206
6.3.2. Dampak  ACFTA  terhadap  Kinerja  Makroekonomi  Masing-masing
Negara ASEAN-5 dan China
Pada dasarnya pembentukan kawasan perdagangan bebas regional, seperti halnya  ASEAN-China  Free  Trade  Area  ACFTA,  tidak  lain  merupakan  bentuk
pendeskriminasian  akses  perdagangan  antara  negara-negara  anggota  dengan negara  mitra  dagang  lainnya.  Penurunan  atau  penghapusan  berbagai  hambatan
perdagangan  tarif  dan  non  tarif  diantara  negara-negara  anggota  FTA  akan meningkatkan  interaksi  ekonomi  diantara  mereka,  baik  dari  sisi  ekspor  maupun
impor,  serta  berdampak  pada  berbagai  variabel  makroekonomi  lainnya.  Dengan liberalisasi,  maka  komoditi  yang  dapat  diproduksi  secara  efisien  pada  setiap
negara  dapat  meningkat  volume  ekspornya  serta  memperoleh  harga  yang  lebih tinggi dari negara mitranya, sebaliknya setiap negara juga akan memperoleh harga
yang  lebih  murah  dari  barang-barang  impor  yang  tidak  dapat  diproduksi  secara efisien  secara  domestik.  Selain  itu,  liberalisasi  perdagangan  ini  juga  akan
berdampak  pada  berbagai  variabel  makroekonomi  lainnya,  seperti  perubahan konsumsi  masyarakat,  pengeluran  pemerintah,  investasi,  dan  berbagai  variabel
makroekonomi  lainnya.  Pada  bagian  ini  akan  di  uraikan  dampak  penghapusan tarif  impor  secara  timbal  balik  antara  negara-negara  ASEAN-5  dan  China
terhadap  berbagai  variabel  makroekonomi  masing-masing.  Hasil  simulasi penghapusan  tarif  impor  tersebut  terhadap  berbagai  variabel  makroekonomi  di
masing-masing negara disajikan pada Tabel 42-Tabel 45. Tabel  42  menunjukkan  dampak  penghapusan  tarif  impor  secara  timbal
balik antara ASEAN-5 dan China terhadap kinerja ekspor masing-masing negara. Pada  tabel  tersebut  terlihat  bahwa,  meskipun  secara  absolut  peningkatan  volume
ekspor total China lebih tinggi dibandingkan ekspor total negara-negara ASEAN- 5, namun secara relatif, persentase peningkatan voleme ekspor negara ASEAN-5
lebih tinggi dari China. Dengan skema penghapusan tarif impor tersebut, volume ekspor  China  meningkat  sekitar  0,35  persen  dari  nilai  basenya,  sementara
persentase  peningkatan  volume  ekspor  negara-negara  ASEAN-5  berkisar  antara 0,69
– 1,22 persen dari nilai basenya. Terlihat bahwa, dalam skema ini Indonesia menempati  urutan  teratas  dalam  persentase  peningkatan  volume  ekspor  yakni
207 sekitar  1,22  persen,  kemudian  diikuti  oleh  Thailand  dengan  peningkatan  ekspor
sekitar 1,12 persen.
Tabel 42, juga menunjukkan bahwa penghapusan tarif impor secara timbal
balik antara negara-negara ASEAN-5 dan China akan berdampak pada perubahan nilai ekspor masing-masing negara mitra China untuk mengakses pasar domestik
China.  Skenario  ini  menyebabkan  peningkatan  nilai  ekspor  negara-negara ASEAN-5  ke  pasar  domestik  China  yang  cukup  signifikan,  sementara  ekspor
mitra  dagang  China  lainnya  ke  pasar  domestik  China  mengalami  penurunan. Diantara  negara-negara  ASEAN-5,  Indonesia  menempati  urutan  teratas  dalam
persentase peningkatan ekspor ke pasar domestik China, yakni meningkat sekitar 12,57  persen,  kemudian  diikuti  oleh  Thailand  dengan  persentase  peningkatan
sekitar 9,82 persen. Sedangkan persentase peningkatan ekspor ke pasar domestik China  paling  rendah  ditempati  oleh  Philipina  dan  Singapura.  Dengan  liberalisasi
ini, ekspor Philipina ke China hanya meningkat sekitar 1,86 persen dan Singapura sekitar 3,84 persen.
