Upacara Adat Pesta Tugu

Gambar No. 3: Upacara Adat Kematian Saur Matua Batak Toba Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.6.4. Upacara Adat Pesta Tugu

Fase kelahiran dan kematian jelas lebih penting dari pada peristiwa pokok dalam persekutuan antar manusia yakni perkawinan. Perkawinan memang dilakukan dan diatur adat. Pelaksanaan adat itu sebagai wujud keberagamaan adat Batak lebih jelas tampak dalam penyelenggaraan pemujaan nenek moyang. Pemujaan itu, sekarang ini dapat digambarkan dalam bentuk membuat tanda artifisial bagi satu kelompok garis keturunan. Misalnya, bangunan sebuah tugu. Tugu yang menjadi pertanda, bukan kuburan para leluhur mereka, adalah cara untuk menghormati leluihur mereka. Penghormatan atas orang yang sudah meninggal harus dibedakan dari pemujaan nenek moyang di lain pihak. Yang termasuk dalam upacara untuk orang mati adalah semua perstiwa yang menyangkut kematian dan acara penguburan. Universitas Sumatera Utara Demikianlah setiap orang mati harus dihormati tanpa kecuali. Sebaliknya pemujaan nenek moyang diselenggarakan bagi para leluhur yang dianggap mempunyai suatu kuasa pengaruh yang istimewa, berdasarkan pekerjaan mereka saaat di dunia, yang dilihat dari kekayaan dan kedudukan mereka dalam silsilah marga. Jadi tidak semua yang meninggal orang Batak diangkat menjadi nenek moyang yang dipuja. Pembedaan antara upacara untuk orang mati dan pemujaan nenek moyang tidak hanya dibuat dalam agama-agama suku, melainkan juga dalam gereja-gereja suku yang didirikan lingkungan agama suku. Upacara untuk orang mati dan pemujaan mengenai suku-suku telah banyak diteliti 31 Orang-orang Kristen dari gereja-gereja suku memuja nenek moyang mereka dengan berbagai cara. Di Sumatera Utara mereka membuka kuburan-kuburan tanah yang sementara, sesudah lewat waktu pembusukan yang dianggap perlu, lalu mengangkat tulang-tulang dari dalamnya dan menempatkannya tulang-tulang mereka di dasar monumen itu. Setahun setelah didirikan kuburan dan ini dijadikan alasan untuk menghormati orang mati. Baik pemakaman kembali maupun penguburan tengkorak atau semua tulang-tulang dengan upacara, di sarkofagus-sarkofagus tersendiri ataupun di sarkofagus-sarkofagus bersama demikian juga pembangunan patung-patung batu buat nenek moyang hingga sekarang masih dapat ditemukan di sub kultur Batak di daerah bona pasogit. . 31 . Penelitian yang dianggap mewakili laporan tentangt upacara dan pemujaan kepada orang mati telah dilakukan oleh Th.V. Baaren: Wiji Mensen, 1960 Hal 56 dan 155 Universitas Sumatera Utara Di daerah Tobasa, orang-orang Kristen terus menjalankan upacara-upacara penggalian tulang-tulang dalam bentuk yang telah diubah. Gereja telah menyucikan membersihkan adat itu dari unsur-unsur yang dianggap animism, dan telah memasukkan suatu peraturan penggalian tulang-tulang di antara orang-orang Kristen HKBP distrik Toba 32 Pemakaman kembali atau pemakaman secara meriah oleh kelompok- kelompok yang sudah dikristenkan itu berlangsung hingga kini dengan beberapa pendapat yang berbeda antara penganut agama Kristen lainnya di tanah Batak selain HKBP. Perbedaan itu masih dipertahankan sampai sekarang. Adanya kuburan- kuburan tanah yang tua, yang biasanya tak terpelihara, disamping tanda-tanda makam yang dibangun, sampai yang bersifat mausoleum megah berdiri di sepanjang jalan dan di perkampungan di Tapanuli. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan dari tingkat sosial orang-orang Batak itu. . Peraturan-peraturan yang dikeluarkan dalam pihak gereja terdahulu masih berlaku hingga kini. Sekarang ini telah banyak didapati bentuk kuburan yang telah diganti oleh bangunan-bangunan dari semen dan ubin yang hanya mempunyai nilai religietnologis. Orang Batak sekarang ini, tidak lagi memahat batu membentuk sarkefagus, melainkan membuat bangunan dari bahan adukan semen dan batu 33 32 Masyarakat Batak Toba, mayoritas menganut agama Kristen Protestan. Lebih banyak terdaftar sebagai anggota gereja di HKBP. Sikap HKBP dalam mengakomidir bentuk-bentuk Pesta dituangkan dalam pelayanan yang dilakukan dengan memberi izin dalam ritual penggalian tulang belulang leluhur Batak dengan liturgist dari HKBP. . 33 Dalam hampir semua kebudayaan suku, bersama dengan agama suku itu ambruklah juga kesenian. Sebab keduanya merupakan suatu kesatuan hidup yang menurut hakikatnya erat berhubungan satu Universitas Sumatera Utara Tulang-tulang para leluhur yang dipilih untuk dipindahkan itu dimakamkan kembali dalam sebuah ruangan di dasar sebuah kuburan semen. Pemindahan itu dilakukan dengan perayaan, sehingga orang dapat menyebutnya suatu pesta. Apabila orang-orang yang mengurus pemindahan itu adalah orang-orang kristen, sebagaimana sekarang ini sudah berlaku umum, mereka meminta kepada majelis jemaat gerejanya persetujuan untuk pemindahan tersebut, dengan memberitahukan hari dan jumlah para tulang-tulang leluhurnya yang akan dikumpulkan dan dimakamkan. Dari permohonan ini pun sudah nyata ditingkat mana dari ketiga tingkat yang ada akan berlangsung perayaan tersebut. Upacara ini dinamai dengan panaikkon saring-saring merupakan perayaan yang paling terhormat dan paling banyak makan biaya. Dalam adat kematian dikalangan orang Kristen, dapat dipahami tentang peristiwa kematian sebagai suatu peristiwa yang bukan bersifat perorangan, melainkan yang bersifat genealogis sosial. Dengan demikian maka tugu atau rumah penyimpanan tulang-tulang itu menjadi kegiatannya yang potensial selalu dilakukan orang Batak secara berkala. Secara religi-etnologis dalam arti upacara, ada beberapa faktor yang membuat kegiatan ini tetap dilakukan, yakni peran para anak rantau yang menganggap kegiatan itu adalah bagian dari kepercayaan kristiani yang mengharuskan seorang anak harus menghormati orangtuanya, baik saat dia masih hidup ataupun sudah meninggal. Adat itu sendiri dapat berjalan bersama dalam ajaran agama Kristen. Dengan demikian adat itu membuktikan tidak bertentangan dengan sama lain. “tiang-tiang ukiran, rumah-rumahan orang mati, hiasan-hiasan yang banyak, yang indah dan sebagian menelan banyak waktu itu, semuanya menjadi lebih sederhana bahkan menjadi acak-acakan. Universitas Sumatera Utara ajaran kristiani. Peristiwa budaya ini, menggunakan perangkat musik sebagai bagian dari unsur kelengkapan pesta. Gambar No. 4: Tugu Batak Toba Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.6.5. Upacara Adat Ulang Tahun