Periode Zending Rheinishe Mission Gesselschaft RMG Barmen-

mendirikan gereja pertama di Sipirok dengan jemaat yang terdiri dari para bekas budak 39

3.2.4. Periode Zending Rheinishe Mission Gesselschaft RMG Barmen-

yang ditebusnya dari onan pasar tradisional Batak. Jerman Tahun 1861-1863. Kegiatan Zending Rheinishe Mission Gesselschaft RMG di Barmen Jerman, semula memusatkan kegiatannya di Kalimantan pada tahun 1860. Pada saat yang sama komisi zending Ermelo Belanda masih melakukan aktivitasnya di Tapanuli bagian selatan, tepatnya di Sipirok. Pada tanggal 31 Maret 1861, Van Asselt membabtis orang Batak pertama Simon Siregar di Sipirok adalah buah karya missionaris ini sejak bergabung dengan RMG Barmen. Kesepakatan untuk menggabungkan kedua badan zending ini menjadi satu konsorsium penyebaran injil dengan membawa bendera RMG untuk melakukan pelayanan bersama di tanah Batak, dimulai dengan mengadakan Sinode Godang Sinode Agung di Sipirok. Mereka melakukan konferensi sinodal untuk membuat keputusan Sinode Agung ini dibuat membagi wilayah kerja masing-masing para missionaris di wilayah tanah Batak yang meliputi daerah Silindung, Toba Holbung, 39 Sebelum masuknya ajaran agama Kristen di tanah Batak, dikenal adanya sistem perbudakan. Istilah untuk budak disebut hatoban. Budak-budak diperlakukan sesuka hati oleh pemiliknya, karena mereka dianggap sebagai manusia yang tidak memiliki sahala yaitu orang-orang yang tidak memiliki kewibawaan, kemuliaan. Para budak ini adalah tawanan yang ditangkap dari pihak musuh atau orang- orang yang tidak dapat membayar hutang. Status sebagai budak dalam pandangan orang Batak ketika itu, hanyalah saat dia ditawan. Seorang budak tidak harus tetap hidup sebagai budak. Ketika ia sudah ditebus dan dibebaskan, dia akan kembali diakui sebagai orang bebas yang mempunyai hak dan kewajiban. Tidak sama dengan konsep strata sosial pada kasta sudra di India, yang selama hidupnya tetap sebagai budak. lihat Lumbantobing, 1996: 67 Universitas Sumatera Utara Humbang Habinsaran dan Samosir sebagai sasaran utama yang dianggap pusat masyarakat Batak Toba yang dihadiri oleh empat orang pendeta masing-masing: Pdt. Heine, Pdt. Klammer, Pdt. Betz dan Pdt. Van Asselt pada Tanggal 7 Oktober 1861. 40 Misi zending Rheinishe Mission Gesselschaft RMG di tanah Batak, hingga sekarang dianggap paling berhasil dari beberapa misi penginjilan yang masuk ke tanah Batak. Hal itu, nampak dari afliasi kekristenan di gereja-gereja suku Batak mengarah ke Jerman sebagai pusat RMG. HKBP, 2008:411 Kerumitan yang dialami para penginjil RMG di daerah penginjilan mereka, bukan saja tentang sulitnya mereka menerima Yesus sebagai pedoman hidup mereka. Para penginjil ini juga harus terlibat dengan banyak perkara-perkara adat dan hukum yang harus diselesaikan, untuk meminimalisasi pertikaian penduduk yang terus menerus berlangsung. Orang-orang bertikai datang meminta putusan keadilan kepada missionaris dan memberikan kepuasan bagi masing-masing pihak. Salah satu catatan Warneck menggaris bawahi: bahwa orang Batak sudah terlahir sebagai ahli hukum 40 Tanggal 7 Oktober 1861, oleh HKBP Huria Kristen Batak Protestan dianggap sebagai tahun berdirinya HKBP sebagai organisasi gereja, dengan nama Rheinische Mission Gesselschaft RMG. Pemakaian nama HKBP baru disahkan pada tahun 1931 oleh Pemerintah Belanda melalui Surat keputusan Nomor 48 Tanggal 11 Juni 1931 yang dimuat pada Staatsblad No. 360 Tahun 1932. Pengakuan ulang Pemerintah RI tanggal 2 April 1968 No. DdPDAKd13568. Pengakuan ulang Pemerintah RT Cq. Dep. Agama RI No. 33 Tanggal 6 Februari Tahun 1988. Saat ini 2012, HKBP sebagai institusi gereja terbesar di Asia dengan jumlah sebanyak 3.175 gereja dengan komunitas mayoritas masyarakat Batak Toba lebih kurang 4,4 juta orang pengikutnya. Tersebar di hampir seluruh propinsi di Indonesia ditambah jemaatnya yang berada di Singapura, California, Colorado, New York dan Seatle - Amerika Serikat dan berkantor pusat di Pea Raja Tarutung Tapanuli Utara. lihat Almanak HKBP, 2012 Hal. 369; Sejarah HKBP dalam Wikipedia Indonesia. Universitas Sumatera Utara yang ulung, karena melekatnya budaya perkara bagi mereka. Dari suatu perkara kecil, orang Batak sanggup mengembangkannya menjadi perkara yang besar. 