Gambar No. 6: Pdt. Gerrit van Asselt
Sumber: Menyongsong 150 Tahun Jubileum HKBP
3.4.3. Pdt. Dr. Johannes Warneck.
Seperti disebutkan sebelumnya, Johannes Warneck mengawali penginjilan di tanah Batak pada tahun 1892 hingga 1906 dan disambung kembali pada tahun 1920
hingga 1931. Masa interval antara tahun 1906 hingga 1920, digunakan untuk bekerja sebagai inspektur zending di kantor pusat RMG di Wuppertal-Barmen, Jerman. Dan
ia bekerja pula sebagai dosen missiologi di Bethel Jerman. Pada saat beliau berada di Jerman, ia menyelesaikan pendidikan Doktor missiologi dan kembali ke tanah Batak
pada tahun 1920. Penulis sengaja menuliskan tiga orang missionaris RMG Jerman ini dalam
pelayanan masuknya ajaran agama Kristen di tanah Batak. Tanpa mengabaikan missionaris lainnya, peta perjalanan ketiga orang missionaris ini dianggap sebagai
pionir yang memiliki catatan tersendiri, dan riwayat pelayanan mereka terdapat dalam buku yang diterbitkan oleh kongsi Barmen RMG atas laporan para missionaris ini
secara berkala.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini, Johannes Warneck sebagai pionir melakukan tugas penginjilannya sejak ia masih muda di tempat “pusat” orang Batak di Samosir. Ia
tercatat sebagai missionaris Barat pertama menginjakkan kaki di pulau Samosir yang saat itu masih menjalankan tradisi animis diseluruh wilayah pulau Batak itu. Ia juga
pernah melayani jemaat di Balige bersama Pendeta Pilgram. Sebagai guru zending dan pendeta pribumi dan dosen di sekolah zending Seminari Sipoholon lanjutan
Seminari Pansurnapitu. Di Samosir yang menjadi pionir penginjilan tercatat Johannes Warneck yang merintis dan membuka penginjilan. HKBP Nainggolan adalah warisan
dari hasil missioner tersebut. Sebab, perjalanan Kongsi Barmen sebutan popular RMG di tanah Batak, selalu membuat jaringan sebagai mata rantai baru di wilayah
Toba dan Samosir. Para missionaris RMG yang membawa paham kekristenan, membawa berita
Injil dengan menyesuaikan diri ke dalam kehidupan budaya Batak yang animis. Mereka menyesuaikan diri dalam konteks kehidupan orang Batak, sehingga mereka
harus hidup sebagai orang Batak yang total, yang digambarkan seperti penginjil Rasul Paulus yang mampu menjadi seorang Yunani ketika dia harus berhadapan dengan
orang Yunani. band. Injil Korintus 9:19-23. Sekembalinya dari Jerman, ketika menyelesaikan studi doktoralnya, ia
dipercaya sebagai Ephorus tahun 1920-1931, pemimpin tertinggi keorganisasian Gereja Batak “Batak-Mission” di tanah Batak saat itu. Dalam masa pelayanannya
pada periode ini, Warneck membuat kamus Batak-Jerman yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Pada masa dia menjabat sebagai Ephorus, nama Batak-
Universitas Sumatera Utara
Misssion diganti menjadi Huria Kristen Batak 1925 dan menjadi Huria Kristen Batak Protestan HKBP menerima pengakuan sebagai gereja pada tahun 1931
berdasarkan hukum sipil yang berlaku. Pada tahun 1931, beliau kembali ke Jerman dan menjabat Direktur RMG pada tahun 1932 hingga pensiun tahun 1937. Dia
meninggal dunia pada tahun 1944 dan dimakamkan di Bad Salzuflen, Jerman. Catatan perkembangan zending RMG di tanah Batak, dapat diurai menurut
tahun pekerjaan para missionaris. Tahun 1861, Van Asselt mendirikan gereja pertama di Parausorat, tanah Angkola Sipirok Tapanuliu Selatan. Tahun 1864, Nommensen
mendirikan pargodungan di Sait ni Huta Tarutung Tapanuli Utara dengan nama pargodungan Huta Dame, sebagai pusat kegiatan penginjilannya di wilayah
Silindung. Tahun 1867, Van Asselt mendirikan sekolah guru di Parausorat Tapanuli Selatan bersama I.L. Nommensen yang banyak melahirkan guru-guru evangelis
pribumi dalam membantu misi pelayanan mereka kelak di tanah Batak. Tahun 1875, Ds. Simoneit mendirikan gereja di Simorangkir HKBP Simorangkir Siatas Barita
sekarang. Pada tahun 1876, para missionaris melirik kawasan Toba Holbung Tobasa sebagai pekerjaan zending berikutnya. Dua pendeta RMG dikirim untuk
bekerja dan menetap di Bahal Batu, yaitu Pendeta Piise dan Pendeta Metzler. Penempatan kedua pendeta ini mendapat reaksi keras dari raja-raja Toba termasuk
Sisingamangaraja XII. Periode ini, adalah saat dimana para raja-raja Batak membuat keputusan untuk memerangi para missionaris zendelingen dan semua orang Kristen.
