22 juga harus ditawarkan ke semua negara anggota lainnya. Dalam pengambilan
keputusan, WTO juga menerapkan sistem konsensus yang diharapkan dapat mengakomodasi kepentingan semua anggota, Haryadi 2008,.
Pemerintah Indonesia meratifikasi pembentukan WTO pada tanggal 2 Nopember dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Indonesia juga telah
mengadopsi prinsip-prinsi regim perdagangan bebas ini dan telah mengambil sejumlah langkah dalam mengurangi proteksi perdagangan, sesuai dengan skedul
komitmen Indonesia dalam perjanjian dengan WTO.
2.2.2. Sistem Perdagang Bebas Regional
Perjanjian Perdagangan Regional atau Regional Trade Agreements RTAs telah menjadi kecenderungan yang sangat menonjol. Gelombang pembentukan RTAs
terus berlanjut sejak terbentuknya WTO tahun 1995. Menurut sekretariat WTO, bahwa pada tahun 1998 terdapat 102 RTAs yang didaftarkan di GATTWTO,
dimana 78 RTAs merupakan perjanjian perdagangan bebas Free Trade AgreementFTAs
, 11 RTAs merupakan perjanjian perdagangan dalam bidang jasa. Terdapat sebanyak 13 perdagangan bebas yang tidak aktif. Selanjutnya pada
awal tahun 2010, WTO memperkirakan Jumlah RTAs sudah mencapai 462 RTAs yang didaftarkan ke GATTWTO, di mana diantaranya terdapat sebanyak 345
RTAs merupakan perjanjian perdagangan bebas FTAs, sisanya merupakan kesepakatan tarif Preferential Tariff Arrangements dan penyatuan sistem pabean
Custom Union dan perjanjian di sektor jasa Srvice Agreements. Perjanjian
didirikannya organisasi perdagangan dunia WTO pada tahun 1995. Dari total RTAs yang terdapat di GATTWTO pada periode yang sama hanya 271 RTAs
yang masih aktif. Dari total RTAs yang terdapat di GATTWTO, sebagian diantaranya
melibatkan banyak negara anggota seperti misalnya Uni Eropa 25 negara, The Association of Southeast Asian Nation Free Trade Area
AFTA beranggotakan 10 negara, ASEAN-China Free Trade Agreement ACFTA beranggotakan 11
yakni sepeuluh anggota ASEAN plus China. Beberapa RTAs tersebut merupakan perdagangan bebas secara bilateral, yakni sebuah perjanjian perdagangan bebas
yang hanya melibatkan dua negara. Banyak negara di dunia selain bergabung
23 dalam blok peragangan regional, juga membentuk perdagangan bebas bilateral.
Singgapore misalnya, selain aktif menjadi AFTA, ACFTA, juga membuat perjanjian bebas bilateral dengan negara lain seperti : Amerika Serikat, Kanada,
Australia, dan Korea Selatan. Berdasarkan situs resmi WTO, perkembangan RTAs sejak terbntuknya GATTWTO hingga awal tahun 2010 dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut.
Sumber : WTO, 2010 Gambar 2 Perkembangan Jumlah Regional Trade Agreements 1949-2009.
Hartono at al 2007 menyebutkan bahwa Indonesia selain
keanggotaannya dalam WTO, terdapat tiga perjanjian regional yang dihadapi saat ini yakni AFTA, APEC dan ASEAN-China FTA. Pertama, AFTA atau ASEAN
Free Trade Area adalah perjanjian diantara negara-negara ASEAN membentuk
kawasan perdagangan bebas diantara anggota-anggotanya yang dibentuk pada tahun 1992. Sebelumnya AFTA hanya mencakup penurunan tarif untuk beberapa
komoditi termasuk komoditi pertanian yang dianggap sensitif secara politis. Anggota-anggota ASEAN yang memiliki tarif di atas 20 harus turun menjadi
20 dan mengurangi lagi menjadi 0-5 dalam sepuluh tahun berikutnya. Sementara anggota ASEAN yang memiliki tarif di bawah 20 harus menurunkan
menjadi 0-7 dalam tujuh tahun berikutnya. Setelah itu, komoditi pertanian
24 menjadi produk yang paling rumit dinegosiasikan karena hal itu sangat
mempengaruhi perekonomian Indonesia dan Philipina. Akhirnya, anggota ASEAN menyetujui bahwa liberalisasi produk pertanian akan dimulai tahun 2003
dan harus selesai pada tahun 2010. Kedua, Asia Pasific Economic Cooperation APEC yang didirikan pada
tahun 1989 dan beranggotakan 21 negara, bertujuan untuk mempererat kerjasama ekonomi antara negara-negara pasifik bagian barat dan bagian timur. Dalam
jangka panjang, APEC memiliki agenda untuk membangun perdagangan bebas dan investasi di Asia Pasifik. Ada tiga pilar yang mendukung APEC, yaitu
liberalisasi perdagangan dan investasi, memfasilitasi perdagangan dan investasi, dan kerjasama di bidang ekonomi dan teknologi. APEC mendorong anggotanya
untuk membangun kerjasama secara sepihak ke negara-negara non-anggota APEC dibandingkan membangun kerja sama regional antara para anggotanya. Kawasan
perdagangan bebas regional terbaru yang ditandatangani oleh Indonesia adalah ASEAN-China Free Trade Agreement
ACFTA. ACFTA didirikan pada tanggal 4 November 2002 dan akan efektif dalam periode sepuluh tahun ke depan. Tarif
pengurangan harus dimulai pada 1 Januari 2005 sampai 2010 untuk ASEAN 6 Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan China.
Sementara itu, bagi anggota baru ASEAN Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam, penurunan tarif harus mulai pada tanggal 1 Januari 2005 sampai dengan
2015. Beberapa negara Asia dan ASEAN sebagai blok saat ini mengembangkan
perjanjian dan kerangka kerjasama perdagangan dan ekonomi dengan negara- negara Non-ASEAN. Diantara inisiatif kerjasama yang melibatkan anggota
ASEAN adalah a ASEAN-Japan Framework for Comprehensive Economic Parthenrship CEP
yang ditandatangani pada 8 Oktober 2003. CEP diharapkan melaksanakan FTA pada tahun 2012; dalam CEP disetujui bahwa negosiasi
konsesi liberalisasi dilaksanakan secara bilateral; c ASEAN-India yang perjanjian kerangka kerjasamanya ditandatangani pada 8 Oktober 2003 dan akan
diberlakukan pada tahun 2011; c US enterprise for Asean initiative diumumkan oleh AS pada Oktober 2002 bertujuan untuk menciptakan jaringan yang
menghubungkan Asean FTA dengan Amerika Serikat secara bilateral; d Inisiasi
25 perdagangan Trans-regional ASEAN-Uni Eropa Trans-regional EU-Asean trade
initiative di mana pada tanggal 4 April 2003, para menteri perdagangan Asean
dan Uni Eropa setuju meningkatkan kemitraan ekonomi ASEAN-Uni Eropa. Selain itu, terdapat kemitraan ASEAN dengan Australia, Selandia Baru dan Korea
Selatan. Sebagian besar kerangka tersebut di atas mencakup liberalisasi perdagangan barang, jasa dan investasi, kekayaan intelektual dan mekanisme
penyelesaian sengketa Khor, 2005.
2.3. Perdagangan Bebas ASEAN-China ACFTA