Misalnya aktivitas badoncek dalam masyarakat Minangkabau khususnya pada komunitas masyarakat Minang Pariaman. Pada masyarkat Minang di Pariaman
dikenal luas suatu tradisi sosial budaya yang disebut badoncek. Tradisi ini pada hakekatnya merupakan suatu bentuk kearifan lokal dalam kaitannya dengan
pengumpulan dana terhadap suatu kegiatan baik pada tingkat komunitas maupun dalam keluarga luas. Pada tingkat komunitas, badoncek dilakukan untuk
mengumpulkan dana bagi pembangunan fasilitas umum seperti mesjid, jembatan, balai adat dan lainnya. Sedangkan pada tingkat keluarga luas, badoncek dilakukan
untuk membantu anggota keluarga yang sedang melaksanakan suatu kegiatan yang membutuhkan dana yang tidak sedikit seperti pesta perkawinan, membangun
rumah atau yang lainnya. Tradisi badoncek tersebut merupakan bentuk keterlekatan sruktural dari suatu aktivitas ekonomi, karena tradisi ini melibatkan
jaringan hubungan yang lebih luas seperti komunitas atau keluarga luas. Setiap orang dalam komunitas dan keluarga memiliki status dengan peranannya masing-
masing. Unsur perekat keterlekatan hubungan sesama pedagang pekan etnis
Minang di Kota Pinang antara lain dapat dilihat dari tiga aspek yaitu: secara ekonomi, secara sosial dan kemasyarakatan serta adanya figur pemersatu yang
kharismatik.
5.3.1 Aspek Ekonomi
Dalam aspek ekonomi, perekat keterlekatan hubungan antara sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang adalah adanya kesamaan identitas
masyarakat Minang yang merantau ke kota ini sebagai pedagang pekan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kesamaan identitas ini mengakibatkan timbulnya kesadaran pada masyarakat Minang yang berprofesi sebagai pedagang terutama pedagang pekan untuk solid
dan sama-sama berusaha agar dapat mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik. Hal ini seperti yang disampaikan informan berikut.
“Hubungan kita semua sesama pedagang Minang berlangsung seperti biasa bahkan meskipun jual
barang yang sama, kita tidak ada masalah. Malah kita sering belanja sama-sama ke Medan .” Johan Pili
Mendukung informan di atas, berikut penuturan informan lainnya. “Pergaulan kita semua di sini para pedagang Minang
apalagi sesama pedagang pekan baik-baik saja tidak ada masalah, malah saya yang menyuplai barang buat
pedagang pekan yang menjual jam seperti saya.” Jamil Pili
Dari penuturan kedua pedagang pekan di atas, didapatkan data bahwa kesamaan identitas sebagai sesama pedagang pekan tidak membuat hubungan
antara para pedagang menjadi renggang tetapi bertambah solid karena para pedagang memiliki satu tujuan yang sama yaitu untuk mencapai kehidupan
ekonomi yang lebih baik dari sebelumnya sehingga sesama mereka harus solid dan saling membantu untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
para pedagang pergi berbelanja barang bersama-sama dan menyuplai barang kepada pedagang lainnya untuk membantu pedagang tersebut mendapatkan
barang dagangan yang akan dijual ke lokasi pekan.
5.3.2 Aspek Nilai Sosial dan Kemasyarakatan
Dalam aspek sosial dan kemasyarakatan, perekat keterlekatan hubungan antara sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang dapat dilihat dari tiga
unsur yaitu identitas satu etnis, berasal dari kampung yang sama, dan agama yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sama. Unsur identitas satu etnis antara para pedagang pekan dalam hal ini adalah sama-sama pedagang Minang atau orang awak mengakibatkan terjalinnya
kedekatan hubungan antara sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang. Hal ini terjadi akibat adanya kesadaran bahwa sebagai sesama orang perantau
harus saling membantu, sikap ini tergambar dalam pameo atau pantun daerah masyarakat Minangkabau yang sangat terkenal dan dianut oleh setiap masyarakat
Minangkabau perantauan yaitu : Hiduik bak cando roda padati
Sakali kateh sakali kabawah Wakatu kateh yo dapek galak badarai
Tibo di bawah yo sansai badan marasai
Hilang sama rugi Mendapat sama berlaba
Ringan sama dijinjing Berat sama dipikul
Makna dari pameo atau pantun di atas adalah hidup bagaikan roda pedati, sekali ke atas, sekali ke bawah, waktu diatas dapat tertawa berderai, sewaktu di
bawah sungguh malang badan menderita. Bila berhasil dalam perantauannya keberhasilan itu tidak dinikmati sendiri, jika dahulu mereka sebagai anak buah
atau anggota maka kini setelah berhasil mereka juga harus bisa menjadi induk semang atau orang yang dapat menampung saudara yang baru datang merantau
sebagaimana ketika pertama kalinya mereka merantau dahulu. Hal inilah yang tertanam disetiap pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang sehingga mereka
menyadari sebagai sesama orang perantauan harus solid, saling membantu dan menjaga hubungan baik diantara mereka. Seperti yang tergambar dari hasil
wawancara berikut ini. “Kebanyakan kita di sini sama-sama orang awak jadi
kita semua dekat, apalagi kita pedagang Minang di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pekan jualannya saling berdekatan jadi semua kita dekat hubungannya di sini.” Khairil Arman
Mendukung pernyataan informan di atas, berikut penuturan informan lainnya.
