Dampak Simulasi Peningkatan Total Factor Productivity TFP

216 kerja pertanian, tabel 44 juga menunjukkan bahwa dengan skenario liberalisasi ini permintaan tenaga kerja di sektor industri manufaktur dan pertambangan othind juga mengalami peningkatan sekitar 0,27 persen, sementara sektor jasa-jasa mengalami penurunan sekitar -0,20 persen.

6.3.4. Dampak Simulasi Peningkatan Total Factor Productivity TFP

Pertanian dan Peningkatan Transmisi Harga terhadap Makroekonomi dan Kinerja Sektoral di Indonesia Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa, liberalisasi akan memberikan dampak yang berbeda-beda pada masing-masing wilayah, karena selain disebabkan oleh prebedaan produktivitas faktor, juga karena adanya perbedaan transmisi harga. Perbedaan produktivitas terjadi karena adanya perbedaan limpahan faktor produksi yang dimiliki masing-masing wilayah, seperti limpahan tenaga kerja, modal dan teknologi. Sedangkan perbedaan transmisi harga terkait perbedaan infrastruktur, struktur pasar, perbedaan kebijakan domestik, serta berbagai hambatan-hambatan dalam pemasaran komoditi. Rendahnya transmisi harga internasional ke pasar domestik, sekaligus menjadi sinyal sistem pemasaran tidak efisien. Oleh karena itu, untuk meningkatkan transmisi harga internasional, maka salah satu yang bisa dilakukan adalah meningkatkan efisiensi sistem pemasaran. Penngkatan efisiensi pemasaran ini dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya perbaikan infrastruktur, penghapusan hambatan perdagangan baik dalam bentuk tarif maupun non tarif dan ain sebagainya Total factor productivity TFP merupakan salah satu ukuran produktivitas penggunaan input dalam menghasilkan output tertentu. Wilayah yang memiliki TFP yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya dalam menghasilkan komoditi tertentu, mengisyaratkan bahwa wilayah tersebut mampu menghasilkan komoditi secara lebih efisien dan lebih produktif dibandingkan wiilayah lainnya. Karena itu, dengan meningkatkan TFP pertanian Indonesia, maka produk-produk pertanian Indonesia diharapkan memiliki dayasaing yang lebih tinggi menghadapi persaingan dalam perdagangan bebas ASEAN-China. Untuk menganalisis dampak peningkatan TFP pertanian terhadap perekonomian, maka simulasi yang 217 dilakukan dalam model CGE ACFTA yang dibangun dalam studi ini, dikaitkan pada persamaan nilai tambah 4D.3, yang direpresentasikan ulang sebagai berikut   VA z j VA z j VA z j z j VA z j z j VA z j VA z j z j LDC LDC B VA , , , 1 , , , , , , 1         Dimana VA z j B , merepresentasikan total factor productivity TFP komodit ke j di wilayah z. Simulasi peningkatan TFP pertanian dalam studi ini di fokuskan pada sembilan 9 komoditi primer pertanian, dalam hal ini komoditi pertanian olahan food tidak disimulasi. Selain itu, simulasi TFP pertanian yang selanjutnya disebut “Simulasi 2” merupakan simulasi ganda dengan “Simulasi 1” yakni simulasi penghapusan tarif impor secara timbal balik antar negara- negara ASEAN-5 dan China. Singkatnya , “Simulasi 2” adalah simulasi peningkatan TFP pertanian plus “Simulasi 1”. Selanjutnya, dari sisi transmisi harga, seperti yang telah disebutkan bahwa ketidak sempurnaan transmisi harga internasional merupakan pertanda terjadinya distorsi dalam pemasaran. Kondisi tersebut dapat terjadi karena adanya berbagai faktor, diantaranya adanya hambatan tarif atau non tarif, biaya transportasi yang tinggi, adanya mekanisme non pasar yang mempengaruhi harga domestik, serta faktor lainnya. Karena itu dalam rangka meningkatkan transmisi harga maka salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan meminimalkan biaya-biaya dalam rantai pemasaran komoditi, seperti biaya transportasi dan biaya-biaya lainnya. Dalam studi ini simulasi peningkatan transmisi harga internasional ke pasar domestik dilakukan dengan cara meminimalkan biaya transportasi dalam perdagangan internasional. Dalam model CGE ACFTA yang dibangun, simulasi peningkatan transmisi harga dikaitkan dengan variabel “tmrg” yang merupakan variabel tingkat margin komoditi yang diperdagangankan secara internasional, variabel „tmrg’ dalam persamaan harga dapat dilihat pada persamaan 4D67 yang direpresentasi ulang sebagai berikut.            