Batak. Rasul Batak Apostel, gelar yang diberikan umat Kristen di tanah Batak.ibid: 2006:51
Gambar No. 5: Dr. Theol. Ingwer Ludwig Nommensen
Sumber: Menyongsong 150 Tahun Jubileum HKBP
3.4.2. Pdt. Gerrit van Asselt
Penulis sengaja membuat Pdt. Gerrit van Asselt sebagai urutan kedua dari Nommensen, karena popularitas Nommensen bagi masyarakat Batak mempunyai
tempat tersendiri. Pdt. Gerrit van Asselt dapat dicatat sebagai penginjil yang banyak meletakkan dasar-dasar aturan kegerejaan yang dipakai gereja-gereja suku di tanah
Batak hingga hari ini. Ia tiba di tanah Batak pada tanggal 2 Desember 1856 dengan menyusuri pantai Barat dari Padang hingga pelabuhan Sibolga. Seijin dari Gubernur
Belanda yang berpusat di Padang, dia diijinkan memberitakan Injil di dataran tinggi Batak, setelah ia gagal dan dilarang memberitakan Injil di wilayah Minangkabau. Van
Asselt bekerja rangkap sebagai pegawai pemerintahan ambtenaar opzieder Belanda dalam mengurus perkebunan kopi di Sipirok dan melakukan pemberitaan Injil di sela-
sela kesibukannya.
Universitas Sumatera Utara
Van Asselt adalah pendeta Eropa yang tercatat membaptis orang Batak pertama yaitu Simon Siregar dan Jakobus Tampubolon, pada tanggal 31 Maret 1861
di Sipirok. Dan dia mendirikan gereja pertama di tanah Parausorat di Sipirok pada tahun yang sama dalam beberapa catatan, Nommensen disebut sebagai orang
pertama yang mendirikan gereja di tanah Batak berlokasi di Sait ni Huta-Tarutung. Parausorat Sipirok adalah bagian dari tanah Batak dalam komunitas masyarakat
Batak Angkola. Saat dia dipindahkan ke Sibolga, dalam satu kesempatan melakukan kunjungan ke Rura Silindung. Dia menemukan situasi di tanah Batak Rura
Silindung sebelum masuknya Nommensen dengan begitu banyaknya persoalan dan perselisihan yang mengakibatkan peperangan antar raja-raja kampung. Hal ini yang
membuat van Asselt memberi perhatian penuh dengan meninggalkan tugas kepegawaiannya dan masuk dalam Kongsi Barmen untuk bergabung dengan Tuan
Pdt. van Hoeven. Kemudian bergabung dengan temannya yang sudah berada di Bunga Bondar-Sipirok pada tahun 1859. Masing-masing Dammer-Boer dan Betz,
menyusul Pendeta Koster dan van Dalen 1861 yang tiba dari Belanda. Utusan penginjil dari Kongsi Barmen Jerman juga ikut bergabung yaitu Tuan Pendeta Heine
dan Pendeta Klam-mer. Dalam tahun itu, para pendeta ini melakukan Rapat Sinoda 7 Oktober 1861,
dan tanggal ini dianggap sebagai tahun permulaan atau dimulainya kekristenan di tanah Batak.
44
44
Dalam setiap pertemuan rapat-rapat besar missionaris RMG di tanah Batak yang mereka sebut dengan Batak-Mission itu, salah seorang dari missionaris ini ditugaskan untuk menyajikan
Memutuskan: mereka akan berpencar menuju daerah yang ditentukan
Universitas Sumatera Utara
seperti Pendeta Betz membuka pelayanan di Bunga Bondar, Klam-mer di Sipirok Heine di bagian Utara. Pendeta van Asselt sendiri memilih tempat pelayanan di rura
lembah Silindung dengan merintis pemberitaan Injil bersama istrinya Dina Malga sejak 1862 hingga 1875.