Perubahan  ekspor  masing-masing  negara  ASEAN-5  ke  China menyebabkan  adanya  perubahan  pangsa  pasar  ekspor  di  pasar  domestik  China.
Pada  kondisi  awal  sebelum  FTA,  ekspor  masing-masing  negara  ASEAN-5  ke China, urutan teratas ditempati oleh Malaysia kemudian diikuti oleh Philipina dan
Thailand. Namun setelah FTA, posisi Philipina digeser oleh Thailand diurutan ke dua,  sedangkan  Indonesia,  meskipun  persentase  peningkatan  ekspornya  ke  pasar
domestik  China  paling  tinggi,  namun  kondisi  tersebut  belum  menggeser  posisi Indonesia sebagai juru kunci diantara negara-negara ASEAN-5 dalam nilai ekspor
ke pasar domestik China. Selanjutnya, pada tabel 42 juga terlihat bahwa skenario penghapusan tarif
impor secara timbal balik antara ASEAN-5 dan China, menyebabkan menurunnya ekspor  negara-negara  mitra  dagang  China  lainnya  ke  pasar  domestik  China.
Gambaran  tersebut  mengisyaratkan  bahwa  skenario  penghapusan  tarif  impor  ini, menyebabkan  dayasaing  komoditi  negara-negara  ASEAN-5  di  pasar  domestik
China  mengalami  peningkatan,  sehingga  pangsa  pasar  ekspor  negara-negara ASEAN-5  di  pasar  domestik  China  mengalami  peningkatan,  dan  menurunkan
pangsa pasar ekspor mitra dagang China lainnya
208 Tabel 42
Dampak  Liberalisasi  ACFTA  Terhadap  Ekspor  Negara-Negara ASEAN-5 dan China.
No Negara
Nilai Ekspor Sebelum FTA
US Juta Nilai Ekspor
Setelah FTA US Juta
Perubahan Nilai  US
Juta Persentase
1  Ekspor Total CHN
1,167,182 1,171,272
4,090.5 0.3505
IDN 127,674
129,229 1,555.8
1.2186 MYS
194,569 195,875
1,306.3 0.6714
PHL 72,258
72,755 497.4
0.6883 SGP
205,352 206,874
1,522.2 0.7413
THA 175,057
177,012 1,955.2
1.1169 ROSEA
72,543 72,506
-37.3 -0.0514
ROEA 1,589,710
1,588,665 -1,045.5
-0.0658 USA
1,363,366 1,363,123
-243.8 -0.0179
EU25 5,599,035
5,598,185 -849.9
-0.0152 MEAST
666,863 666,783
-79.9 -0.0120
ROW 3,393,389
3,392,807 -581.8
-0.0171 2  Ekspor Ke China
CHN IDN
11,082 12,475
1,393.3 12.5729
MYS 28,375
29,962 1,587.1
5.5934 PHL
22,709 23,131
421.7 1.8571
SGP 20,634
21,427 792.8
3.8421 THA
22,489 24,696
2,207.6 9.8165
ROSEA 3,919
3,910 -9.7
-0.2481 ROEA
382,586 381,600
-986.2 -0.2578
USA 78,548
78,283 -265.1
-0.3375 EU25
132,108 131,661
-447.2 -0.3385
MEAST 50,625
50,472 -152.6
-0.3014 ROW
182,675 181,962
-712.9 -0.3902
Sumber : GTAP 8, 2012, Diolah.
