152 Gambaran tersebut sekaligus mangisyaratkan bahwa komoditi tanaman
pertanian yang dapat dijadikan komoditi unggulan negara-negara di ASEAN-5 adalah komoditi dari kelompok tanaman perkebunan. Sebaliknya untuk China,
meski beberapa komoditi perkebunan potensi produksinya cukup besar di China seperti komoditi kelapa, teh, tebu, termasuk buah sawit, namun sebagian besar
dari komoditi perkebunan tersebut di mana China sebagai net importir. Bahkan China sebagai importir terbesar dunia untuk minyak sawit, dan importir terbesar
kedua untuk komoditi kelapa. Sebaliknya China selain sebagai produsen padi beras terbesar dunia, China adalah eksportir beras terbesar kedua setelah
Amerika Serikat, sedangkan untuk komoditi pangan lainnya seperti gandum, dan kedelai, meski produksi China cukup besar, namun China juga sebagai net
importir . Berbeda halnya dengan komoditi hortikultura yang diproduksi China,
seperti bawang putih, tomat, kentang, apel, pear, jeruk dan lain-lain, dimana posisi China, selain sebagai produsen utama dunia juga selalu masuk dalam daftar 20
terbesar negara pengekspor dunia, bahkan untuk bawang merah China adalah eksportir terbesar dunia, apel sebagai eksportir terbesar kedua, dan terbesar ke
lima untuk pear. Gambaran ini mengisyaratkan bahwa potensi pertanian China terutama pada komoditi pangan, khususnya komoditi hortikuultura.
5.2.2.3. Kinerja Produksi dan Produktivitas Komooditi Utama Tanaman
Pertanian ASEAN-5 dan China
Pada bagian ini akan diuraikan gambaran mengenai komparasi kinerja pertumbuhan produksi dan produktivitas berbagai komoditi utama di ASEAN-5
dan China. Pada tahun 2010 China adalah produsen terbesar penghasil beras dunia, namun dari segi keneja pertumbuhan, produksi padi di China tumbuh lebih
lamban dibandingkan kinerja pertumbuhan produsen padi lainnya secara global, bahkan pertumbuhannya lebih lamban dari kinerja pertumbuhan tanaman padi di
negara-negara ASEAN-5. Pertumbuhan padi di China selama kurun waktu 1991- 2010 hanya tumbuh sekitar 0,23 prsen lebih rendah dari pertumbuhan produksi
padi dunia yang tumbuh sekitar 1,33 persen per tahun. Sementara ASEAN-5 secara rata-rata tumbuh cukup tinggi yakni sekitar 2,31 persen per tahun.
Pertumbuhan padi paling tinggi di ASEAN-5 ditempati oleh Thailan dengan pertumbuhan sekitar 3,22 persen per tahun kemudian diikuti oleh
153 Philipina dan Indonesia dengan pertumbuhan masing-masing sekitar 2,89 persen
untuk Philipina dan 2,0 persen untuk Indonesia. Dengan demikian untuk komoditi padi pertumbuhan produksi padi ASEAN-5 lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan produksi padi di China. Akan tetapi untuk komoditi-komoditi pangan lainnya, kinerja
pertumbuhan produksi tanaman pangan di China lebih tinggi dibandingkan kinerja pertumbuhan produksi tanaman pangan non padi di ASEAN-5. Produksi Jagung
China selama kurung waktu 1991-2010, tumbuh sekitar 3,58 persen per tahun, lebih tinggi dari pertumbuhan produksi jagung di ASEAN-5 dan Dunia dalam
periode yang sama. Kondisi serupa juga terjadi untuk tanaman singkong, kacang tanah dan kedelai, dimana pertumbuhan produksi China selalu melampaui kinerja
pertumbuhan produksi ASEAN-5, Kecuali tanaman gandum dimana pertumbuhan produksi gandum Thailand melebihi pertumbuhan produksi gandum China,
namun skala produksi gandum Thailand sangat kecil dibandingkan produksi gandum China.
