46 menggunakan faktor-faktor spesial dan maju, seperti infrastruktur komunikasi
data digital modern, tenaga kerja terampil dan berpendidikan tinggi, dan aktivitas riset dan pengembangan RD Meier, 1995. Lebih lanjut diuraikan bahwa
keunggulan komparatif menurut tipe-Ricardian dan tipe-Ohlin merupakan jenjang dasar dari keunggulan komparatif yang didominasi oleh faktor-faktor dasar basic
factors karena barang-barang yang dihasilkan berdasarkan pada
“natural” comparative adventage
. Adapun pada jenjang puncak, faktor-faktor yang lebih maju advanced factors mendominasi adalah faktor-faktor yang harus selalu di
kembangkan atau diciptakan melalui investasi sumberdaya manusia dan modal fisik investment in humand and physical capital dalam rangka untuk keunggulan
komparatif yang diciptakan “created” comparative adventage
Dengan demikian konsep keunggulan komparatif pada prinsipnya menekankan pada produksi komoditas perdagangan tertentu yang didasarkan pada
limpahan faktor-faktor endowment Sumberdaya alam, tenaga kerja, modal, dan atau teknologi yang dimiliki wilayah sehingga wilayah dapat lebih produktif atau
lebih efisien dalam menggunakan sumberdayanya dibandingkan wilayah lain. Dengan kata lain keunggulan komparatif komoditas tertentu pada suatu wilayah
memungkinkan komoditas tersebut dapat diproduksi relatif lebih murah dibandingkan jika diproduksi di wilayah lain, yang berarti pula komoditas tersebut
memiliki prospek untuk dapat diperdagangan ke wilayah lain yang memiliki harga relatif lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat keunggulan komparatif yang dimiliki
oleh wilayah, maka semakin tinggi pula dayasaing competitiveness komoditas yang dihasilkannya dalam perdagangan antarnegara.
3.1.3. Konsep Keunggulan Kompetitif
Dayasaing atau keunggulan kompetitif competitive advantage adalah bertujuan menganalisis kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya di
luar daerah atau di pasar global. Keunggulan kompetitif tidak lagi membandingkan potensi komoditas yang sama pada suatu daerah dengan daerah
lainnya seperti pada keunggulan komparatif, tetapi membandingkan potensi komoditas dari suatu daerah mengakses pasar global dibandingkan potensi
komoditas yang sama dari semua daerah pesaingnya dalam pasar global.
47 Kemampuan memasarkan barang di pasar global sangat terkait dengan tingkat
harga yang berlaku karena harga tersebut selalu berfluktuasi, sedangkan keunggulan komparatif tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar global
tersebut. Walau demikian keunggulan komparatif dapat dijadikan pertanda awal bahwa komoditas itu punya prospek juga memiliki keunggulan kompetitif
Tarigan, 2004. Michael Porter, 1985 dalam Saragih 2001 mengungkapkan bahwa
konsep keunggulan dayasaing adalah kemampuan suatu daerahperusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar secara menguntungkan dan
berkelanjutan melalui pemanfaatan keunggulan komparatifnya. Bahkan Cook at.all 1991 memberikan pengertian yang lebih operasional dari keunggulan
dayasaing yakni kemampuan untuk memasok barang dan jasa pada waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun di pasar
internasional, pada harga yang sama atau lebih baik dari pada yang dipasarkan pesaing dengan memperoleh keuntungan paling tidak sebesar biaya oportunitas,
opportunity cost sumberdaya yang digunakan.
3.1.4. Teknis Pengukuran Dayasaing
Berdasarkan konsep dayasaing yang telah digambarakan pada bagian sebelumnya, menunjukkan bahwa secara teoritis, konsep dayasaing dapat dilihat
dari dua sisi, yakni dari sisi supply dan dari sisi demand. Dari sisi supply, konsep dayasaing ini merujuk pada tori keunggulan komparatif comparative adventage.
