44 menguntungkan Sobri, 2001. Berdasarkan pandangan teori ini, maka dalam
konteks perdagangan antarnegara, alasan kegiatan perdagangan antarnegara tidak hanya adanya tingkat keuntungan mutlak, melainkan dengan adanya perbedaan
biaya komparatif yang menimbulkan keuntungan komparatif, akan memberikan keuntungan pada masing-masing negara yang melakukan kegiatan perdagangan.
Teori ini dikeritik dari asumsinya bahwa tenaga kerja merupakan satu- satunya faktor produksi. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan mengapa terdapat
perbedaan dalam comparative advantage itu karena adanya perbedaan di dalam fungsi produksi antara dua negara. Jika fungsi produksinya sama, maka kebutuhan
tenaga kerja juga akan sama dengan nilai produksinya sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Oleh karena, itu syarat timbulnya perdagangan
antarnegara adalah perbedaan fungsi produksi di antara dua negara tersebut. Namun teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi
produksi antara dua negara. Tenaga kerja bukanlah satu-satunya faktor produksi dan tenaga kerja tidak digunakan dalam pangsa yang tetap dan sama untuk semua
jenis barang Nopirin, 1997. Walaupun demikian David Ricardo dikenal sebagai penemu teori perdagangan internasional modern Helawani, 1993.
3.1.2.2. Teori Perdagangan Neoklasik oleh Heckscher dan Ohlin
Teori Perdagangan Neoklasik yan dikembangkan oleh Heckscher dan Ohlin pada tahun 1930an, juga dikenal sebagai teori proporsi faktor yang
menyoroti perbedaan kelangkaan scarcity relatif dari produtivitas faktor K capital dan L labor yang mempengaruhi perbedaan harga faktor P
K
P
L
yang berlaku dan mempengaruhi biaya produksi, serta berpengaruh pada harga produk
Kasliwal, 1995. Heckscher dan Ohlin beranggapan bahwa perdagangan antardaerah itu sesungguhnya adalah masalah harga. Harga suatu barang itu
terjadi karena ada permintaan dan penawaran. Perbedaan harga inilah yang menjadi dasar terjadinya perdagangan antardaerah yang disebabkan perbedaan
komposisi dan proporsi faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh negara-negara di dunia ini Sobri, 2001.
Implikasi penting dari teori ini adalah bahwa setiap negara hendaknya melakukan spesialisasi dan mengekspor barang-barang sesuai dengan kelimpahan
45 karunia sumberdaya yang dimiliki. Negara yang memiliki kelimpahan faktor
tenaga kerja hendaknya melakukan spesialisasi dan mengekspor barang-barang yang produksinya bersifat padat karya labor intensive, sedangkan negara-negara
yang memiliki kelimpahan faktor modal hendaknya memproduksi dan mengekspor barang-barang yang produksinya bersifat padat modal capital
intensive . Teori Heckscher-Ohlin juga memperkenalkan factor price equalization
theorem , yang menyatakan bahwa perdagangan yang bebas antara dua negara
cenderung akan menyamakan bukan hanya harga barang-barang yang diperdagangkan saja, melainkan juga harga faktor produksi yang homogen pada
kedua negara tersebut.
3.1.2.3. Dinamic Comparatif Adventage oleh Paul R. Krugman
Teori Perdagangan Modern Dynamic Comparative Adventage dikembangkan oleh Krugman pada tahun 1980an. Teori ini menyoroti arti penting
teknologi di samping faktor produksi lainnya modal dan tenaga kerja dalam proses produksi sebagai sumber keunggulan komparatif. Negara memiliki
keunggulan komparatif dalam industri sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan yang pasti atas pengaruh teknologi Meier, 1995; Kasliwal, 1995.
Akan tetapi menurutnya, teknologi mengalami perubahan dan penyebaran yang cepat sehingga inovasi baru produk yang didasarkan pada teknologi baru
yang pada awalnya mampu memiliki posisi monopoli dan kemudahan mengakses pasar luar, namun lambat laun gap teknologi akan semakin tipis antarperusahaan
daerah sehingga produk cepat mencapai tahap kejenuhan mature stage dalam tahap siklus produk product life cycle.
Implikasi dari teori ini mengungkapkan bahwa keunggulan komparatif tidak statis, tetapi bersifat dinamis dan dapat diciptakan atau dikembangkan.
Secara umum, perubahan keunggulan komparatif terjadi ketika faktor endowment yang dimiliki suatu daerah berubah. Jenjang perubahan keunggulan komparatif
suatu daerah, diawali dari mengekspor komoditas yang dihasilkan dengan menggunakan faktor-faktor dasar basic factors, seperti sumberdaya alam dan
tenaga kerja yang kurang atau tidak terampil unskilled or semiskilled labor kemudian meningkat menjadi mengekspor komoditas yang dihasilkan dengan
46 menggunakan faktor-faktor spesial dan maju, seperti infrastruktur komunikasi
data digital modern, tenaga kerja terampil dan berpendidikan tinggi, dan aktivitas riset dan pengembangan RD Meier, 1995. Lebih lanjut diuraikan bahwa
keunggulan komparatif menurut tipe-Ricardian dan tipe-Ohlin merupakan jenjang dasar dari keunggulan komparatif yang didominasi oleh faktor-faktor dasar basic
factors karena barang-barang yang dihasilkan berdasarkan pada
“natural” comparative adventage
. Adapun pada jenjang puncak, faktor-faktor yang lebih maju advanced factors mendominasi adalah faktor-faktor yang harus selalu di
kembangkan atau diciptakan melalui investasi sumberdaya manusia dan modal fisik investment in humand and physical capital dalam rangka untuk keunggulan
komparatif yang diciptakan “created” comparative adventage
Dengan demikian konsep keunggulan komparatif pada prinsipnya menekankan pada produksi komoditas perdagangan tertentu yang didasarkan pada
limpahan faktor-faktor endowment Sumberdaya alam, tenaga kerja, modal, dan atau teknologi yang dimiliki wilayah sehingga wilayah dapat lebih produktif atau
lebih efisien dalam menggunakan sumberdayanya dibandingkan wilayah lain. Dengan kata lain keunggulan komparatif komoditas tertentu pada suatu wilayah
memungkinkan komoditas tersebut dapat diproduksi relatif lebih murah dibandingkan jika diproduksi di wilayah lain, yang berarti pula komoditas tersebut
memiliki prospek untuk dapat diperdagangan ke wilayah lain yang memiliki harga relatif lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat keunggulan komparatif yang dimiliki
oleh wilayah, maka semakin tinggi pula dayasaing competitiveness komoditas yang dihasilkannya dalam perdagangan antarnegara.
3.1.3. Konsep Keunggulan Kompetitif