Informan keempat Pedagang Pekan

4.5.4 Informan keempat Pedagang Pekan

Nama : Yan Umur : 38 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Jl. Kalapane Gang. Pancasila Bapak Yan telah tinggal di Kota Pinang sejak 12 tahun yang lalu, tepat pada tahun 1999 ia memutuskan pindah dari Medan ke kota ini atas saran dan informasi dari Bapak SP yang sering menceritakan usaha yang sedang dijalaninya pada saat itu sehingga Bapak Yan tertarik untuk ikut memulai usaha di sini. Setelah empat bulan menetap di sini, ia memulai usaha berjualan ke pekan mengikuti jejak Bapak SP. Ketika di Medan, Bapak Yan memiliki sebuah toko di pasar Petisah yang menjual pakaian secara grosiran. Namun usahanya mengalami kemunduran akibat dari dampak krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 sehingga perlahan-lahan usahanya mulai habis. Sebelumnya Bapak Yan telah mengenal dekat Bapak SP karena sama-sama berprofesi sebagai pedagang selain itu mereka juga berasal dari kampung yang sama di Pariaman, Sumatera Barat sehingga ketika mendengar cerita Bapak SP tentang usaha berjualan ke pekan, ia tertarik untuk ikut berjualan karena modal awal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar sehingga sesuai untuknya yang kembali merintis usaha dari awal. Menurut Bapak Yan, pedagang Minang yang pertama kali merintis usaha jualan ke pekan- pekan di kota ini adalah Bapak SP sehingga semua pedagang Minang bahkan juga pedagang pekan beretnis Batak kenal dan segan dengan Bapak SP. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bapak Yan pindah ke Kota Pinang diajak oleh sanak saudara yang telah terlebih dahulu tinggal di kota ini. Setelah menetap di kota ini dan mempelajari situasi berjualan di sini, Bapak Yan memberanikan diri untuk membuka usaha dengan modal awal antara Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000,-. Modal ini ia dapat dari sisa usaha di Medan ditambah pinjaman dari sanak saudaranya serta pinjaman berupa barang jualan dari Bapak SP. Awal memulai berjualan di sini, Bapak Yan ikut menumpang kendaraan pedagang lain seperti menumpang dengan Bapak Budi serta menumpang dengan Bapak SP yang sudah ia anggap seperti abangnya sendiri. Hal ini dilakukan oleh Pak Yan, karena sebagai pedagang yang baru merintis belum memiliki kendaraan sendiri tentunya para pedagang yang menumpang akan patungan untuk membeli bensin, membayar uang palang dan ada juga yang memberi uang ongkos sesuai kesepakatan dengan pedagang pemilik mobil. Setelah tiga tahun berjualan di pekan Bapak Yan akhirnya memiliki kendaraan serta lapak jualan sendiri di tiap pekannya Sidodadi, Lohsari, Simpang Kanan, dan Tanjung Medan sehingga usahanya bisa dikatakan cukup maju karena selain memiliki kendaraan sendiri, barang dagangan bapak Yan bervariasi padahal diawal usaha ia hanya menjual baju kaos dan celana panjang namun sekarang selain menjual baju kaos dan celana panjang Pak Yan juga menjaul busana muslim, baju ibu-ibu, kemeja, jaket, baju perempuan, jilbab, blus dan celana pendek. Sekarang penghasilan yang didapatkan Bapak Yan dalam berjualan sehari lebih kurang Rp 3.000.000, penghasilan ini tergantung kondisi pekan juga jika sedang ramai maka hasil yang didapat bisa lebuh banyak lagi bahkan ketika berjualan di pekan Langkiman ia bisa dapat membawa pulang uang sebesar Rp UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8.000.000 sampai Rp 10.000.000,-. Barang-barang yang dijual Bapak Yan antara lain pakaian dengan pajangan, baju kaos, baju perempuan, celana, blus dan berbagai macam jilbab. Untuk menuju pekan tempat berjualan, pengeluaran yang harus dikeluarkan Bapak Yan dalam sehari rata-rata Rp 100.000 uang ini digunakan untuk mengisi bensin, membayar uang palang dan uang kebersihan lapak, sedangkan untuk makan Bapak Yan selalu membawa dari rumah agar lebih hemat. Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi Bapak Yan ketika berjualan ke pekan-pekan antara lain banyaknya pungutan liar serta razia oleh polisi, jalanan ke pekan yang berlumpur dan licin pada musim hujan sehingga sulit untuk dilalui, di pekan-pekan sebagian besar tidak tersedia fasilitas kamar mandi, WC dan Mushalla sehingga harus mencari mesjid yang relatif jauh jaraknya dari pekan bahkan terkadang mereka menumpang sholat di rumah penduduk. Namun semua hambatan itu tidak menyurutkan semangat Bapak Yan untuk berjualan Pekanan karena ia beranggapan berjualan di pekan-pekan lebih menyenangkan daripada berjualan di toko yang hanya duduk menuggu pembeli dan ini menjemukan. Penghasilan yang Pak Yan dapat juga dapat lebih besar dibandingkan ketika berjualan di toko petisah Medan. Selain itu agar tidak jenuh dan stress, para pedagang sering berkumpul dan bercerita serta bersanda gurau ketika berjualan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.5.5 Informan kelima Pedagang Pekan

Dokumen yang terkait

Dampak Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Pengembangan Ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

53 254 99

Moral Ekonomi Pedagang Komunitas Etnik India

2 72 88

MORAL EKONOMI PEDAGANG KAKI LIMA(Studi Tentang Moral Ekonomi Pedagang Kaki Lima Di Pasar Sore Kota Batu)

0 4 2

Migran Pedagang Kaki Lima di Kota Bogor (Studi Perbandingan Pedagang Suku Jawa, Sunda dan Minang)

0 4 123

POLA INTERAKSI SOSIAL PEDAGANG "GARENDONG" DI KOTA PAYAKUMBUH (STUDI TERHADAP PEDAGANG YANG TERDAFTAR PADA IKATAN PEDAGANG KELILING PASAR IBUH KOTA PAYAKUMBUH).

4 14 7

JARINGAN SOSIAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI (Studi Terhadap Pedagang Pasar Raya Inpres Di Kota Padang).

0 0 1

JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL PASCA RENOVASI ( Studi Kasus Jaringan Sosial Antara Pedagang Distributor, Pedagang Grosir dan Pedagang Ecer Kelontong di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang Pasca Renovasi).

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Sosial - Jaringan Sosial Dan Moral Ekonomi Pedagang Pekanan (Studi Kasus Terhadap Pedagang Etnis Minang Yang Berjualan Di Perkebunan Wilayah Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Jaringan Sosial Dan Moral Ekonomi Pedagang Pekanan (Studi Kasus Terhadap Pedagang Etnis Minang Yang Berjualan Di Perkebunan Wilayah Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan)

0 0 17

JARINGAN SOSIAL DAN MORAL EKONOMI PEDAGANG PEKANAN (Studi Kasus Terhadap Pedagang Etnis Minang yang berjualan di Perkebunan

0 0 10