Selanjutnya untuk komoditi hortikultura, kinerja pertumbuhan produksi berbagai tanaman hortikultura di China memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup
mengesankan selama kurun waktu dua dekade terkahir, yakni rata-rata di atas 5 persen per tahun, kecuali tanaman nenas hanya tumbuh sekitar 4,21 persen per
tahun. Produksi komoditi pisang dan tomat bahkan tumbuh di atas 9 persen per tahun, sedangkan produksi bawan merah dan jeruk tumbuh di atas 7 persen per
tahun. Satu-satunya komoditi hortikultura utama yang dimiliki ASEAN-5 yang pertumbuhan produksinya melampaui China adalah jeruk dengan pertumbuhan
sekitar 9,52 persen per tahun. Bahkan di Indonesia, pertumbuhan produksi komoditi ini mencapai rata-rata 16,88 persen per tahun dalam periode 1991-2010.
154 Tabel. 24
Kinerja Pertumbuhan Produksi Komoditi Tanaman Pertanian Utama ASEAN-5 dan China Periode 1991-2010.
No. Komodit
Pertumbuhan Produksi Komoditi Utama Pertanian ASEAN-5 China Tahun 1991-2010 persen Dunia
China ASEAN-5
Indonesia Malaysia
Philippines Singapura
Thailand Rata-
rata
A Tanaman
Pangan 1
Rice, paddy 1,33
0,23 2,00
1,60 2,89
- 3,22
2,31 2
Maize 3,09
3,58 5,81
1,95 1,75
- 1,27
3,49 3
Cassava 2,10
1,94 2,26
0,79 0,74
29,22 1,38
1,45 4
Groundnuts, 2,72
5,14 0,93
9,18 0,49
- 5,56
1,44 5
Soybeans 4,71
2,48 1,30
- 5,56
- 5,00
2,33 6
Wheat 0,61
1,02 -
- -
- 5,14
5,14 B
Hortikultura
1 Tomatoes
3,39 9,01
10,12 16,99
0,85 11,87
9,79 6,63
2 Potatoes
1,14 5,02
3,63 -
4,69 -
11,96 3,87
3 Garlic
5,57 7,04
8,92 -
1,34 -
1,47 4,14
4 Bananas
4,03 9,79
4,96 2,39
4,95 -
1,42 3,88
5 Oranges
1,78 8,41
16,68 7,47
3,57 -
1,89 9,52
6 Pineapples
2,69 4,21
9,94 3,70
3,32 -
1,08 2,76
C Tanaman Perkebunan
1 Oil palm fruit
6,52 1,20
10,97 5,40
6,25 -
11,38 7,52
2 Natural rubber
3,62 5,17
4,14 1,50
15,95 -
3,99 2,94
3 Coconuts
1,97 9,37
2,84 3,12
2,09 6,03
0,13 2,06
4 Coffee, green
1,80 10,66
3,60 6,72
1,30 -
1,02 2,34
5 Cocoa beans
2,88 -
10,05 11,49
3,08 -
7,29 4,29
6 Sugar cane
2,49 3,34
0,00 9,85
1,71 -
4,99 2,23
7 Tea
3,00 4,99
0,12 5,61
- -
12,71 1,71
8 Tobacco,
0,60 2,60
1,81 4,34
2,13 33,21
0,69 0,36
Sumber : Diolah dari FAOSTAT, 2012
Lebih lanjut untuk komoditi pertanian dari kelompok perkebunan, yang merupakan kelompok komoditi andalan ASEAN-5, namun dilihat kinerja
pertumbuhannya, tampaknya hanya komoditi kelapa sawit yang memiliki pertumbuhan produksi di atas pertumbuhan produksi China, sedangkan untuk
komoditi perkebunan lainnya secara relatif tumbuh lebih lamban dibandingkan pertumbuhan produksi dari komoditi serupa di China. Tiga komoditi perkebunan
China yang saat ini mengelami laju pertumbuhan produksi cukup tinggi yakni komoditi kopi dengan pertumbuhan sekitar 10,66 persen per tahun, sementara di
ASAN-5 komoditi ini hanya memiliki pertumbuhan produksi sekitar 2,34 persen per tahun. Selain itu produksi kelapa di China juga dalam dua dekade terakhir
juga mengalami loncatan pertumbuhan yang cukup tinggi yakni dengan
155 pertumbuhan produksi sekitar 9,37 pesen per tahun dan keret alam dengan
pertumbuhan produksi sekitar 5,17 persen per tahun. Selanjutnya dilihat dari produktivitas berbagai komoditi utama di
ASEAN-5 dan China, menunjukkan bahwa secara keseluruhan produktivitas lahan usahatani berbagai komoditi tanaman pangan di China lebih tinggi
dibandingkan produktivitas usahatani serupa di ASEAN-5. Di China usahatani padi dapat menghasilkan produksi sekitar 65,5 Kw per hektar sementara di
ASEAN-5 hana rata-rata menghasilkan 38,23 Kw per hektar. Pada tahun 2010, produktivitas usahatani padi di ASEAN-5 tertinggi di Indonesia dengan
produktivitas sekitar 50,14 Kw per Ha. Tanaman singkong di China dapat di hasilkan sekitar 16,8 ron per hektar, sementara di ASEAN-5 secara rata hanya
sekitar 14,8 ton per hektar, sebagai catatan bahwa Indonesia dan Thailand memiliki produktivitas di atas produktivitas singkong China.
