Kesimpulan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan

1. Pertumbuhan output pertanian China dan negara-negara di ASEAN-5 paling besar bersumber dari kemajuan tehnis TFP dan pertumbuhan tenaga kerja. Hanya Singapura yang pertumbuhan pertaniannya dominan berasal dari pertumbuhan modal. Pertumbuhan TFP pertanian China 1,97 persen lebih tinggi dari TFP pertanian ASEAN-5 1,93 persen akan tetapi masih kalah Malaysia 3,40 persen dan Thailand 2,37 persen. Indonesia dengan pertumbuhan TFP pertanian sebesar 1,83 persen mengisyaratkan bahwa Indonesia kurang produktif dan kurang efisien dalam menghasilkan produk- produk pertanian dibandingkan China, Malaysia dan Thailand. 2. Bagi China sektor pertanian bukan unggulan dalam mengakses pasar global, sementara negara-negara ASEAN-5, khususnya Indonesia, Malaysia dan Thailand dimana sektor pertanian adalah unggulan. Akan tetapi pangsa pasar pertanian China di pasar global lebih besar dari pangsa pertanian negara- negara ASEAN-5 pada umumnya. Selain itu jumlah jensi komoditi pertanian China yang cenderung diekspor lebih banyak dibandingngkan ASEAN-5. Indonesia hanya memiliki tiga komoditi yang cenderung diekspor masing- masing komoditi perkebunan dan tanaman lainnya, komoditi pertanian non tanaman dan komoditi pertanian olahan. Ketiga komoditi tersebut juga memiliki dayasaing tinggi mengakses pasar domestik China dan pasar global. 3. Nilai koefisien transmisi harga internasional ke pasar produsen domestik masing-masing negara umumnya kecil, yang berarti bahwa hanya sebagian kecil perubahan harga komoditi pertanian ditingkat internasional yang dapat ditransmisikan ke tingkat produsen di masing-masing negara. Meskipun demikian ada indikasi integrasi jangka pendek untuk sebagian besar komoditi tanaman pangan di China dan integrasi jangka panjang untuk sebagian besar komoditi perkebunan di ASEAN-5. 4. Penghapuan tarif impor secara timbal balik antar negara-negara ASEAN-5 dan China memberikan dampak positif pada peningkatan GDP di masing 240 masing negara ASEAN-5, tetapi menurunkan GDP China. Peningkatan GDP tertinggi ditempati oleh Singapore dan Malaysia, sementara Indonesia memperoleh peningkatan GDP paling kecil. Selain itu, skenario ini juga meningkatkan konsumsi masyarakat dan output sektoral, termasuk output pertanian, tetapi berpotensi menurunkan konsumsi pemerintah dan investasi di masing-masing negara. Liberalisasi ini juga menyebabkan neraca perdagangan sebagian besar komoditi pertanian Indonesia mengalami defisit, termasuk komiditi pertanian yang melibatkan banyak penduduk seperti padi. 5. Liberalisasi yang dibarengi peningkatan TFP pertanian dan peningkatan transmisi harga di Indonesia akan memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap peningkatan ekspor, termasuk memperbaiki neraca perdagangan komoditi pertanian. Akan tetapi investasi juga semakin menurun. Bahkan skenario ini cenderung menurunkan kesempatan kerja disektor pertanian primer. Selain itu, skenario ini juga berdampak pada peningkatan pendapatan yang lebih besar bagi seluruh rumah tangga di Indonesia. Namun peningkatan pendapatan paling besar diperoleh kelompok rumah tangga golongan atas perkotaan maupun golongan atas pedesaan, sementara rumah tangga pertanian dan rumah tangga golongan bawah pedesaan memperoleh peningkatan pendapatan paling kecil.

7.2. Rekomendasi