2010:34 Para penginjil ini, diperhadapkan kepada situasi yang sama sekali baru dalam melayankan tugas pelayanannya yang harus diarungi dengan kekuatan improvisasi dan kreasi tersendiri. Mereka mempersiapkan diri dengan peralatan kesehatan yang membantu mereka seperti gansip kakaktua untuk mencabut gigi, pisau tajam untuk membedah, tablet kinine untuk penyakit malaria, kastroli untuk penyakit cacing perut. Mereka memposisikan diri sebagai tabib, juru damai disamping tugas utamanya sebagai penginjil. Dalam pembahasan berikutnya, dijelaskan hasil yang dicapai oleh penginjil RMG ini dengan dibabtisnya orang-orang Batak pertama yang berasal dari budak- budak hatoban yang ditebus. Perlu dijelaskan, awalnya para penginjil itu merasa keheranan kenapa ada praktek perbudakan di masyarakat Batak yang mereka temui. Hal ini, merupakan penemuan kontraproduktif atas filosofi Batak yang menjunjung tinggi setiap orang Batak memiliki sahala. Bagi seorang hatoban, kepemilikan sahala itu sudah menjadi tidak ada. Sifat keserakahan dan praktek perjudian yang membuat maraknya perbudakan itu. Para hatoban itu ditebus dan dibeli para missionaris dan dijadikan sebagai murid-murid pertama mereka. Dan selanjutnya mereka dipersiapkan menjadi guru-guru bantu para missionaris tersebut. Disamping mengikis praktek perbudakan yang mengembalikan sahala mereka, para missionaris bersama dengan pihak penguasa Belanda berusaha membuat peraturan untuk menghapus perbudakan dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah kolonial Belanda tahun Universitas Sumatera Utara 1876. Untuk melaksanakan peraturan itu, pemerintah Belanda membeli semua budak dengan harga yang ditetapkan sebesar 60 rupiah untuk orang dewasa, 50 rupiah untuk seorang gadis dan 40 rupiah untuk seorang pemuda. band. Tobing, 1996:68 Tindakan pembebasan yang dilakukan Nommensen dan van Asselt terhadap para hatoban adalah bersifat preparatoris, yaitu membina dan mengajar mereka akan berbagai pengetahuan dan ketrampilan dengan harapan kelak mereka bersedia dibabtis dan diangkat menjadi guru dan pemberita Injil. Sekaligus, cara itu adalah sebagai jalan dalam membina hubungan baik dengan para penduduk asli Batak untuk menarik perhatian mereka masuk ke dalam agama Kristen. 41 Berbagai tantangan yang dihadapi para penginjil RMG bermodalkan keberanian dan perlindungan Tuhan. Missionaris I.L. Nommensen memberi gambaran sulitnya medan Bataklanden ditaklukkan. Digambarkan, setiap penginjil yang dikirim oleh Badan zending Rhein RMG Jerman, sama seperti orang yang tak tahu berenang tetapi dicampakkan ke tengah lautan lalu dipaksa berenang untuk bisa selamat ke tepian. ibid, 2010:64. Pengaruh Sisingamangaraja yang digambarkan para penginjil yang sempat mengenal raja Batak ini sebagai Hannibal Anteportas, sebagai seorang Raja Imam yang disegani dan ditakuti. Gerakan Sisingamangaraja membuat perlawanan terhadap pihak koloni Belanda yang sudah ada di tanah Batak. Penguasa Belanda yang terdapat 41 Bnd. J. Warneck, Sechzig Jahre Batakmission.hlm.17. Van Asselt pernah membeli sorang budak bernama Djaogot, kemudia dikirim ke negeri Eropa untuk menimba ilmu. Dialah orang Batak yang pertama tercatat belajar di Eropa. Universitas Sumatera Utara di setiap daerah sangat membenci tokoh Batak ini, karena menggerakkan perlawanan terhadap pos-pos tentera Belanda, yang berdampak buruk terhadap pos-pos penginjilan yang dibangun pihak RMG Jerman ini. Pasukan Sisingamangaraja menganggap komunitas penginjil RMG adalah sama dengan penguasa Belanda yang mencaplok wilayah Batak, dengan menyerang pos-pos penginjilan. Sikap RMG dalam hal ini, memang sama dengan maksud kolonial mensyahkan pembunuhan terhadap Sisingamangaraja sebagai tindakan membuka jalan misi yang dianggap satu kebaikan. Hasselgren, 2008: 90 Asumsi sababa do tuan adalah anggapan bagi mereka yang datang ke tanah Batak berasal dari rumpun yang sama. Yaitu, orang berkulit putih dan bermata putih akan menguasai tanah Batak. Hal yang tidak bisa diterima oleh orang Batak, yang dimotori oleh tokoh Batak Sisingamangaraja, mereka mengejar dan menyatakan perang dengan koloni Barat itu. Selama dalam pelayanan penginjilan RMG di tanah Batak, beberapa catatan mengurai tanah Batak sebagai daerah yang kompleksitasannya cukup rumit menurut kacamata pihak zending Rhein RMG. Sebuah daerah yang memiliki struktur sosial, memiliki politik lokal, kepribadian, karakter spritualitas, struktur masyarakat tanpa negara, kebudayaan tinggi, membuat banyak pihak zending Eropa memberi perhatian terhadap pelayanan penginjilan di seluruh penjuru tanah Batak. Universitas Sumatera Utara

3.3. Perkembangan Zending RMG Barmen di Tanah Batak