4.5.5 Informan kelima Pedagang Pekan
Nama : Budi
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kalapane Gang. Pancasila
Bapak Budi adalah satu dari sedikit pedagang yang merupakan penduduk asli Kota Pinang etnis Jawa yang ikut berjualan ke pekan-pekan bergabung
bersama pedagang Minang Pancasila karena ia telah lama mengenal semua pedagang Minang yang berjualan ke pekanan dan ia juga telah lama tinggal di
Pancasila yang mayoritas merupakan pedagang Minang. Menurut Bapak Budi, walaupun ia bukan orang Minang namun karena telah lama kenal serta bergaul
dengan pedagang Minang ia merasa seperti bagian dari orang Minang dan tidak ada masalah selama ini baginya ketika bergaul dengan pedagang Minang lainnya.
Bapak Budi juga telah mengenal budaya dan fasih berbahasa Minang sehingga mengakibatkan ia mudah untuk membaur dalam komunitas pedagang Minang
tersebut. Bapak Budi lahir dan besar di kota ini, sebelum menjadi pedagang pekan ia merupakan kernet bus Pinang Indah yang merupakan salah satu bus pengangkut
barang-barang dagangan pedagang yang belanja di Medan. Di bus ini jugalah Bapak Budi kenal dan berteman dengan Bapak SP yang sering naik bus ini untuk
berbelanja ke Medan ataupun ke Rantau Prapat. Bapak Budi sering bercerita serta bertukar informasi dengan Bapak SP mengenai usaha berjualan ke pekan sehingga
ia akhirnya diajak Bapak SP untuk mencoba merintis berjualan karena modal awal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar, selain itu juga karena ia merasa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pekerjaannya sebagai kernet bus tidak mencukupi kebutuhan serta tidak terlalu menjamin ketika sudah berumah tangga maka ia beralih menjadi pedagang.
Menurut Bapak Budi, jika ditanya tentang sejarah bagaimana orang Minang bisa ikut berjualan ke pekan bahkan sekarang menjadi kelompok yang
cukup besar maka Bapak SP yang pertama kali merintis usaha ini. Menurutnya ketika kota ini masih belum ramai seperti sekarang, sudah ada pedagang Minang
yang datang namun mereka hanya sebatas berjualan di pajak atau di emperan toko. Sedangkan berjualan ke poken atau pekan hanya identik dengan pedagang
etnis Batak, namun ketika Bapak SP mulai merintis dan ternyata mulai berhasil banyak pedagang Minang yang juga ikut berjualan. Tahap awal Bapak Budi
berjualan ke pekan tidak banyak modal yang dikeluarkan, ia hanya membawa sekarung pakaian yang dijual secara obral di pekanan. Modal ini ia dapat dari
uang kumpulan penghasilannya sewaktu bekerja sebagai kernet bus serta mendapat pinjaman barang jualan dari Bapak SP. Awal berjualan Bapak Budi ikut
menumpang kendaraan Bapak SP, ia juga ikut truck Colt Diesel dan menumpang dengan pedagang Minang lainnya. Namun setelah tiga tahun berjualan, ia telah
memiliki kendaraan sendiri serta telah memiliki lapak tempat jualan di tiap pekan yang didatangi antara lain Sidodadi, Tanjung Medan, Lohsari, Simpang Kanan, IP
dan Langkiman. Padahal pada awalnya ia sering menumpak lapak jualan dengan Bapak SP maupun pedagang Minang lainnya.
Sekarang penghasilan Bapak Budi dalam sehari berjualan jika dirata- ratakan dapat mencapai Rp 3.000.000,-. Sedangkan pengeluaran yang harus ia
keluarkan rata-rata Rp 200.000 untuk uang bensin, uang palang dan uang makan 2 orang anggotanya. Barang yang dijual Bapak Budi antara lain segala jenis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pakaian, baju, celana, baju tidur dan busana Muslim. Selama sepuluh tahun Bapak Budi berjualan banyak juga hambatan-hambatan yang kerap dihadapi antara lain
mulai dari permasalahan permodalan misalnya, menurut Bapak Budi karena berjualan ke pekan tidak termasuk sektor yang diperhitungkan maka ketika
mengajukan pinjaman ke bank akan sulit mengurus administrasi serta disetujui dana pinjaman tersebut karena pihak bank tidak melihat berjualan ke pekan
sebagai sektor yang berpotensi. Selain itu jalan rusak juga menjadi hambatan, banyak jalan-jalan menuju ke pekan kondisinya tidak beraspal hanya terdiri dari
jalan tanah dan berbatu sehingga sulit dilewati dan membuat mobil cepat rusak karena medan yang dilalui cukup berat. Banjir juga menjadi kendala yang
dihadapi, menurut Bapak Budi karena kebanyakan lapak berjualan hanya berupa tanah lapang yang di bangun los seadanya maka ketika hujan sering tergenang
banjir dan berlumpur. Namun dibalik semua hambatan-hambatan yang Bapak Budi alami, ia juga memiliki pengalaman menarik ketika berjualan ke pekan
diantaranya ia pernah berjualan sampai tiga hari lamanya tidak pulang ke rumah karena lokasi pekan yang didatangi sangat jauh sehingga mereka menginap di
daerah sekitar lokasi jualan. Pekan yang ia datangi itu adalah Ujung Padang dan Labuhan Bilik yang berjarak sekitar 150 km dari Kota Pinang kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.5.6 Informan keenam Pedagang Pekan