Universitas Sumatera Utara
Gambar No. 7: Pdt. Dr. Johannes Warneck
Sumber: Menyongsong 150 Tahun Jubileum HKBP
Seperti disebutkan sebelumnya, kekhawatiran Sisingamangaraja XII dan raja- raja Toba akan kedatangan penginjil ini adalah rasa tidak percaya akan si bontar
mata. Mereka mengidentikkan missionaris ini adalah bagian dari kompeni yang ingin menguasai dan merampas hak-hak orang Batak. Istilah sababa do tuan, ditiupkan
untuk menanamkan rasa benci kepada usaha pengkristenan orang Batak. Perang tidak terhindarkan, ketika residen Sibolga mengirim pasukan Belanda
meng-counter tindakan represif pasukan Sisingamangaraja. Pasukan Belanda, secara terus menerus mengejar pasukan Sisingamangaraja, mulai dari Bahal Batu, Butar,
Silindung, Lobu Siregar, Bakkara, Balige dan Laguboti. Perang itu berlangsung selama 30 tahun antara 1877 dan berakhir dengan tewasnya Raja Batak itu tahun
1907 wilayah hutan Dairi sekarang masuk wilayah kabupaten Humbang Hasundutan. Perang itu, salah satu kabut tebal bagi kelangsungan sendi kehidupan
orang Batak. Banyak yang tewas selama masa perang itu, baik dari pihak Belanda
Universitas Sumatera Utara
ataupun orang Batak sendiri. Masa kelam itu, dikenang orang Batak dengan Perang Batak atau Perang Sisingamangaraja Batak Oorlog.
Penulis melihat, adanya keterkaitan antara pekerjaan missionaris RMG di tanah Batak dengan kekuasaanintervensi Belanda dalam memberi jalan bagi
persebaran agama Kristen di tanah Batak. Namun, pembahasan yang mendalam dan intensif dalam bentuk penelitian tidak dilakukan terhadap adanya hubungan itu.
Hanya melihat adanya waktu dan tempat yang sama atas periode masuknya ajaran agama Kristen di tanah Batak dengan infiltrasi kolonial Belanda. Ibid, 2006:52
Dalam perjalanannya, misi RMG Jerman di tanah Batak telah membentuk perhimpunan misi kekristenan, yaitu dengan membentuk organisasi gereja dengan
nama Mission Batak. Dapat disebutkan, nama jemaat gereja dalam asuhan RMG yang ada di seluruh wilayah tanah Batak sejak tahun 1861 hingga 1931 masih bernama
Mission Batak.
46
46
Lihat Berichte der Rheinischen Missions-Gesellschaft, Nr 3 Mart 1862. Hlm 57. Ditulis: Die ersten Briefe unseser Brueder aus dan Battalande sin duns gekommen, und wir koennen heute der
Haimathgemeinde den Beginn der Battamission melden. Den 7 October 1861, warden wir als den geburtstag dieses gliedes in dem Umkreis unserer arbeit bezeichnen duerfen. An diesem tage traten die
dortigen Brueder Zur ersten Conferenz in Sipirok zusammen. Berita pendirian Batak-Mission yang diberikan kepada jemaat pendukung zending RMG di Jerman ini, disambut dengan sukacita, karena
adanya penyatuan kekuatan missionaris Jerman dan Belanda 7 Oktober 1861 di tanah Batak. Batta- mission bhs.Jerman diartikan sebagai Batak-Mission. Dalam J. Sihombing. Parningotan di ari 7
Oktober 1861-1951, majalah Immanuel 1861-1951 nomor parolop-olopon hal. 7. tt. Pematang Siantar.
Sejak tahun 1931 ini, Sebagian gereja Mission Batak mendeklarasikan diri menjadi Huria Kristen Batak Protestan HKBP, yang
sebelumnya pada tahun 1929 sudah mensosialisasikan nama HKBP di beberapa wilayah di tanah Batak. Namun, tidak semua gereja Mission Batak itu berafliasi ke
Universitas Sumatera Utara
HKBP. Ada beberapa gereja yang mempertahankan nama lama itu seperti Gereja Mission Batak GMB yang ada hingga sekarang ini.
Pemimpin gereja Batak-Mission hingga selanjutnya disebut menjadi HKBP, yang menjadi Ephorus sejak tahun 1881 hingga tahun 2012 dapat dicatat sebagai
berikut:
No Nama Ephorus
Periode
1 Pdt. DR. Ingwer Ludwig Nommensen
1881-1918 2
Pdt. Valentin Kessel Pejabat Ephorus 1918-1920
3 Pdt. DR. Johannes Warneck
1920-1932 4
Pdt. P. Landgrebe 1932-1936
5 Pdt. DR. E. Verwiebe
1936-1940 6
Pdt. K. Sirait 1940-1942
7 Pdt. DR hc. Justin Sihombing
1942-1962 8
Ds. DR hc T.S. Sihombing 1962-1974
9 Ds. G.H.M. Siahaan
1974-1986 10 Pdt. DR. S.A.E. Nababan
1986-1998 11 Pdt. DR. P.W.T. Simanjuntak
1992-1998 12 Pdt. DR. J.R. Hutauruk
1998-2004 13 Pdt. DR. Bonar Napitupulu
2004-sekarang
Tabel. 4. Pemimpin Gereja Batak-Mission hingga menjadi HKBP Sumber : Almanak HKBP 2011. hlm.18. Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung.
Dalam perjalanannya, gereja Batak dari berbagai sekte telah menunjukkan kemandiriannya dengan berbagai interdenominasi organisasi. Mereka tetap
mempertahankan budaya Batak dalam pola ibadahnya, sekaligus Injil dan buku nyanyiannya memakai bahasa Batak Toba. Masing-masing menjalankan isinya dalam
Universitas Sumatera Utara
pelayanan peningkatan iman kristsiani sekaligus memberitakan Injil pada daerah zending yang belum dijamah ajaran kristiani
3.5. Pemberitaan Injil Pada Gereja Batak