Selanjutnya  dari  sisi  impor,  penghapusan  tarif  impor  antar  negara-negara ASEAN-5  dan  China  juga  meningkat  impor  di  masing-masing  negara.  Dengan
skenario ini, total impor China meningkat  US 935,8 Millair menjadi  US 939,6 Milliar atau meningkat sekitar 0,41 persen dari nilai basenya. Sedangkan negara-
negara  ASEAN-5  memiliki  persentase  peningkatan  impor  berkisar  antara  0,94 persen  hingga  1,57  persen.  Tercatat  bahwa  Thailand  menempati  urutan  teratas
dalam peningkatan nilai impor, yakni sekitar 1,57 persen, sedangkan peningkatan terendah  ditempati  oleh  Phililipina  yakni  sekiar  0,94  persen.  Perbandingan  nilai
absolut  peningkatan  ekspor  dan  impor  di  masing-masing  negara  ASEAN-5  dan China,  menunjukkan  bahwa  hanya  China  dan  Indonesia  yang  memiliki
peningkatan  nilai  ekspor  total  yang  lebih  besar  dari  impor  totalnya,  sedangkan negara-negara  ASEAN-5  lainnya  terjadi  sebaliknya.  Gambaran  tersebut
209 menjelaskan  bahwa  skenario  penghapusan  tarif  impor  ini  akan  memperbaiki
posisi  neraca  perdagangan  China  dan  Indonesia,  tetapi  memperburuk  neraca perdagangan negara-negara ASEAN-5 lainnya.
Tabel 43 Dampak  Liberalisasi  ACFTA  terhadap  Impor  Negara-Negara
ASEAN-5 dan China.
No Negara
Nilai Impor Sebelum FTA
US Juta Nilai Impor
Setelah FTA US Juta
Perubahan Nilai  US
Juta Persentase
1  Impor Total CHN
935,751 939,580
3,828.9 0.4092
IDN 101,353
102,898 1,545.3
1.5247 MYS
141,982 143,577
1,595.4 1.1237
PHL 62,416
63,000 584.2
0.9360 SGP
177,939 180,345
2,405.6 1.3519
THA 142,041
144,265 2,224.3
1.5659 ROSEA
74,667 74,536
-131.5 -0.1762
ROEA 1,409,256
1,407,680 -1,576.5
-0.1119 USA
2,111,315 2,110,826
-489.5 -0.0232
EU25 5,720,981
5,720,340 -640.9
-0.0112 MEAST
472,686 472,457
-228.8 -0.0484
ROW 3,276,610
3,275,583 -1,027.3
-0.0314 2  Impor Dari China
CHN IDN
13,049 13,998
948.8 7.2712
MYS 17,158
18,301 1,143.6
6.6652 PHL
6,840 7,326
486.3 7.1098
SGP 15,153
15,372 218.2
1.4400 THA
13,533 14,918
1,385.0 10.2346
ROSEA 14,137
14,143 6.3
0.0445 ROEA
236,112 235,992
-120.1 -0.0509
USA 281,152
281,169 17.9
0.0063 EU25
274,488 274,512
23.7 0.0086
MEAST 41,365
41,354 -10.6
-0.0257 ROW
254,195 254,187
-8.5 -0.0034
Sumber : GTAP 8, 2012, Diolah.
Tabel  43  juga  menunjukkan  pengaruh  skenario  penghapusan  tarif  impor antar  ASEAN-5  dan  China  terhadap  impor  masing-masing  negara  atas  produk-
produk  yang  berasal  dari  China.  Terlihat  bahwa  Thailand  merupakan  negara  di ASEAN-5  mengalami  peningkatan  impor  produk  China  paling  besar  yakni
meningkat  sekitar  10,23  persen,  sedangkan  yang  terendah  adalah  Singapura dengan peningkatan impor produk China sekitar 1,44 persen. Selanjutnya dengan
mencermati  perbandingan  antara  ekspor  negara-negara  ASEAN-5  ke  China dengan  impor  negara  tersebut  atas  produk  China,  menunjukkan  bahwa,  kecuali
210 Philipina, negara-negara ASEAN-5 lainnya memiliki peningkatan nilai ekspor ke
China  yang  lebih  besar  dibandingkan  nilai  impor  negara  tersebut  atas  produk China.  Dengan  kata  lain  bahwa  skenario  penghapusan  tarif  impor  secara  timbal
balik  antara  ASEAN-5  dan  China,  menyebabkan  neraca  perdagangan  negara- negara ASEAN-5, kecuali Philipina, semakin membaik.
