Faktor Hiburan Faktor Penggunaan Musik Tiup 1. Faktor Legitimasi Gereja

pendengarnya. Mereka tidak takut menerima resiko karena penyalahgunaan yang dilakukan oleh musik tiup, karena hal itu memang tidak ada dalam istilah musik tiup. Bagi masyarakat Batak Toba, menggunakan gondang bukanlah hal yang mudah seperti mudahnya menggunakan musik tiup. Apabila terdapat sedikit saja kesalahan dalam tata cara pemakaiannya, dapat menimbulkan ekses tidak baik dalam adat. Seorang pemain gondang tidak dapat berbuat sesuka hati dalam permainannya, karena aturan untuk itu jelas diaturkan dalam adat. Sehingga seorang pemain gondang harus memahami adat Batak Toba secara meluas. Dalam penelitian di lapangan penulis melihat, sebuah kelompok musik tiup dalam sebuah upacara adat tidak memiliki peran apa-apa, kecuali hanya memainkan lagu-lagu yang dimintakan oleh peminta lagu saat kebaktian atau peminta gondang ketika acara panortoran menari bersama dengan repertoar sesuka hati, kelompok musik tiup tanpa diminta atau dipersilahkan oleh suhut pelaksana upacara melakukan pekerjaanya, sepertinya tidak mempunyai hubungan adat. Jelas kedudukan musik tiup disini hanya sebagai pengiring, tidak bagian dari seluruh rangkaian upacara adat, karena kehadiran musik tiup ini diundang untuk menunjukkan kemampuan memainkan lagu sesuka hati atau sebagai prestise bagi pihak suhut.

4.7.5. Faktor Hiburan

Pemahaman masyarakat akan bunyi suara musik yang sering didengar setiap harinya, sudah berkiblat kepada tangga nada harmoni barat atau diatonis. Hal ini juga terjadi pada masyarakat Batak Toba, sehingga apabila masyarakat di dengarkan suara Universitas Sumatera Utara bunyi gondang yang pentatonik, mereka sulit menangkap unsur hiburan di dalamnya. Mereka tidak dapat menikmati musik sebagai unsur hiburan, lebih kepada sebuah produksi bunyi yang bersifat sakral. Sehingga dengan kehadiran musik tiup, nilai hiburan dianggap lebih tepat untuk pendengaran masyarakat Batak Toba yang mengikuti upacara itu. Pergeseran nilai yang terjadi dengan pemakaian musik tiup di dalam upacara adat Batak Toba, lebih dipahami masyarakat sebagai kecenderungan untuk sebuah iringan dalam panortoran dan unsur hiburan dalam satu rangkaian kegiatan adat. Hal ini dapat diperhatikan bahwa meskipun musik tiup bukanlah bagian dari adat, namun dengan adanya musik tiup suasana pesta akan terlihat semakin semarak. Upacara adat Batak Toba yang diiringi oleh gondang harus melalui tahapan aturan-aturan adat yang harus dijalani. Keluarga yang akan melaksanakan upacara adat harus mengerti ruhut-ruhut seluk beluk adat. Misalnya untuk memanggil pargonsi harus memberikan daun sirih dan uang. Tujuannya agar pargonsi menjalankan pekerjaannya dengan terlebih dahulu mengadakan kontak batin dengan kekuatan supernatural batara guru sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi. Setiap orang Batak Toba dalam kehidupannya mau tidak mau, harus hidup dan berjalan dalam sistem adat Batak Toba, kalau tidak mau disebut sebagai orang yang tidak beradat naso maradat. Namun, keinginan untuk melakukan adat Batak Toba secara praktis membuat orang Batak mengambil pilihan dari pada terlibat dalam segala kerumitan bila mereka harus mengundang gondang sabangunan dalam pesta adatnya. Alasan, bahwa dia sudah menjadi seorang Kristen untuk tidak terlibat dalam Universitas Sumatera Utara praktik-praktik spiritisme, juga menguatkan alasan tidak akan mengundang ensembel gondang dalam acara adatnya. Sementara pada pemakaian musik tiup kadang-kadang hanya cukup dengan mengadakan transaksi bayar downpayment atau melalui telepon, kelompok musik tiup ini sudah bersedia untuk datang. Latar belakang itu, membuat masyarakat Batak Toba menerima musik tiup dalam hal kepraktisan penggunaan.

4.6.6. Faktor Teknologi