Informan kedelapan Pedagang Pekan

laki dan perempuan serta baju ibu-ibu. Hambatan-hambatan yang dihadapi Bapak KA ketika berjualan antara lain jualan yang cukup berat menguras tenaga, jaraknya jauh, jalan banyak yang rusak, dan banyak pekan yang belum ada fasilitas kamar mandi. Namun menurut Bapak KA semua dihadapi dan dijalani dengan santai, ikhlas dan tetap semangat sehingga senua hambatan-hambatan tersebut bisa di akal-akali para pedagang. Banyak juga pengalaman dan cerita menarik yang dialami Bapak KA ketika berjualan diantaranya ia dan pedagang Minang lainnya pernah menginap di tengah perkebunan kelapa sawit dan tidur di mobil ketika pulang berjualan di pekan Langkiman, mobil terpuruk di lumpur waktu perjalanan pulang dari langkiman tersebut pada tengah malam padahal sudah letih karena baru selesai jualan tapi kita harus mendorong mobil. Selain itu, ketika orang lain malam takbiran sudah libur kerja dia masih berjualan jadi takbirannya di jalan ketika perjalanan pulang dari pekan.

4.5.8 Informan kedelapan Pedagang Pekan

Nama : Suardi Umur : 26 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Jl. Kalapane Gang. Pancasila Bapak Suardi adalah satu dari beberapa pedagang yang belum berumah tangga tapi bisa dikatakan cukup berhasil usaha berjualannya ke pekan-pekan, hal ini bisa dilihat diusianya yang masih muda ia telah memiliki barang dagangan yang cukup banyak dan telah memiliki kendaraan sendiri untuk berjualan. Bapak UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Suardi telah tinggal selama 10 tahun di Kota Pinang, sebelumnya ia tinggal di kota Rantau Prapat. Di kota Rantau Prapat Bapak Suardi belum memiliki kerja ataupun memiliki usaha sendiri, ia hanya membantu usaha orangtua yaitu berjualan pakaian di kota tersebut. Ketika ditawari berjualan ke pekan-pekan oleh Bapak Yul yang merupakan abang iparnya, ia pun tertarik karena keinginan untuk mandiri dan memiliki usaha sendiri yang tidak bergantung dengan orangtua. Menurut Bapak Suardi, pedagang Minang yang pertama kali turun ke pekan- pekan berdasarkan cerita dari pedagang lain yang ia dengar adalah Uda Man Bapak SP. Makanya semua pedagang Minang di sini segan dengan Bapak SP bahkan juga pedagang-pedagang etnis Batak banyak yang kenal dengannya. Awal datang ke Kota Pinang, Bapak Suardi membantu kakak dan abang iparnya berjualan ke pekan-pekan sambil belajar dan melihat-lihat situasi. Selain itu untuk sementara waktu ia juga tinggal bersama mereka, setelah cukup yakin ia diberi modal oleh orangtua dan memulai usaha sendiri. Modal awal yang digunakan Bapak Suardi pada saat memulai jualan berkisar antara Rp 4.000.000 – Rp 5.000.000 selain itu ia juga mendapat pinjaman modal berupa barang oleh Bapak Yul. Pada saat awal merintis berjualan ke pekan-pekan, Bapak Suardi ikut menumpang mobil dengan Bapak Yul namun setelah cukup berhasil ia membeli mobil sendiri yang uangnya berasal dari hasil kumpulan dan dibantu orangtua sedikit. Lokasi-lokasi pekan yang didatangi Bapak Suardi antara lain Ujung Gading, IP, Trans, Simpang Kanan, Lohsari, Sidodadi, Aek Raso, Tanjung Medan, dan Langkiman. Penghasilan berjualan Bapak Suardi dalam sehari bisa mencapai Rp 2.000.000 bahkan bisa dapat lebih besar jika sedang ramai-ramainya pembeli. Dalam sehari biaya yang dikeluarkan Bapak Suardi berkisar antara Rp UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 100.000 – Rp 150.000 untuk membayar uang minyak kendaraan, uang palang dan makan di pekan. Selain itu ia juga harus menyisihkan sebagian uang laku jualan untuk perawatan kendaraan secara berkala. Barang-barang yang dijual Bapak Suardi antara lain sepatu, sandal dan jam tangan serta aksesoris. Hambatan-hambatan yang dihadapi Bapak Suardi umumnya tidak jauh berbeda dengan hambatan-hambatan yang juga dihadapi pedagang lainnya, menurut Bapak Suardi jika berjualan ke pekan sangat tergantung cuaca jadi jika sedang hujan tempat jualan akan tergenang air hujan dan menjadi berlumpur. Jika sudah begitu kondisinya maka pembeli akan malas datang dan sepi hal ini berdampak pada penghasilan para pedagang. Jika sudah seperti itu, para pedagang akan berkumpul dan duduk-duduk bersama saling bercanda supaya tidak suntuk maupun stress. Pengalaman yang pernah dialami selama berjualan di pekan yang cukup menarik bagi Bapak Suardi adalah ketika berjualan ke pekan Langkiman, ketika pulang menuju Kota Pinang kondisi sedang hujan yang membuat jalan perkebunan menjadi berlumpur. Pada saat itu ada mobil pedagang yang terpuruk tidak bisa keluar padahal sudah didorong ramai-ramai sehingga para pedagang menginap satu malam di tengah perkebunan karena mengantri agar mobil bisa lewat. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.5.9 Informan kesembilan Pedagang Pekan

Dokumen yang terkait

Dampak Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Pengembangan Ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

53 254 99

Moral Ekonomi Pedagang Komunitas Etnik India

2 72 88

MORAL EKONOMI PEDAGANG KAKI LIMA(Studi Tentang Moral Ekonomi Pedagang Kaki Lima Di Pasar Sore Kota Batu)

0 4 2

Migran Pedagang Kaki Lima di Kota Bogor (Studi Perbandingan Pedagang Suku Jawa, Sunda dan Minang)

0 4 123

POLA INTERAKSI SOSIAL PEDAGANG "GARENDONG" DI KOTA PAYAKUMBUH (STUDI TERHADAP PEDAGANG YANG TERDAFTAR PADA IKATAN PEDAGANG KELILING PASAR IBUH KOTA PAYAKUMBUH).

4 14 7

JARINGAN SOSIAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI (Studi Terhadap Pedagang Pasar Raya Inpres Di Kota Padang).

0 0 1

JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL PASCA RENOVASI ( Studi Kasus Jaringan Sosial Antara Pedagang Distributor, Pedagang Grosir dan Pedagang Ecer Kelontong di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang Pasca Renovasi).

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Sosial - Jaringan Sosial Dan Moral Ekonomi Pedagang Pekanan (Studi Kasus Terhadap Pedagang Etnis Minang Yang Berjualan Di Perkebunan Wilayah Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan)

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Jaringan Sosial Dan Moral Ekonomi Pedagang Pekanan (Studi Kasus Terhadap Pedagang Etnis Minang Yang Berjualan Di Perkebunan Wilayah Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan)

0 0 17

JARINGAN SOSIAL DAN MORAL EKONOMI PEDAGANG PEKANAN (Studi Kasus Terhadap Pedagang Etnis Minang yang berjualan di Perkebunan

0 0 10