Tabel. 25. Produktivitas Komoditi Utama Tanaman Pertanian di Masing-
masing Negara ASEAN-5 dan China Tahun 2010
No. Komodit
Produktiviyas Komoditi Utama Pertanian ASEAN-5 China Tahun 2010 KwHa Dunia
China ASEAN-5 Indonesia Malaysia
Philippines Singapura
Thailand
A Tanaman Pangan
1 Rice, paddy
43,74 65,48
38,23 50,14
37,82 36,22
- 28,75
2 Maize
52,15 54,60
41,64 44,32
57,00 25,52
- 39,71
3 Cassava
124,36 168,22
148,17 202,17
105,88 96,29
- 188,33
4 Groundnuts
15,64 34,54
16,77 12,56
27,65 10,92
- 15,96
5 Soybeans
25,55 17,71
14,91 13,72
- 14,35
- 16,66
6 Wheat
30,00 47,49
10,00 -
- -
- 10,00
B Hortikultura
1 Tomatoes
335,92 480,69
169,12 151,12
320,39 115,65
120,00 138,44
2 Potatoes
174,33 147,32
151,52 159,47
- 153,37
- 141,73
3 Garlic
147,30 205,74
51,03 58,77
- 31,47
- 62,85
4 Bananas
213,99 237,98
261,38 593,32
131,07 202,43
- 118,70
5 Oranges
170,94 133,14
185,24 350,46
190,53 26,61
- 173,35
6 Pineapples
214,20 264,98
380,86 695,19
251,48 370,50
- 206,26
C Tan. Perkebunan
1 Oil palm fruit
140,64 134,00
163,30 172,00
212,00 124,53
- 144,68
2 Natural rubber
11,40 10,09
15,05 9,10
6,66 28,64
- 15,82
3 Coconuts
53,31 106,41
65,88 67,05
47,97 44,85
113,33 56,21
4 Coffee, green
8,21 16,74
6,75 6,87
3,91 7,71
- 8,51
5 Cocoa beans
4,74 -
11,57 7,90
8,55 5,30
- 24,53
6 Sugar cane
707,72 657,46
622,12 630,95
216,87 937,07
- 703,59
7 Tea
14,46 10,34
32,16 13,92
48,00 -
- 34,56
8 Tobacco
17,87 22,34
12,58 7,76
9,68 13,64
- 19,23
Sumber : Diolah dari FAOSTAT, 2012
Untuk kelompok hortikultura, keseluruhan komoditi dari kelompok ini di ASEAN-5 secara agregat memiliki kinerja produktivitas yang lebih rendah
156 dibandingkan kinerja produktivitas yang dicapai oleh tanaman hortikultura China.,
namun beberapa komoditi tertentu dimana beberapa negara di ASEAN-5 dapat mengungguli kinerja produktivitas tanaman hortikultura China, seperti komoditi
pisang di mana produktivitas Pisang Indonesia lebih tinggi dibanding China, demikian pula untuk komoditi tomat, oranges dan nenas dimana produktivitas
usaha tani tersebut di China lebih rendah dibandingkan produktivitas tanaman serupa di Indonesia.
