BAB II MASYARAKAT BATAK TOBA
2.1. Tinjauan Kesejarahan Masyarakat Batak Toba
Di dalam penelitian yang menyangkut kebudayaan, adalah perlu untuk menggali fenomena musik yang terdapat di dalam kebudayaan itu melalui pendekatan
sejarah. Dengan pendekatan kesejarahan ini, diperlukan sebuah rancangan untuk menemukan hubungan untuk membahas katagori-katagori yang berlaku dalam sebuah
masyarakat, tujuannya adalah melihat apakah ada hubungan langsung terhadap sebuah fenomena musik dengan aturan-aturan yang ada pada sebuah budaya dengan
mengetahui asal-usul, gambaran wilayah dan aspek kebudayaan masyarakat Batak yang bermukim di daerah asal kebudayaannya area culture maupun di luar daerah
kebudayaan mereka. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan istilah ’orang Batak’ atau ’orang
Batak Toba’ untuk penyebutan kelompok masyarakat Batak secara keseluruhan, dan kata ’masyarakat Batak’ dan ’masyarakat Batak Toba’ untuk menyebutkan kelompok
masyarakat Batak Toba.
2.1.1. Asal-usul Masyarakat Batak Toba
Beberapa catatan sejarah yang memuat asal-usul nenek moyang orang Batak yang bermukim di Sumatera telah dilakukan beberapa penulis dalam tulisan buku
antara lain: Ypes 1932 dalam Simanjuntak, 2006:11, menyebut mereka berasal dari dua 2 tempat asal, yaitu pendapat pertama dari Asia Utara menuju kepulauan
Universitas Sumatera Utara
Formosa di Filipina dan turun ke arah selatan di Sulawesi bagian selatan menjadi komunitas Toraja, Bugis dan Makasar. Kemudian bergerak hingga sampai di
Lampung, Sumatera Selatan, lalu menyusuri pantai Barat hingga Barus dan seterusnya naik ke pegunungan Bukit Barisan di Pusuk Buhit kawasan Danau Toba.
Pendapat kedua, menyebutkan orang Batak berasal dari India yang melakukan persebaran ke Asia Tenggara di negeri Muang Thai Burma, kemudian turun ke tanah
genting Kera di belahan utara Malaysia bergerak melayari semenanjung Malaka menuju pantai timur Sumatera hingga di pantai Batubara. Dengan menyusuri sungai
Asahan menuju hulu di kawasan Danau Toba. Atau rute lain yang dipilih adalah dari Malaka menuju pantai Barat Aceh, dan selanjutnya menuju Singkil, Barus atau
Sibolga hingga menetap di Pusuk Buhit
18
. Pendapat lain oleh Paul P. Pederson, menyebutkan persebaran Batak berawal
dari Indo China yang melakukan perpindahan secara besar-besaran pada jaman bangsa Melayu Tua lihat juga Cunningham, 1958 dalam Simanjuntak 2002: 75.
Perpindahan dialami orang Batak pada jaman ini, tentu menyulitkan para peneliti sejarah untuk mengungkap kebenaran asal-usul Batak secara pasti. Namun, semua
orang Batak hingga kini, mutlak mengakui kebenaran akan silsilah masing-masing Rajamarpodang, 1995: 12.