Peningkatan  nilai  impor  di  masing-masing  negara  membawa  pengaruh pada  perubahan  harga  penjualan  barang  komposit  di  masing-masing  negara,
demikian  pula  terhadap  peningkatan  harga  upah  tenaga  kerja  dan  sewa  modal  . Perbandingan  peningkatan  harga  penjualan  barang  komposit  diantara  negara-
negara  ASEAN-5  dan  China,  menunjukkan  bahwa  peningkatan  harga  penjualan barang  komposit  tertinggi  di    Singapura  dan  Thailand,  yakni  masing-masing
meningkat  sekitar  0,95  persen  dan  0,73  persen,  sedangkan  peningkatan  harga penjualan  barang  komposit  paling  rendah  terjadi  di  China.  Selain  itu  skenario
penghapusan  tarif  impor  antar  ASEAN-5  dan  China  juga  berdampak  pada peningkatan upah tenaga kerja dan sewa modal di masing-masing negara. Terlihat
pada  Tabel  44  bahwa  peningkatan  upah  tenaga  kerja  paling  besar  terjadi  di Singapura  yakni  meningkat  sekitar  1,36  persen,  sedangkan  peningkatan  upah
terkecil  di  China  dan  Indonesia,  yakni  masing-masing  hanya  meningkat  sebesar 0,08  persen  untuk  China  dan  0,307  persen  untuk  Indonesia.  Sementara
peningkatan sewa modal tertinggi terjadi di Malaysia dan terendah di China dan Philipina.
Tabel 44 Dampak  Liberalisasi  ACFTA  terhadap  Harga-harga  di  Masing-
masing Negara ASEAN-5 dan China.
Negara Dampak ACFTA Terhadap Harga-Harga
Harga Penjualan Barang Komposit
Upah TK Komposit
Sewa Modal Komposit
IHK CHN
0.005 0.082
0.170 -0.041
IDN 0.319
0.307 0.450
-0.017 MYS
0.333 1.242
10.512 0.130
PHL 0.259
0.850 0.405
0.258 SGP
0.950 1.363
5.719 0.920
THA 0.731
1.328 1.914
0.184 ROSEA
0.011 -0.170
0.022 -0.021
ROEA 0.014
-0.062 0.047
-0.041 USA
0.015 0.000
0.021 0.003
EU25 0.035
0.007 0.038
0.010 MEAST
0.006 -0.020
0.017 -0.008
ROW 0.002
-0.004 0.000
0.001 Sumber : GTAP 8, 2012, Diolah.
211 Peningkatan upah tenaga kerja serta tingkat sewa modal berimplikasi tidak
hanya pada perubahan pendapatan rumah tangga di masing-masing negara tetapi juga akan mempengaruhi tingkat permintaan terhadap barang dan jasa di masing-
masing  negara,  termasuk  pengaruhnya  terhadap  kegiatan  investasi.  Berdasarkan hasil simulasi penghapusan tarif impor antar negara-negara ASEAN-5 dan China
menunjukkan bahwa meskipun harga jual barang komposit meningkat, konsumsi masyarakat  akan  barang  dan  jasa  di  masing-masing  negara  juga  meningkat.
Peningkatan  konsumsi  masyarakat  ini  terutama  didorong  oleh  peningkatan pendapatan.  Peningkatan  pendapatan  rumah  tangga  tersebut,  juga  diiringi
peningkatan  aggaran  konsumsi  rumah  tangga  sehingga  konsumsi  rumah  tangga
atas berbagai barang meningkat di masing-masing negara. Terlihat pada Tabel 41,
bahwa  konsumsi  masyarakat  setelah  FTA  mengalami  peningkatan,  dimana peningkatan tertinggi terjadi di Malaysia, sedangkan peningkatan terendah terjadi
di China dan Indonesia. Akan  tetapi  dari  sisi  pengeluaran  pemerintah,  tampaknya  hanya  China
yang  mengalami  peningkatan,  sementara  pengeluaran  pemerintah  di  ASEAN-5 mengalami  penurunan.  Turunnya  permintaan  pemerintah  terhadap  berbagai
barang dan dan jasa, selain disebabkan oleh berkurangnya penerimaan pemerintah sebagai  dampak  dari  penghapusan  pajak  impor,  juga  disebabkan  oleh
