Upacara Adat Memasuki Rumah Baru

hamoraon, hagabeon dan hasangapon kepada para undangan yang mengikuti acara itu.

2.6.6. Upacara Adat Memasuki Rumah Baru

Rumah bagi orang Batak, merupakan suatu salah satu cita-cita yang paling di prioritaskan dalam hidupnya. Rumah merupakan sesuatu yang sangat didambakan, tempat seisi keluarga bernaung dari hujan, panas dan dingin, disebut dengan undung- undung. Rumah juga menjadi tempat mengumpulkan segala rejeki yang didapatkan dari pekerjaannya. Rumah merupakan tempat yang selalu dirindukan oleh seluruh anggota keluarga yang ingin segera kembali dari tempat kerja maupun dari perjalanan. Rumah sangat penting arti filosofinya bagi orang Batak. Bagi orang Batak, membangun sebuah rumah untuk tempat keluarga bernaung adalah bagian dari tanggungjawab harajaon seorang kepala rumah tangga. Tradisi mendirikan rumah bagi orang Batak, selalu diberitahukan kepada pihak hula-hula untuk memohon doa restu. Acara memasuki rumah bagi orang Batak mempunyai tingkatan sesuai situasi dan kondisi rumah yang akan di tempati. 1. Manuruk bagas. Istilah manuruk adalah rumah yang harus ditempati meskipun belum sempurna sebagai rumah yang sudah selesai. Acara manuruk bagas sangat sederhana dan dihadiri oleh saudara dekat. Biasanya, dalam konteks rumah yang belum selesai ini tidak diberitahukan kepada tulang agar sekali memberitahukan apabila keluarga tersebut sudah punya dana untuk meningkatkan kondisi bangunan. Universitas Sumatera Utara 2. Mangapiapi i. Adalah kondisi pembangunan rumah yang belum selesai. Untuk acara dalam mangapi-api i, yang di undang adalah sanak keluarga saja ditambah tukang pande ruma, dan utusan dari tetangga dekat. 3. Mamasuki Jabu. Untuk acara mamasuki jabu, kondisi rumah telah selesai dengan bangunan permanen. Acara mamasuki jabu ini melibatkan undangan hulahula, tulang, kerabat dekat, pihak gereja dan undnagan lainnya. Acara makan bersama dengan menyajikan juhut dari pihak yang berpesta dan dengke dari hulahula. Adakalanya, acara ini diiringi oleh musik sesuai dengan permintaan pemilik rumah. Dari uraian di atas tentang adat Batak Toba, dapat dimengerti mengapa orang Batak Toba sangat kuat mempertahankan dan menjalankan adatnya. Karena adat berpengaruh sangat kuat yang mengandung berkat dan sanksi sekaligus serta merupakan sikap hidup orang Batak Toba dalam memandang hidupnya, maka adat bagi mereka bersifat mutlak. Dalam konteks ini, orang Batak Toba yang menganut paham agama Kristen atau Islam, di desa atau di perkotaan bahkan petani atau terpelajar, mereka tetap menghargai dan melaksanakan adatnya, walaupun pelaksanaannya tidak seperti masa- masa dahulu namun inti dari sistem adat itu tetap seperti semula. Dalam persekutuan hidup dengan nenek moyang, adat itu lebih menyatakan diri sebagai religi bagi orang Batak. Adat menghubungkan nasib individu, nasib nenek moyang dan nasib keturunannya Schreiner, 1994: 27-28. Universitas Sumatera Utara

2.7. Transformasi Adat Batak Toba Ke Dalam Agama Kristen