Harahap dalam Simanjuntak, 2002: 75
21. Gunung berapi pasip ini, terletak di tepian Danau Toba sebelah barat pulau Samosir. Di
lereng bukit ini terdapat kampung huta Sianjur Mula-mula masuk dalam kecamatan Sianjur Mula- mula-Kabupaten Samosir, dianggap keramat dan sebagai tempat asal orang Batak. Di pinggang bukit
terdapat beberapa artefak seperti Batu Hobon, Aek si Pitu Dai, monumen Guru Tatea Bulan, Si Boru Pareme dan beberapa situs Batak lainnya. Lokasi ini dapat ditinjau dengan perjalanan darat melalui
Tele menyusuri pegunungan Bukit Barisan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut mitologi yang berkembang dalam masyarakat Batak Toba, Si Raja Batak lahir dari pekawinan incest perkawinan sedarah kembar Si Raja Ihat
Manisia dengan Si Boru Ihat Manisia keturunan Raja Odap-odap kawin dengan Si Boru Deak Parujar yang diutus oleh Mulajadi Na Bolon. Kampung kediamannya
adalah Sianjur Mula-mula di kaki gunung Pusuk Buhit, di bagian barat pulau Samosir. Setelah Si Raja Batak meninggal, arwahnya menetap di atas gunung Pusuk
Buhit. Si Raja Batak mempunyai dua putera, yang sulung bernama Guru Tatea Bulan ahli ilmu tenung dan adiknya Raja Isumbaon, ahli dalam hukum adat. Guru Tatea
Bulan mempunyai lima putra, yaitu: 1 Raja Biak-biak atau Raja Uti, 2 Saribu Raja, 3 Limbong Mulana, 4 Sagala Raja, 5 Silau Raja atau Malau Raja dan
empat orang putri, yaitu: 1 Si Boru Paromas atau Si Boru Anting-anting Sabungan, 2 Si Boru Pereme, 3 Si Boru Biding Laut, dan 4 Nan Tinjo. Raja Isumbaon
mempunyai tiga putra, yaitu: 1 Sorimangaraja, 2 Raja Asiasi, dan 3 Sangkar Somalidang. Mereka inilah yang kemudian menurunkan marga-marga orang Batak.
Kedua induk marga di atas yang memiliki keturunan dan masing-masing dari generasi anak mereka membuat marga yang terdapat pada masyarakat Batak, adalah
sebagai garis generasi pertama lahirnya sebuah marga atau dikenal dengan sundut pertama, seperti marga Silau Raja yang dikenal dengan marga Malau. Namun, tidak
semua marga berasal dari garis generasi ini. Misalnya, anak kedua dari Guru Tatea Bulan memiliki anak bernama Saribu Raja ---satu garis dengan Silau Raja atau Malau
Raja--- kawin dengan adik perempuannya Si Boru Pareme incest dan mempunyai anak bernama Raja Lontung. Raja Lontung sendiri memiliki tujuh 7 orang anak
Universitas Sumatera Utara
dari istrinya Si Boru Pareme incest dengan ibunya antara lain: 1 Situmorang, 2 Sinaga, 3 Pandiangan, 4 Nainggolan, 5 Simatupang, 6 Aritonang dan 7 Siregar.
Generasi ketiga dari garis Saribu Raja ini, memakai nama mereka menjadi marga sebagai sundut generasi pertama hingga generasi sekarang ini. lihat Situmorang,
1983: 210. Lamp. I A
Si Raja Batak Guru Tatea Bulan A.1
Raja Isumbaon A.2 Saribu Raja A. 2
Raja Lontung A.T Simatupang A.5
1 Sianturi A.2
Sundut 2
Lumban Gambiri A.2 Generasi ke
3 Tunggul ni Dolok A.T
15 Pahala
16 Barita
satu fase kehidupan
17 Gorga
lajang 18 Bursok
Penyebutan stratum: ~ satu sundut generasi horizontal : “ampara”
~ satu tingkat ke atas: “amang”, satu tingkat ke bawah: “anak” ~ dua tingkat ke atas: “ompung”, dua tingkat ke bawah: “pahompu”
~ tiga tingkat ke atas: “amang mangulahi”, tiga tingkat ke bawah: “anak mangulahi” Keterangan: A.T: Anak Tunggal, A.1: Anak Pertama, A.2: Anak Kedua, A.5: Anak Kelima
Tabel. 2. Bilangan Sundut Tarombo dalam Stratifikasi Sosial Batak Toba Sumber : Hasil Analisis Data Penulis
Universitas Sumatera Utara
Keterkaitan silsilah Batak antara mitologi
19
dengan status marga setiap orang Batak yang melekat dalam dirinya, diyakini bahwa setiap orang yang mengklaim
dirinya sebagai Batak yang memiliki marga adalah keturunan atau sundut
20
2.1.2. Konsep Budaya Masyarakat Batak Toba