i z zj m i i z zj m z z zj m z m z zj m tmrg PWMG PWM e ttim ttic PM , , , , , , , , , , 1 1 Untuk barang-barang ekspor, variabel yang merepresentasikan margin perdagangan untuk barang ekspor dinotasikan sebagai “MRGN”, Dalam kondisi keseimbangan dimana permintaan ekspor sama dengan permintaan impor, maka 218 nilai margin ekspor sama dengan nilai margin impor atau dalam bentuk persamaan direpresentasikan sebagai berikut. z zj ij ij zj z z zj ij i z z i IM tmrg MRGN , , , , , , , ,    Kedua persamaan tersebut mengisyaratkan bahwa pengurangan tingkat margin barang impor tmrg akan meningkatkan transmisi harga internasional ke pasar domestik, baik untuk barang impor maupun barang-barang ekspor. Karena itu dalam studi ini, simulasi peningkatan transmisi harga internasional ke pasar domestik di lakukan dengan memberikan shok pada variabel “tmrg”. Simulasi peningkatan transmisi harga ini direpresentasikan pada “Simulasi 3”, yang merupakan kombinasi “Simulasi 2” dengan penurunan “tmrg” Dampak dari ke tiga simulasi terhadap makroekonomi Indonesia diperlihatkan pada Tabel 47, terlihat bahwa dengan mengkombinasikan liberalisasi perdagangan Simulasi 1 dengan peningkatan TFP pertanian Indonesia sebesar 25 persen, maka akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap volume ekspor maupun impor. Dengan kondisi seperti pada Simulasi 2, maka ekspor total Indonesia akan meningkat sebesar 3,07 persen, bahkan ekspor Indonesia ke China akan meningkat sekitar 15,20 persen. Namun disisi lain, dampak dari simulasi ini juga akan meningkat volume impor yang lebih besar lagi. Volume impor total Indonesia akan meningkat sekitar 2,54 persen dan impor Indonesia dari China akan meningkat sekitar 8,21 persen. Peningkatan nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan impor Indonesia mengisyaratkan semakin membaiknya neraca perdagangan Indonesia. Skenario penghapusan tarif impor antar negara-negara ASEAN-5 dan China secara timbal balik yang dibarengi peningkatan TFP pertanian di Indonesia juga memberikan peningkatan yang lebih besar terhadap variabel konsumsi masyarakat, pendapatan rumah tangga dan GDP Indonesia. Bahkan skenario ini juga berdampak penurunan indeks harga konsumen yang lebih besar dibandingkan kondisi Simulasi 1. Namun skenario pada Simulasi 2 juga memberikan dampak buruk yang lebih besar terhadap konsumsi pemerintah dan iklim investasi. Terlihat pada Tabel 47, bahwa dengan skenario pada Simulasi 2, maka konsumsi masyrakat meningkat cukup tinggi yakni sekitar 6,05 persen, sementara kondisi pada Simulasi 1 peningkatan konsumsi masyarakat hanya 219 meningkat sekitar 0,49 persen. Skenario ini juga memberikan dampak positif yang signifikan terhadap peningkata GDP dari persfektif final Demand yakni meningkat sekitar 0,84 persen, dan indeks harga konsumen menurun sekitar 2,97 persen. Namun skenario pada simulasi 2 ini juga berpengaruh terhadap menurunnya investasi di Indonesia sekitar -2,65 persen. Untuk lebih jelasnya pengaruh peningkatan TFP pertanian Indonesia yang dikombinasikan dengan penghapusan tarif impor antar negara-negara ASEAN-5 dan China terhadap berbagai variabel makroekonomi Indonesia dapat terlihat pada tabel berikut. Tabel 47 Dampak Simulasi Liberalisasi, Peningkatan TFP Pertanian dan Transmisi Harga di Indonsia terhadap Makroekonomi dan Kinerja Sektor Ekonomi Indonesia. No Negara BASE US Juta Dampak Simulasi TFP dan Transmisi Harga Terhadap Makroekonomi Indonesia Nilai Setelah Simulasi US Juta Persentase Perubahan Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 1 Ekspor a. Ekspor Total 127,674 129,229 131,590 132,047 1.22 3.07 3.43 b. Ekspor Ke China 11,082 12,475 12,766 12,812 12.57 15.20 15.61 2 Impor a. Impor total 101,353 102,898 103,925 105,122 1.52 2.54 3.72 b. Impor dari China 13,049 13,998 