Konsep ini menekankan pentingnya berspesialisasi pada komoditi yang memiliki efisiensi paling tinggi. Dimana efisiensi ini dapat diukur dari tingkat
poduktivitasnya. Menurut Nicholson 1994, produktivitas dinyatakan sebagai sebuah ukuran efisiensi, yakni konsep teknis yang mengacu pada perbandingan
output terhadap input. Semakin besar nilai perbandingan tersebut menunjukkan
semakin tingginya tingkat produktivitas, misalnya produktivitas tenaga kerja. Produktivitas mengacu pada kemampuan satu unit input untuk menghasilkan
tingkat output tertentu pada periode waktu tertentu. Peningkatan produktivitas dapat ditempuh antara lain melalui perubahan
teknologi technological change. Perubahan teknologi mencakup seluruh
48 perubahan teknik produksi yang ada. Untuk melihat perubahan teknologi dapat
digunakan nilai tertentu dari produktivitas faktor total total factor productivity, TFP. Dengan kata lain, perubahan teknologi yang terjadi pada suatu sektor
diukur dengan kenaikan produktivitas pada sektor tersebut. Nilai TFP dapat diperoleh dengan melakukan transformasi pada fungsi produksi Cobb-Douglas
yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
1
H K
L A
Y …………………………………………………. 3-1
Di mana A menunjukkan parameter perubahan teknologi dari input yang digunakan. Dengan asumsi tingkat pengembalian konstan constant return to
scale dan fungsi produksi homogen berderajat satu, maka pengalian input yang digunakan dengan konstanta A akan menghasilkan tambahan output sebesar A.
Dengan demikian, maka pengukuran dayasaing suatu komoditi, dari sisi supply dapat didekati dari pengukuran TFP.
Selanjutnya pengukuran dayasaing dari sisi demand, dimana konsep dayasaing ini merujuk pada konsep keunggulan komparatif Competitive
adventage. Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengukur dayasaing
komoditi berdasarkan pendekatan dari sisi permintaan. konsep pengukuran dayasaing dalam perdagangan global yang banyak digunakan oleh berbagai
peneliti adalah model Indeks Revealed Comparative Advantage RCA. Indeks RCA adalah indikator yang bisa menunjukkan keunggulan komparatif atau
dayasaing ekspor suatu negara di pasar global. Indeks RCA dihitung dengan formula sebagai berikut:
t k
i ik
W W
X X
RCA Indeks
…………………………………….. 3-2 Keterangan: Xik = nilai ekspor komoditas k dari negara i
Xi = nilai ekspor total produk k dan lainnya dari negara i
Wk = nilai ekspor komoditas k di dunia
Wt = nilai ekspor total dunia
Jika nilai indeks RCA suatu negara untuk komoditas tertentu adalah lebih besar dari satu 1, maka negara bersangkutan memiliki keunggulan komparatif di
atas ratarata dunia untuk komoditas tersebut. Sebaliknya, bila lebih kecil dari satu 1, berarti keunggulan komparatif untuk komoditis tersebut tergolong rendah, di
49 bawah rata-rata dunia. Semakin besar nilai indeks, semakin tinggi pula tingkat
keunggulan kompar
atifnya.
Selain model RCA, para peneliti juga sering menggunakan model-model lain lain dalam menganalisis dayasaing komoditi suatu negara dalam persaingan
global, diantaranya indeks pangsa pasar, indeks spesialisasi perdagangan ISP, indeks komplementer perdagangan IKP dan lainnya. Indeks spesialisasi
dimaksudkan untuk mengetahui apakah komoditi yang dimiliki suatu negara cenderung dieskpor atau cenderung diimpor. Sedangkan indeks komplementer
perdagangan dimaksudkan untuk melihat kecocokan antara struktur permintaan impor suatu negara pasar dengan sruktur ekspor dari negara tertentu. indeks
spesialisasi perdagangan dirumuskan sebagai berikut.
i i
i i
M X
M X
ISP
............................................................... 3-3 Keterangan: X
i
= nilai ekspor komoditi i M
i
= nilai impor komoditi i Nilai ISP berkisar antara -1 hingga +1, Jika nilai ISP -1 berarti negara
tersbut hanya sebagai pengimpor komoditi i. Sedangkan ISP = +1 berarti negara tersebut hanya sebagai pengekspor komoditi i. Dengan kata lain nilai ISP yang
semakin mendekati nilai +1 berarti komodit i di negara tersebut cenderung diekspor.
3.2. Distorsi Perdagangan Antarnegara dan Dampaknya Terhadap
Kesejahteraan
Sistem perdagangan dunia yang bebas dan terbuka mengisyaratkan perlunya menghilangkan segala bentuk intervensi pemerintah, baik dalam bentuk
tarif maupun hambatan non-tarif lainnya, yang dapat mendistorsi pasar. Secara konsep, penghapusan berbagai hambatan perdagangan diyakini oleh banyak
ekonom akan meningkatkan volume perdagangan ekspor-impor yang lebih besar. Dengan demikian akan meningkatkan nilai tambah sehingga dapat
mendorong pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Akan tetapi perdagangan antarnegara tanpa hambatan belum
seluruhnya bisa terwujud. Dengan alasan untuk kepentingan nasional, melindungi industri nasional yang strategis, melindungi produsen domestik kecil yang tidak
berdayasaing, menyebabkan banyak negara masih menerapkan berbagai hambatan