74
4.3.1. Metode Analisis Dayasaing Pertanian
Analisis komparasi dayasaing komoditi, khususnya komoditi pertanian diantara negara-negara anggota ACFTA akan dianalisis berdasarkan konsep
dayasaing dari sisi Supply. Konsep dayasaing dari sisi Supply dalam studi ini merujuk pada konsep keunggulan komparatif comparative adventage dalam
teori-teori perdagangan internasional, yakni konsep yang menekankan pentingnya berspesialisasi pada komoditi yang memiliki efisiensi paling tinggi, di mana
efisiensi ini dicerminkan dari ukuran produktivitas faktor. Nicholson 1994 menyebutkan bahwa produktivitas faktor adalah ukuran efisiensi karena secara
teknis mengacu pada perbandingan output dan input. Wilayah yang memiliki limpahan faktor tertentu seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam atau
teknologi, akan memiliki produktivitas faktor yang relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah lain dalam menghasilkan komoditi tertentu. Dengan
demikian ukuran produktivitas faktor dapat dijadikan sebagai indikator dayasaing komoditi dari sisi Supply.
Keragaman limpahan faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan teknologi diantara negara negara yang tergabung dalam ACFTA
memungkinkan perbedaan produktivitas faktor dalam menghasilkan komoditi tertentu dan sekaligus berimplikasi pada keragaman dayasaing komoditi yang
dihasilkan masing-masing negara. Ukuran produktivitas yang digunakan dalam studi ini yang sekaligus mencerminkan indikator dayasaing komoditi dari sisi
supply di masing-masing negara anggota ACFTA adalah ukuran total factor
productivity TFP. Nilai TFP dapat diperoleh dengan melakukan transformasi
pada fungsi produksi Cobb-Douglas yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
1
H K
L A
Y ………………………………………………. 4A-1
Dimana
Y
= Nilai produksi Output tanaman pertanian Crops menurut harga konstan 2004-2006 dalam US Int Ribu
L
= Tenaga Kerja Pertanian labor dalam ribu jiwa
75
K
= Indeks nilai Persediaan Modal Bersih dari mesin-mesin pertanian Machinery and equipment
dan penanaman tanaman plantation crops 2005 =100
H
= Lahan tanaman pertanian Arable Land + Permanent Cropland dalam Ribu Ha.
A
= Pergeseran fungsi produksi Untuk keperluan perhitungan TFP, maka dilakukan transformasi terhadap
fungsi produksi Cobb-Douglas, dan menghasilkan
H K
L Y
TFP
G G
G G
G 1
......................................... 4A-2 Dimana G merepresentasikan pertumbuhan variabel dan
,
merepresentasikan proporsi biaya cost share dari masing-masing faktor produksi L dan K.
TFP adalah perubahan dalam output yang tidak dapat dijelaskan oleh perubahan dalam input dengan kata lain merupakan jumlah pertumbuhan yang
tersisa residu setelah dikurangkan dengan kontribusi pertumbuhan masing- masing input faktor produksi yang terukur. TFP ini seringkali digunakan sebagai
ukuran kemajuan teknologi atau peningkatan efisiensi tenaga kerja. Banyak hal yang dapat mempengaruhi TFP ini, misalnya meningkatnya pengetahuan tentang
metode produksi yang lebih baik, peningkatan keterampilan pekerja, peningkatan modal fisik seperti mesin, infrastruktur dan lainnya yang dapat meningkatkan
efisiensi produksi, pokoknya TFP mencakup apa pun yang dapat mengubah hubungan diantara input dan output Mankiw,2003.
Komparasi dayasaing komoditi pertanian antar negara-negara ASEAN-5 dan China, selain menggunakan pendekatan TFP, studi ini juga menganalisis
dayasaing komoditi pertanian berdasarkan pendekatan dayasaing ekspor. Komparasi dayasaing komoditi masing-masing negara ASEAN-5 dan China pada
pasar ekspor didasarkan pada beberapa indikator utama yakni 1 indikator pangsa pasar; 2 indikator indeks RCA Revealed Comparatif Advetages, 3 Indikator
indeks spesialisasi perdagangan dan indikator berdasarkan indeks komplementer perdagangan antara negara-negara ASEAN-5 dengan China.