Selanjutnya untuk komoditi dari kelompok perkebunan, tampaknya sebagian besar komoditi perkebunan utama di ASEAN-5 memiliki produktivitas
usahatani yang lebih tinggi dibandingkan produktivitas komoditi serupa di China, terutama untuk komoditi seperti buah sawit, karet alam, kakao, dan teh. Tetapi
untuk komoditi seperti kelapa, kopi, tebu dan tembakau tampaknya produktivitas usahatani di China lebih tinggi dibandingkan produktivitas komoditi serupa di
ASEAN-5. Hal tersebut menjelaskan bahwa secara umum kinerja produksi maupun produktivitas untuk berbagai komoditi tanaman pangan di China relatif
lebih baik dibandingkan kinerja komoditi serupa diberbagai negara ASEAN-5, sebaliknya untuk kelompok tanaman perkebunan, umumnya produktivitas di
ASEAN-5 lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas komoditi serupa di China.
Gambaran tersebut sekaligus menjelaskan bahwa potensi pertanian di ASEAN-5 dan China berbeda, China tampaknya produktif dalam menghasilkan
komoditi pangan dan hortikultura, sedangkan ASEAN-5 lebih produktif mnghasilkan komoditi perkebunan. Perbedaan potensi pertanian ASEAN-5 dan
China tentunya akan memberi konsekuensi terhadap perbedaan dampak liberalisasi pertanian pada kinerja sektor pertanian di masing-masing negara
ASEAN-5 dan China. Keragaman potensi produksi pertanian antaran China dan negara-negara ASEAN-5 memungkinkan setiap negara dapat memperoleh
manfaat dari perdagangan internasional, sepanjang masing-masing negara dapat terkonsentrasi pada keunggulan masing-masing negara.
VI. DAYASAING DAN TRANSMISI HARGA BERBAGAI
KOMODITI UTAMA TANAMAN PERTANIAN SERTA DAMPAK LIBERALISASI TERHADAP
PEREKONOMIAN ASEAN-5 DAN CHINA
6.1. Komparasi Dayasaing Sektor Pertanian antar Negara-negara
ASEAN-5 dan China
Komparasi dayasaing komoditi pertanian dalam studi ini menganalisis dari dua sisi, yakni dari sisi supply dan dari sisi demand. Dayasaing dari sisi supply
mengacu pada konsep keunggulan komparatif comparative adventage, dimana indikatornya didasarkan pada Total Factor Productivity TFP. Sedangkan dari
sisi demand, dayasaing komoditi pertanian masing-masing negara-negara didasarkan pada indikator Revealed Comparatif Adventages RCA serta indikator
pangsa pasar. Pembahasan terperinci mengenai hasil analisis dayasaing pertanian negara-negara ASEAN-5 dan China diuraikan sebagai brikut.
6.1.1. Total Factor Productivity TFP sebagai Indikator Dayasaing Komoditi
Pertanian dari Sisi Supply Negara-negara ASEAN-5 dan China
Konsep dayasaing dari sisi supply dalam studi ini merujuk pada konsep keunggulan komparatif comparative adventage dalam teori-teori perdagangan
internasional, yakni konsep yang menekankan pentingnya berspesialisasi pada komoditi yang memiliki efisiensi paling tinggi, dimana efisiensi ini dicerminkan
dari ukuran produktivitas faktor. Nicholson 1994 menyebutkan bahwa produktivitas faktor adalah ukuran efisiensi karena secara teknis mengacu pada
perbandingan output dan input. Wilayah yang memiliki limpahan faktor tertentu seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam atau teknologi, akan memiliki
produktivitas faktor yang relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah lain dalam menghasilkan komoditi tertentu. Dengan demikian ukuran produktivitas faktor
dapat dijadikan sebagai indikator dayasaing komoditi dari sisi supply. Keragaman limpahan faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam
dan teknologi diantara negara negara yang tergabung dalam ACFTA memungkinkan perbedaan produktivitas faktor dalam menghasilkan komoditi
tertentu dan sekaligus berimplikasi pada keragaman dayasaing komoditi yang dihasilkan masing-masing negara. Ukuran produktivitas yang digunakan dalam