Van Asselt memulai rintisan penginjilannya di Sarulla. Dan dia menemukan banyak persoalan peperangan antar kampung, antar marga, praktek perbudakan,
penyakit menular dan musim peceklik. Seluruh daerah yang dikunjungi dilakukan dengan berjalan kaki. Namun, van Asselt tidak men-generalisasi keadaan masyarakat
Batak yang ada di daerah Silindung sebagai suatu kondisi yang buruk, orang-orang Batak pintar juga dia temukan yang berperan sebagai datu dukun pengobatan, dan
para raja-raja penguasa yang kaya harta. Permulaan masuknya ajaran agama Kristen di tanah Batak baru di mulai pada abad 19 setelah misi kekristenan dimulai pada abad
16 di Indonesia bagian timur di Maluku.
45
Terdapat dua buku yang diterbitkan oleh van Asselt tentang perjalanan pelayanannya di tanah Batak. Buku pertama dalam bahasa Belanda, Achtteen jaren
onder de Bataks 18 tahun di tengah orang Batak, 1857-1875 menceritakan
makalah dengan topik yang dianggap aktual pada waktu itu. Naskah dari makalah-makalah itu masih dapat ditemukan di dalam arsip RMGVEM di Wuppertal Jerman dalam bentuk cetakan dan script
tulisan-tulisan asli para missionaris. Andar Lumbantobing dalam Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, 1996:hlm.316
45
Seperti catatan harian van Asselt yang ditulis dalam bahasa Belanda dan Jerman dalam buku Achtteen jaren onder de Bataks dan Aus den Anfangen der Batak-Mission. Alih bahasa Pdt. Dr. JR.
Hutauruk dalam Tahun Diakona HKBP Parbarita na Uli di Tano Batak. Kantor Pusat HKBP Pea Raja, Tarutung. 2009.hlm.16.
Universitas Sumatera Utara
perjalanan panjang van Asselt dalam memberitakan Injil, yang diambil dari catatan hariannya. Buku ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Jerman oleh kongsi
Barmen RMG dengan judul Aus den Anfangen der Batak-Mission dimulainya pekerjaan pelayanan zending Rhein di Tanah Batak. Beberapa hal yang menjadi
catatan pekerjaan van Asselt di tanah Batak, adalah dengan adanya gerakan pembaharuan membentuk majelis di tingkat jemaat kerkeraad, membentuk lembaga
sinodal umum di setiap gereja dan mempersiapkan tata gereja yang mandiri dibidang penginjilan, kepemimpinan dan kemandirian dana. Pembaharuan itu dapat dilihat dari
hadirnya lonceng gereja Barat menggantikan ogung yang ditempatkan di gereja- gereja seetlle, seperti di Balige, Sigumpar, Laguboti dan Nainggolan. Juga
mendatangkan perangkat musik tiup Barat. Pernyataan van Asselt perihal musik tiup itu sarune Jerman-penyebutan yang digunakan orang Kristen Batak pada saat itu
menyebutkan: Nampaknya tidak ada waktu untuk memikirkan apakah perlu mendatangkan
perangkat-perangkat gerejawi Barat seperti itu, apakah tidak lebih bijak dan kontekstual sekiranya diberi waktu sampai muncul niat untuk memakai
instrumen musik Batak digunakan dalam lingkungan gereja, misalnya dalam mengiringi orang bernyanyi dalam kebaktian ? Sepanjang pemantauan kita
dalam sejarah penginjilan di tanah Batak pemikiran ke arah itu belum pernah kita temukan. Hutauruk, JR. 2010:140.
Karena gangguan kesehatan, ia kembali ke negeri Belanda dan melayani di Eropa selama 30 tahun lagi. Masa pelayanannya di tanah Batak diakhiri pada tanggal
19 Juli 1875.
Universitas Sumatera Utara
Gambar No. 6: Pdt. Gerrit van Asselt
Sumber: Menyongsong 150 Tahun Jubileum HKBP
3.4.3. Pdt. Dr. Johannes Warneck.