“Kita sama-sama orang awak dan kita di sini banyak yang masih bertalian saudara jadi dekat semuanya.”
Buyung Seiko
Selain itu unsur perekat keterlekatan hubungan antara sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang adalah berasal dari kampung yang sama dalam
hal ini kebanyakan pedagang pekan berasal dari Pariaman, Sumatera Barat. Sesama pedagang Minang di sini juga masih memiliki pertalian saudara antara
satu pedagang dengan pedagang lainnya. Seperti penuturan salah satu informan berikut.
“Rata-rata kita semua di sini saling bertalian saudara dan masih merupakan orang satu kampung yang
sama.” Sudirman Pili
Hal serupa juga disampaikan informan berikut. “Kalau abang liat pedagang-pedagang Minang di
Pancasila sini solid karena berasal dari kampung yang sama dan sudah biasa menghadapi situasi di pekan
juga sama-sama.” Yan
Kesamaan agama yang dianut para pedagang juga menjadi unsur perekat keterlekatan hubungan sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang,
seluruh pedagang pekan etnis Minang menganut agama Islam yang mengajarkan untuk selalu menjaga hubungan sillaturahmi sesama umat Islam sehingga
mengakibatkan hubungan yang terjalin sesama pedagang semakin erat. Hal ini di buktikan dengan sikap para pedagang pada saat acara dan perayaan-perayaan hari
besar tertentu seperti pada saat hari raya Idul Fitri, para pedagang akan saling
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berkunjung dan bersillaturahmi ke rumah pedagang lainnya. Seperti penuturan yang disampaikan salah satu pedagang berikut.
“Ketika lebaran seperti biasa kita saling berkunjung ke rumah tiap pedagang tapi bagi yang pulang kampung
kita bisa sekedar telpon atau sms memberi ucapan dan pas dia balek ke sini baru kita salaman langsung.”
Dedi Arman
Perayaan hari Idhul Adha juga dirayakan para pedagang pekan etnis Minang Kota Pinang yang tinggal di Pancasila. Di Mushalla yang mereka bangun
bersama, setiap hari raya Idhul Adha para pedagang akan melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Para pedagang yang mampu ekonominya akan
berkurban membeli hewan kurban dan pada saat itu panitia pelaksana penyembelihan serta pelaksana pemotong hewan kurban juga merupakan para
pedagang pekan etnis Minang bahkan daging-daging kurban juga akan dibagikan kepada seluruh warga gang Pancasila yang merupakan tempat berdomisilinya
sebagian besar para pedagang pekan etnis Minang. Seperti penuturan salah satu informan berikut.
“Misalnya pada saat hari raya kurban, kita juga berkurban khususnya masyarakat di Pancasila yang
kebanyakan kita semua isinya. Jadi menyembelih hewan kurban dari panitia sampai ke tukang potongnya
kita semua pedagang-pedagang Minang.” Sudirman Pili
Begitu juga ketika ada acara pesta pernikahan atau alek yang diadakan salah satu keluarga pedagang Minang, berdasarkan observasi dan wawancara
yang dilakukan terhadap para pedagang pekan etnis Minang hasil yang terlihat adalah tingginya tingkat partisipasi pedagang untuk ikut menyukseskan acara
pesta pernikahan atau alek tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perasaan ikatan persaudaraan yang kuat antara sesama pedagang, ini dibuktikan dengan para
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pedagang ikut membantu berpartisipasi baik secara materi dengan memberikan uang bantuan kepada keluarga penyelenggara pesta pernikahan pada saat acara
badoncek untuk meringankan biaya yang ditanggung keluarga. Selain memberi bantuan secara materi para pedagang juga menyumbangkan tenaga dan
pikirannya agar terlaksananya acara pesta pernikahan atau alek tersebut. Seperti yang tergambar dari penuturan salah satu pedagang berikut.
“Kita banyak yang bertalian saudara di sini satu kampung juga, jadi kalo ada salah satu dari kita ada
yang beralek pasti kita datang. Kalo aleknya di kampung sana kita pun usahakan datang rame-rame
tapi kalo ga sempat pulang kampung kita kirim uang karena itu uda merupakan adat kita.” Jamil Pili
Begitu juga ketika diadakan acara perwiritan serta pengajian yang dilakukan setiap sebulan sekali di Mushalla Pancasila, para pedagang pekan etnis
Minang akan datang dan mengikuti acara pengajian tersebut. Menurut para pedagang selain untuk mempererat tali silaturahmi dan rasa persaudaraan, acara
ini juga sebagai sarana tukar pikiran untuk memperdalam pengetahuan agama. Berikut penuturan salah satu pedagang yang selalu hadir dalam acara pengajian
tersebut. “Tiap bulan kita di sini juga mengadakan pengajian
yang selalu rutin diadakan, anggota pengajian ini sebagian besar adalah pedagang pekan jadi kita
gunakan acara ini untuk memperdalam pengetahuan agama kita.” Dedi Arman
Dari hasil wawancara serta observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ketiga unsur perekat keterlekatan hubungan sesama pedagang pekan dalam
aspek sosial kemasyarakatan tersebut berpengaruh terhadap kedekatan hubungan yang terjalin antara sesama pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sehingga ketiga unsur tersebut dapat mempererat dan menguatkan tingkat kesolidan antara sesama pedagang pekan etnis Minang tersebut.
5.3.3 Adanya Figur Pemersatu yang Kharismatik