Dalam berdagang, pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang tidak mengalami masalah atau dilema apabila saudara, kerabat atau tetangga harus
diberi harga yang murah apabila mereka berbelanja atau membeli dagangan mereka, berbeda dengan seperti yang dinyatakan oleh Hans Dieter Evers tentang
moral ekonomi pedagang. Masalah dagang atau bisnis yang dialami para pedagang pekan adalah masalah keterbatasan modal yang mereka miliki untuk
mengembangkan usaha, akan tetapi dengan membangun jaringan dan relasi yang kuat baik sesama pedagang pekan etnis Minang maupun dengan pedagang-
pedagang grosir maka permasalahan tersebut dapat mereka atasi sehingga untuk mempertahankan kelangsungan usahanya maka mereka harus menjaga dan
membina hubungan yang kuat dengan sesama pedagang pekan etnis Minang dan dengan pedagang-pedagang grosir.
5.7.1 Prinsip Pedagang Pekan: “Samo-samo Tagak”
Hubungan antara pedagang sebenarnya adalah hubungan persaingan, satu pedagang menjadi pesaing bagi pedagang lainnya. Terdapat kode etik yang
diterapkan setiap pedagang pekan etnis Minang yakni seorang pedagang tidak boleh memanggil atau menyerobot pembeli yang sedang bertransaksi dengan
pedagang lain dan menawarkan harga yang lebih murah dari kisaran harga barang yang dijual pedagang lain. Kode etik berdagang tersebut juga menyatakan bahwa
seorang pedagang baru boleh mengajukan penawaran setelah calon pembeli pindah dari kios atau lapak pedagang sebelumnya bukan ketika calon pembeli
tersebut masih melakukan tawar menawar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bagi para pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang persaingan yang terjadi sesama para pedagang pekan etnis Minang adalah hal yang lumrah dalam
dunia dagang, namun didasarkan atas semangat kegotong-royongan dan persaudaraan sesama orang Minang persaingan yang terjadi tidak sampai
mengarah pada persaingan yang tidak sehat dan menjatuhkan. Hal ini terjadi karena para pedagang beranggapan tiap-tiap pedagang telah memiliki rezeki
masing-masing serta tergantung strategi pedagang menarik perhatian calon pembeli agar mau membeli dagangan mereka. Hal ini seperti yang disampaikan
salah satu pedagang pekan berikut. “Ya namanya berdagang pasti ada persaingan karena
ini kan sumber nafkah kita juga kalo ga sesuai yang didapat pasti semua pedagang khawatir. Namun
pengalaman saya berjualan, persaingan yang terjadi tetap ada namun tidak sampai membuat kebersamaan
kita orang Minang luntur karena kita sadar dengan medan yang kita hadapi berat harus sama-sama
dilalui.” Sudirman Pili
Ketika para pedagang bersaing maka harus ada pihak yang menang dan ada juga pihak yang kalah, begitu juga dengan hukum yang terjadi pada
perekonomian modern yang cenderung mengadopsi sistem kapitalis bahwa persaingan harus diminimalisir dengan cara melakukan monopoli. Perilaku
ekonomi kapitalis juga bercirikan dengan sikap individualistik pelaku ekonominya sehingga mengakibatkan akan ada pelaku ekonomi yang tersingkir karena tidak
mampu bertahan. Namun yang terjadi pada aktivitas perdagangan di pekanan, sesama pedagang etnis Minang tidak mengadopsi sistem ekonomi kapitalis karena
perilaku ekonomi yang terlihat adalah perilaku ekonomi yang bersifat tradisional. Perilaku ekonomi pedagang pekan etnis Minang sangat mengandalkan
kekuatan relasi jaringan serta norma-norma yang disepakati bersama oleh para
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pedagang. Dengan adanya kekuatan tersebut, setiap pedagang dapat sama-sama tegak atau mandiri dalam melakukan aktivitas perdagangannya. Hal ini sesuai
dengan prinsip yang dipegang teguh oleh para pedagang pekan etnis Minang yang menganggap bahwa sebagai sesama pedagang Minang yang merantau harus solid
dan saling membantu agar dapar sama-sama tegak atau mandiri di daerah perantauan.
“Di sini sesama pedagang Minang kita berhubungan seperti biasa saja, meskipun sama-sama jualan tapi kita
ga pernah sampai putus tali silaturahmi karena persoalan tersebut karena kita sama-sama pedagang
Minang jadi harus solid di perantauan biar kita sama- sama maju kalo bahasa Minangnya samo-samo
tagak.”Buyung Seiko
Mendukung pernyataan informan di atas, berikut penuturan pedagang lainnya.
“Kebanyakan kita pedagang di sini bertalian saudara dan satu kampung jadi sudah saling mengenal, jadi
meskipun kita sama-sama jualan kita tetap duduk satu meja bercerita, hubungan kita tetap lancar supaya kita
semua di sini bisa sama-sama berhasil. Yang terpenting kita harus solid.” Suardi
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap pedagang pekan etnis Minang di Kota Pinang diketahui bahwa prinsip samo-
samo tagak yang dipegang teguh para pedagang didasarkan atas kesadaran bahwa sebagai sesama orang awak atau Minang yang merantau harus solid dan
saling membantu agar mereka dapat sama-sama berhasil di daerah perantauan, selain identitas satu kampung dan sesama orang awak prinsip juga didukung
karena adanya pertalian saudara antara sesama pedagang sehingga sudah menjadi kewajiban bagi satu pedagang untuk membantu pedagang lain yang membtuhkan
bantuan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.7.2 Penetapan Harga jual Kepada Pelanggan