53 dalam bentuk kebijakan, sehingga berakibat pada munculnya distorsi pasar.
Beberapa bentuk intervensi yang sering ditemukan antara lain adalah berupa pemberlakuan tarif impor, pemberian subsidi ekspor, dan berbagai bentuk
domestik support lainnya. Semua bentuk intervensi ini berdampak pada munculnya distorsi pasar. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pemberlakuan
intervensi yang mendistorsi pasar tersebut.
3.2.1. Pemberlakuan Tarif Impor
Tarif impor merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam bidang perdagangan internasional. Motivasi pengenaan tarif impor di masing-
masing negara beragam seperti untuk tujuan mengurangi impor, melindungi produsen domestik, sebagai salah satu sumber pendapatan negara, atau motivasi
lainnya. Haryadi 2008 menjelaskan bahwa tarif yang dikenakan terhadap produk yang diimpor disebut tarif impor, sedangkan tarif yang dikenakan terhadap produk
ekspor disebut dengan tarif ekspor. Dampak pemberlakuan tarif bisa berbeda antara negara. Pada negara-negara kecil yang tidak mampu mempengaruhi harga
dunia, penerapan tarif hanya akan merubah harga di negara tersebut, sementara harga dunia tidak mengalami perubahan. Sebaliknya, pada kasus negara besar,
penerapan tarif akan mampu mempengaruhi harga dunia. Berikut ini akan dijelaskan mengenai dampak pemberlakuan tarif impor pada kasus negara kecil
dan kasus negara besar.
3.2.1.1. Tarif Impor Pada Kasus Negara Kecil
Kebijakan tarif perdagangan, seperti halnya tarif impor selama ini populer diberlakukan baik di negara besar maupun di negara kecil. Negara kecil yang
dimaksud adalah negara yang tidak mampu mempengaruhi harga dunia, sedangkan negara besar adalah negara yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi harga dunia. Karena itu, sekalipun melakukan perubahan kebijakan perdagangan TOT dunia tidak berubah. Bagimana dampak penerapan
tarif impor pada kasus negara kecil diilustrasikan seperti pada Gambar 6. Dengan mengasumsikan hanya ada dua komoditi misalkan makanan dan pakaian, negara
A akan memaksimumkan kesejahteraannya dengan berproduksi pada titik dimana
54 rasio dari marginal cost MC domestiknya sama dengan rasio nilai tukar dunia.
Negara tersebut akan melakukan perdagangan untuk mencapai kemungkinan kurva indiferen yang paling tinggi. Rasio harga dunia ditunjukkan oleh slop TT,
produksi berada pada titik P
1
, dan konsumsi pada titik C
1
. TT bersinggungan dengan kurva indifferen i
2
, negara A mengekspor pakaian dan mengimpor makanan.
Sumber: Dunn Jr and Mutti. 2000 Gambar 6 Dampak Tarif Pada Model Keseimbangan Umum Untuk Kasus
Negara Kecil. Berdasarkan pada illustrasi Gambar 6, diatas maka jika negara A
menetapkan tarif pada impor makanannya, maka dampak pertamanya adalah meningkatnya harga domestik makanan. Akibatnya rasio nilai tukar domestik
menjadi sama dengan slop DD, lebih landai dari TT, yang menunjukkan suatu harga relatif yang lebih tinggi untuk makanan. Harga makanan yang lebih tinggi
menyebabkan perusahaan terdorong untuk meningkatkan produksi makanan dan akan mengurangi produksi pakaiannya. Titik produksi berpindah ke P2, dimana
garis harga domestik DD merupakan tangen terhadap kurva kemungkinan produksi.
P
1
C
2
• •
•
Pakaian C
•
IC
2
M ak
an an
IC
1
C
1
E D
P
2
F
G T
D E
T
55 Dengan asumsi bahwa rasio harga dunia tetap tidak berubah, perdagangan
internasional terjadi sepanjang garis P
2
C
2
garis yang sejajar dengan garis TT. Keseimbangan baru pada konsumsi dicapai ketika dua kondisi terpenuhi:
Pertama , garis harga domestik, EE, yang slopnya sama dengan tarif,
bersinggungan dengan suatu kurva indiferen i
1
, Kedua, garis harga dunia, P
2
C
2
, memotong kurva indiferen komuniti pada titik tangennya dengan garis harga
domestik, EE. Kedua kondisi ini terpenuhi pada titik C
2
pada Gambar 6. Secara teknis, kondisi pertama menjamin bahwa MRS pada konsumsi adalah sama
dengan rasio harga domestik yang dihadapi konsumen, sedangkan kondisi kedua memenuhi persyaratan bahwa rasio harga domestik berbeda dengan rasio harga
dunia. Terpenuhinya kondisi keseimbangan baru pada titik C
2
mengisyaratkan bahwa, negara A terus mengekspor pakaian dan mengimpor makanan tetapi dalam
jumlah yang lebih kecil dari sebelumnya. Tarif telah mendorong produksi makanan dan mengurangi ketergantungan negara A terhadap makanan impor.
Tarif juga telah mengurangi output domestik berupa ekspor pakaian dan mengurangi kesejahteraan sebagaimana diindikasikan oleh pergerakan kurva
indifferent yang lebih rendah, dari i
2
ke i
1
. Jadi, baik dengan menggunakan pendekatan keseimbangan umum maupun keseimbangan parsial, kebijakan tarif
pada kasus negara kecil berdampak pada berkurangnya kesejahteraan nasional.
3.3. Model Dasar Analisa Komputasi Keseimbangan Umum