Dampak ACFTA terhadap Kinerja Sektor Ekonomi di Indonesia

212 turun sekitar 2,67 persen, sedangkan penurunan investasi paling kecil ditempati oleh China dan Indonesia, yakni masing-masing turun sekitar -0,29 persen untuk China dan sekitar -1,13 persen untuk Indonesia. Tabel 45 Dampak Liberalisasi ACFTA terhadap Variabel Makroekonomi di Masing-masing Negara ASEAN-5 dan China. Negara Dampak ACFTA Terhadap Makroekonomi Masing-Masing Negara Konsumsi RT Pengel Pemerintah Investasi GDP FD GDP Deflator Pendapatan RT Penerimaan Pemerintah CHN 0.254 0.009 -0.292 -0.039 0.086688 0.086 -0.993 IDN 0.491 -0.043 -1.132 0.018 0.390148 0.385 -2.927 MYS 2.108 -0.647 -2.670 0.410 1.385332 1.372 -5.788 PHL 0.646 -0.500 -1.771 0.375 0.877784 0.875 -3.555 SGP 1.165 -1.000 3.016 1.510 1.559548 1.528 1.110 THA 1.725 -0.515 -2.517 0.344 1.489243 1.472 -6.487 ROSEA -0.130 0.087 -0.133 -0.142 -0.156511 -0.158 -0.099 ROEA -0.020 0.053 -0.107 -0.060 -0.060857 -0.061 -0.058 USA -0.002 -0.001 -0.001 0.000 0.000000 0.000 0.000 EU25 -0.002 -0.009 0.011 0.007 0.007629 0.008 0.006 MEAS T -0.030 0.014 -0.042 -0.027 -0.026024 -0.026 -0.029 ROW -0.007 0.002 -0.010 -0.006 -0.005645 -0.006 -0.006 Sumber : GTAP 8, 2012, Diolah. Tabel 45 juga memperlihatkan pengaruh penghapusan tarif impor terhadap GDP masing-masing negara. Tampak bahwa GDP dari perspektif final demand masing-masing negara ASEAN-5 meningkat, sedangkan GDP China mengalami penurunan. Dengan skenario ini GDP China menurun sekitar -0,039 persen. Untuk ASEAN-5, peningkatan GDP tertinggi ditempati oleh Singapura yakni sekitar 1,51 persen, sedangkan posisi terendah ditempati oleh Indonesia dengan peningkatan sekitar 0,18 persen. Gambaran tersebut mengisyaratkan bahwa, meskipun secara umum liberalisasi perdagangan antara ASEAN-5 dan China dapat meningkatkan GDP masig-masing negara ASEAN-5, namun peningkatan tersebut berbasiskan pada peningkatan konsumsi masyarakat dan tidak berbasis pada peningkatan investasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dan perluasan kesempatan kerja.

6.3.3. Dampak ACFTA terhadap Kinerja Sektor Ekonomi di Indonesia

Pada bagian ini, diuraikan mengenai dampak penghapusan tarif impor antar negara-negara ASEAN-5 dan China secara timbal balik terhadap kinerja sektor ekonomi di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara agregat, 213 komoditi pertanian memiliki persentase peningkatan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan ekspor kelompok komoditi non pertanian. Berdasakarkan skenario penghapusan tarif impor ini, maka ekspor total pertanian Indonesia meningkat dari US 15,49 Milliar menjadi US 15,78 Milliar atau meningkat sekitar 1,82 persen, sementara ekspor total sektor non pertanian meningkat dari US 112,18 Milliar menjadi US 113,45 Milliar atau meningkat sekitar 1,14 persen. Ekspor komoditi-komoditi pertanian Indoneia ke China juga memiliki peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan ekspor non pertanian. Ekspor pertanian Indonesia ke China meningkat sekitar 19,34 persen sementara komoditi non pertanian hanya meningkat sekitar 11,36 persen. Secara total ekspor pertanian Indonesia meningkat, namun terdapat beberapa komoditi yang memiliki peningkatan negatif, yakni komoditi padi pdr, gandum wht dan gula tebu-gula beet c_b. Menurunya ekspor Indonesia ke China pada ketiga komoditi tersebut mengisyaratkan bahwa Indonesia kalah bersaing dari China dalam memproduksi ketiga komoditi tersebut. Pada Tabel 46 terlihat bahwa komoditi pertanian Indonesia yang memiliki persentase peningkatan ekspor paling besar untuk menembus pasar domestik China ditempati oleh kelompok komoditi tanaman berserat pfb dengan persentase peningkatan ekspor mencapai 55,21 persen, kemudian diikuti oleh komoditi dari kelompok tanaman biji-biji berminyak osd dengan persentase peningkatan ekspornya sekitar 20,60 persen. Akan tetapi jika dilihat dari volume perdagangannya, maka komoditi Indonesia yang memiliki nilai perdagangan paling besar untuk menembus pasar domestik China ditempati oleh komoditi dari kelompok pertanian olahan food, dengan nilai ekspor ke China sebesar US 1,54 Milliar, kemudian diikuti oleh kelompok pertanian non tanaman oagri dengan nilai ekspor US 59,5 juta dan dari kelompok tanaman pertanian lainnya ocr dengan nilai ekspor US 50 juta. Selanjutnya dilihat dari kinerja impor berbagai komoditi Indonesia, menunjukkan bahwa, penghapusan tarif impor antar negara-negara ASEAN-5 dan China juga meningkatkan impor berbagai komoditi pertanian di Indonesia. Secara total, impor pertanian Indonesia meningkat sekitar 3,11 persen, sedangkan komoditi non pertanian meningkat sekitar 1,36 persen. Dengan skenario 214 penghapusan tarif impor ini, impor berbagai komoditi pertanian Indonesia yang berasal dari China mengalami peningkatan, bahkan peningkatannya lebih tinggi dari peningkatan impor total Indonesia. Impor pertanian Indonesia yang berasal dari China meningkat 4,87 persen sedangkan non pertanian meningkat 7,45 persen. Jenis komoditi pertanian China yang memiliki peningkatan tertiggi yang diimpor Indonesia adalah komoditi komoditi padi pdr dengan peningkatan sekitar 13,58 persen, kemudian diikuti oleh komoditi biji-biji berminyak osd dan pertanian olahan food. Tetapi dari segi nilai, maka komoditi pertanian China yang paling banyak diimpor Indonesia adalah komoditi dari kelompok sayur- sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan v_f dengan nilai base impor sekitar US 384,13 juta, kemudian diikuti oleh kelompok komoditi pertanian olahan food dan gandum wht. Nilai persentase perubahan impor Indonesia setelah simulasi penghapusan tarif impor antar negara-negara ASEAN-5 dan China disajikan pada Tabel 46 berikut. Tabel 46 Dampak Liberalisasi ACFTA Terhadap Kinerja Sektor Ekonomi Indonesia. Sektor Dampak Liberalisasi Terhadap Kinerja Sektoral Ekspor Impor Perub. Neraca Total US Juta Perub. Neraca Dengan China US Juta Ouput Harga di Pasar Lokal Permintaan TK Ekspor Total Ekspor Ke China Impor Total Impor Dari China TK Terdidi k TK Tidak Terdidi k TK Total Pertanian 1.82

19.34 3.11