meningkatnya  harga  penjualan  barang  komposit.  Terbatasnya  anggaran pemerintah  yang  dibarengi  dengan  peningkatan  harga  memberi  konsekuensi
terhadap berkurangnya konsumsi pemerintah terhadap berbagai barang dan jasa. Selanjutnya,  dampak  penghapusan  tarif  impor  antar  negara-negara
ASEAN-5  dan  China  juga  memberikan  pengaruh  buruk  terhadap  investasi  di masing-masing  negara.  Terlihat  pada  Tabel  45,  bahwa  dengan  skenario  ini
investasi  di  masing-masing  negara  ASEAN-5  dan  China  mengalami  penurunan, hanya  Singapura  yang  mengalami  peningkatan  investasi.  Penurunan  investasi  di
negara-negara ASEAN-5 dan China, disebabkan oleh dua hal utama, yakni selain terkait  dengan  berkurangnya  tabungan  pemerintah  sebagai  konsekuensi  dari
menurunnya  penerimaan  pemerintah  dari  pajak  impor,  juga  disebabkan  dari meningkatnya resiko investasi seiring dengan meningkatnya biaya modal. Terlihat
pada tabel 45, bahwa penurunan investasi paling besar terjadi di Malaysia, yakni
212 turun  sekitar  2,67  persen,  sedangkan  penurunan  investasi  paling  kecil  ditempati
oleh China dan Indonesia, yakni masing-masing turun sekitar -0,29 persen untuk China dan sekitar  -1,13 persen untuk Indonesia.
Tabel 45 Dampak  Liberalisasi  ACFTA  terhadap  Variabel  Makroekonomi  di
Masing-masing Negara ASEAN-5 dan China.
Negara Dampak ACFTA Terhadap Makroekonomi Masing-Masing Negara
Konsumsi RT
Pengel Pemerintah
Investasi GDP
FD GDP
Deflator Pendapatan
RT Penerimaan
Pemerintah CHN
0.254 0.009
-0.292 -0.039
0.086688 0.086
-0.993 IDN
0.491 -0.043
-1.132 0.018
0.390148 0.385
-2.927 MYS
2.108 -0.647
-2.670 0.410
1.385332 1.372
-5.788 PHL
0.646 -0.500
-1.771 0.375
0.877784 0.875
-3.555 SGP
1.165 -1.000
3.016 1.510
1.559548 1.528
1.110 THA
1.725 -0.515
-2.517 0.344
1.489243 1.472
-6.487 ROSEA
-0.130 0.087
-0.133 -0.142
-0.156511 -0.158
-0.099 ROEA
-0.020 0.053
-0.107 -0.060
-0.060857 -0.061
-0.058 USA
-0.002 -0.001
-0.001 0.000
0.000000 0.000
0.000 EU25
-0.002 -0.009
0.011 0.007
0.007629 0.008
0.006 MEAS
T -0.030
0.014 -0.042
-0.027 -0.026024
-0.026 -0.029
ROW -0.007
0.002 -0.010
-0.006 -0.005645
-0.006 -0.006
Sumber : GTAP 8, 2012, Diolah.
Tabel 45 juga memperlihatkan pengaruh penghapusan tarif impor terhadap GDP  masing-masing  negara.  Tampak  bahwa  GDP  dari  perspektif    final  demand
masing-masing  negara  ASEAN-5  meningkat,  sedangkan  GDP  China  mengalami penurunan.  Dengan  skenario  ini  GDP  China  menurun  sekitar  -0,039  persen.
Untuk  ASEAN-5,  peningkatan  GDP  tertinggi  ditempati  oleh  Singapura  yakni sekitar  1,51  persen,  sedangkan  posisi  terendah  ditempati  oleh  Indonesia  dengan
peningkatan  sekitar  0,18  persen.  Gambaran  tersebut  mengisyaratkan  bahwa, meskipun  secara  umum    liberalisasi  perdagangan  antara  ASEAN-5  dan  China
dapat  meningkatkan  GDP  masig-masing  negara  ASEAN-5,  namun  peningkatan tersebut  berbasiskan  pada  peningkatan  konsumsi  masyarakat  dan  tidak  berbasis
pada  peningkatan  investasi  yang  dapat  meningkatkan  kapasitas  produksi  dan perluasan kesempatan kerja.
6.3.3. Dampak ACFTA terhadap Kinerja Sektor Ekonomi di Indonesia