14,121 14,337 7.27 8.21 9.87 3 Konsumsi Masyarakat 261,733 263,018 277,579 278,387 0.49 6.05 6.36 4 Konsumsi Pemerintah 35,389 35,374 34,616 34,628 -0.04 -2.18 -2.15 5 Investasi 105,773 104,575 102,971 102,886 -1.13 -2.65 -2.73 6 GDP Final Demand 432,103 432,183 435,739 435,932 0.02 0.84 0.89 7 Pendapatan RT 374,143 375,582 379,429 379,618 0.38 1.41 1.46 8 Penerimaan Pem. 48,521 47,101 47,502 47,516 -2.93 -2.10 -2.07 9 IHK 1.0 1.000 0.970 0.968 -0.02 -2.97 -3.16 10 Harga penj Kom.Komp 1.0 1.034 0.844 0.839 0.32 -18.11 -18.58 11 Upah TK 1.0 1.020 1.057 1.058 0.31 3.95 4.05 12 Sewa Modal 1.0 1.008 1.039 1.034 0.45 3.55 3.04 Sumber : GTAP 8, 2012, Diolah. Keterangan : Simulasi 1 = Penghapusan tarif impor antar negara-negara ASEAN-5 dan China Simulasi 2 = Simulasi 1 + Peningkatan TFP Pertanian Indonesia 25 Simulasi 3 = Simulasi 2 + Penurunan tingkat margin perdagangan Indonesia 25 Pada tabel 47 juga terlihat dampak skenario penurunan transmisi harga yang dikombinasikan dengan skenario penghapusan tarif impor dan peningkatan TFP pertanian Indonesia, yang direpresentasikan pada hasil Simulasi 3. Terlihat bahwa, dengan Simulasi 3, maka seluruh variabel makroekonomi Indonesia secara konsisten mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan kondisi pada 220 Simulasi 2, kecuali pada variabel konsumsi pemerintah, dimana tingkat penurunan konsumsi pemerintah pada Simulasi 3 lebih rendah dibandingkan kondisi pada Simulasi 2. Gambaran di atas mengisyaratkan bahwa skenario penghapusan tarif impor antar negara-negara ASEAN-5 dan China aka memberikan dampak positif terhadap berbagai variabel makroekonomi Indonesia, seperti pada peningkatan volume ekspor yang lebih tinggi dibandingkan volume impor, peningkatan konsumsi masyarakat dan pendapatan rumah tangga serta berdampak positif terhadap GDP Indonesia. Hasil simulasi 2 dan Simulasi 3, juga menunjukkan bahwa dampak positif liberalisasi terhadap variabel makroekonomi Indonesia akan semakin besar jika dibarengi dengan peningkatan TFP dan peningkatan transmisi harga. Selanjutnya dampak simulasi peningkatan TFP pertanian dan peningkatan transmisi harga terhadap kinerja sektoral Indonesia di perlihatkan Tabel 48 -Tabel 50. Dampak dari skenario peningkatan TFP Simulasi 2 dan peningkatan transmisi harga Simulasi 3 seperti yang diperlihatkan pada Tabel 48, menunjukkan bahwa meski secara total ekspor Indonesia maupun ekspor Indonesia ke China mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil Simulasi 1, namun peningkatan TFP pertanian maupun pada peningkatan transmisi harga memberi dampak pada penurunan ekspor total sektor non pertanian, meski ekspor sektor tersebut ke China tetap mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sementara ekspor komoditi pertanian secara keseluruhan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, termasuk untuk komoditi-komoditi pertanian utama Indonesia yang selama ini memberi devisa bagi negara yang cukup besar seperti komoditi pertanian olahan food, komoditi perkebunan dan tanaman lainnya ocr, dan pertanian non tanaman oagri. Dengan Simulasi 2 ekspor total komoditi pertanian olahan akan meningkat sekitar 24,11 persen dan pada Simulasi 3 ekspor komoditi tersebut akan meningkat sekitar 24,35 persen. Peningkatan ekspor komoditi Indonesia ini ke China memiliki peningkatan yang lebih besar lagi yakni diatas 45 persen baik untuk Simulasi 2 maupun pada Simulasi 3. Secara terperinci dampak penghapusan tarif impor yang dibarengi dengan peningkatan TFP pertanian Indonesia Simulasi 2, maupun kombinasi 221 Simulasi 2 dengan peningkatan transmisi harga Simulasi 3 disajikan pada tabel berikut. Tabel 48 Dampak Simulasi Liberalisasi, Peningkatan TFP Pertanian dan Transmisi Harga di Indonsia Terhadap Ekspor Sektoral Indonesia. Sektor Dampak Simulasi TFP dan Transmisi Harga Terhadap Ekspor Sektoral Indonesia Ekspor Total Ekspor Ke China Nilai Base US Juta Simulasi 2 Simulasi 3 Nilai Base US Juta Simulasi 2 Simulasi 3 Pertanian 15,493.8

32.25 32.49