Indikator pangsa pasar dimaksudkan untuk mengukur porsi pangsa pasar dunia yang dikuasai oleh setiap komoditi ekspor masing-masing negara-negara
76
ASEAN-5 dan China. Komiditi ekspor dari negara trtentu yang memiliki pangsa pasar paling besar mengindikasikan bahwa komoditi di ngara tersebut memiliki
dayasaing yang lebih tinggi dalam mengakses pasar global. Secara matematis indeks pangsa pasar komoditi ekspor dirumuskan sebagai berikut.
100 Pasar
Pangsa Indeks
x W
X
i ij
.........................................................4A-3 Selanjutnya, untuk mengetahui jenis komoditi apa di masing-masing
negara yang memiliki dayasaing tinggi untuk mengakses pasar global, maka indikatornya didasarkan pada indeks revealed comparative adventage RCA .
Semakin tinggi nilai RCA dari suatu komoditi yang berasal dari negara tertentu, maka semakin tinggi pula daya saing komoditi tersebut dalam persaingan di pasar
global. Secara matematis indeks RCA dirumuskan sebagai berikut.
t i
j ij
W W
X X
RCA ................................................................................ 4A-4
Keterangan: X
ij
= nilai ekspor komoditas i dari negara j X
j
= nilai ekspor total dari negara j W
i
= nilai ekspor komoditas i di pasar globalChina W
t
= nilai ekspor total ke pasar globalChina Untuk melengkapi analisa daya saing komoditi di pasar global antara
negara-negara ASEA-5 dan China, maka selain indikator pangsa pasar dan indikator RCA, studi ini juga menggunakan dua indikator lain yakni masing-
masing indeks spesialisasi perdagangan dan indeks komplementer perdagangan. Indeks spesialisasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah komoditi pertanian
yang dimiliki masing-masing negara ASEAN-5 dan China cenderung dieskpor atau cenderung diimpor. Mengacu pada pada model yang digunakan oleh
Yoo dan Kim 2006 dan
Safriansyah 2010
, maka indeks spesialisasi perdagangan dalam studi ini dirumuskan sebagai berikut.
i i
i i
M X
M X
ISP ............................................................... 4A-5
Keterangan: X
i
= nilai ekspor komoditi i M
i
= nilai impor komoditi i Nilai ISP berkisar antara -1 hingga +1, Jika nilai ISP -1 berarti negara tersbut
hanya sebagai pengimpor komoditi i. Sedangkan ISP = +1 berarti negara tersebut
77
hanya sebagai pengekspor komoditi i. Dengan kata lain nilai ISP yang semakin mendekati nilai +1 berarti komodit i di negara tersebut cenderung diekspor.
Selanjutnya indeks komplementer perdagangan dimaksudkan untuk melihat kecocokan antara struktur permintaan impor suatu negara pasar dengan
sruktur ekspor dari negara tertentu. Dalam studi ini indeks komplementer yang dianalisis adalah indeks komplementer perdagangan antara negara-negara
ASEAN-5 dengan China. Negara ASEAN-5 yang memiliki struktur ekspor yang paling cocok dengan struktur kebutuhan impor di pasar domestik China akan
memiliki indeks komplementer paling tinggi. Mengacu pada formula indeks komplementer yang digunakan oleh Mikic dan Gilbert 2009, Andriamananjara,
et., al 2010, dan Castro 2012, maka indeks komplemener perdagangan IKP
antara negara-negara ASEAN-5 dengan China dirumuskan sebagai berikut. 100
2 1
IKP x
x m
i B
i A
i
.................................................... 4A-6 Keterangan:
A i
m
= proporsi impor komoditi i dari total impor negara A
B i
x
= proporsi ekspor komoditi i dari total ekspor negara B Nilai indeks komplementer perdagangan antara negara A dan negara B
berkisar pada nilai 0 – 1. Nilai IKP yang mendekati nilai satu, berarti kedua
nagara memiliki kecocokan dalam perdagangan. Nilai IKP yang mendekata nilai satu juga mengisyaratkan bahwa negara B memiliki peluang yang besar untuk
meningkatkan nilai ekspornya kepasar domestik negara A.
4.3.2. Analisis Transmisi Harga Dunia ke Pasar Domestik