana, pelayanan dilakukan oleh pemerintah kota setempat yang pelaksanaannya dilakukan oleh PDAM dengan memanfaatkan sumber air baku yang ada dan diolah serta didistribusikan kedaerah pelayanan atau pelanggan. 2 Mengusahakan sendiri dengan menggali sumur. Penggalian sumur melalui sumur gali atau sumur bor banyak dilakukan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan domestik, niaga dan industri. Sumber-sumber air bersih tersebut dapat dikelola oleh masyarakat sendiri, oleh pemerintah atau perusahan pengelola air bersih. Kualitas air dapat dioptimalkan dengan cara memisahkan zat padat yang terlarut pada air dimana zat padat tersebut dapat menjadi racun bagi manusia. Pemisahan zat padat dari air baku dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : secara kimiawi, secara gravitasi, filtrasi. Selain itu pula diperlukan juga desinfeksi air untuk mencegah terjadinya kontaminasi air. 2.4.1 Teknologi Pemanenan Air Hujan Air tawar yang tersedia di alam berupa air hujan, air dipermukaan dan air tanah, yang sebenarnya berasal dari air hujan juga. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika pemanfaatan air hujan dilakukan untuk penyediaan air baku dan dilaksanakan baik di daerah sulit air pulau-pulau besar maupun di pulau-pulau kecil. Sumber-sumber air yang dipergunakan penduduk semua berasal dari air hujan, yaitu air di dalam sumur gali, air sumur bor dangkal dan dalam, mata air, sungai, danau atau telaga. Air hujan biasanya dipanen dan ditampung, baik di atas permukaan maupun di bawah permukaan, dalam berbagai cara penampungan. Beberapa metode penampungan air hujan untuk air bersih di pulau-pulau kecil adalah : 1 Sumur resapan, 2 Bangunan PAH Penampung Air Hujan tradisional dan rasional, 3 Bangunan penampung air hujan lapangan, misalnya petak persawahan padi dan bangunan peresap air lapangan, 4 Bangunan ABSAH Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan, untuk penyediaan air baku komunal, 5 Bangunan NEO ABSAH, tipe campuran, untuk penyediaan air baku komunal, 6 Bangunan ABDULAH Akuifer Buatan Daur Ulang Air Hujan atau ABSAH suci ulang, di mesjid, musholla dan langgar, 7 Bangunan kombinasi sumur peresapan dan pemanfaatan SURATAN, 8 Bangunan embung telaga buatan baik yang dibangun di luar alur air maupun yang berada pada alur air, 9 Bangunan pemompaan air telaga, 10 Bangunan pengolahan air rawa dan air gambut, 11 Bangunan pemompaan air tanah melaui sumur gali dan sumur bor, 11 Kombinasi bangunan penurapan mata air dengan bangunan ABSAH, dan 12 Kombinasi bangunan embung atau telaga dan ABSAH melalui bangunan prapengolahan. Sumur resapan adalah sistem peresepan yang mampu menampung air hujan yang langsung melalui atap atau pipa talang bangunan. Bentuknya bisa berupa sumur, kolam, parit, atau lubang biopori seperti pada Gambar 6. Fungsinya adalah untuk meresapkan air ke dalam tanah atau mengisi kembali air tanah yang dangkal. Tujuannya untuk mengurangi erosi, menyimpan dan menaikan permukaan air tanah dalam rangka penyelamatan sumberdaya air. Air yang diresapkan haruslah air hujan yang tidak tercemar limbah industri maupun limbah rumah tangga minimal mutu air kelas tiga. Air hujan yang jatuh ke halaman setidaknya 85 harus bisa diserap oleh halaman tersebut agar tidak meluapkan banjir. Halaman rumah secara alamiah bias menyerap curahan air hujan yang jatuh, termasuk dari atap rumah, yang mengalir melalui talang. Di sini sumur resapan akan mengurangi sumbangan bencana banjir dengan mengurangi sumbangan run off air hujan. Dibawah tanah, resapan ini akan masuk merembes lapisan tanah yang disebut sebagai lapisan tidak jenuh, dimana tanah dari berbagai jenis masih bisa menyerap air, kemudian masuk menembus permukaan tanah water table di mana dibawahnya terdapat air tanah ground water yang terperangkap di lapisan tanah yang jenuh. Air tanah inilah yang dapat dikonsumsi. Gambar 6 Ilustrasi sumur resapan Masuknya air hujan melalui peresapan inilah yang menjaga cadangan air tanah agar tetap bisa dicapai dengan mudah. Ini karena permukaan air tanah memang bisa berubah-ubah, tergantung dari suplai dan eksploitasinya. Dengan teralirkan ke dalam sumur resapan, air hujan yang jatuh di areal rumah tidak terbuang percuma ke selokan lalu mengalir ke sungai. Standar Nasional Indonesia SNI Nomor: 06-2459-2002 tentang Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan menetapkan beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan yaitu :