meneruskan pendidikan atau seorang guru Injil atau pendeta yang diberhentikan karna kelakuannya tidak disukai dijemaat atau karena tidak mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik, dapat juga diangkat jadi seorang penginjil. Khusus untuk mantan pendeta tersebut, kiranya tidak ada lagi pekerjaan lain yang lebih baik yang
dapat diberikan kepadanya. Berdasarkan latar belakang tentang penetapan jabatan penginjil, dapat dilihat
bahwa para penginjil mempunyai tingkat pendidikan dan latar belakang yang berbeda-beda dan berasal dari berbagai macam lapangan pekerjaan. Mereka ditunjuk
oleh gereja dan diangkat sebagai penginjil untuk dilaksanakan sebagai tugas pelayanan gereja di lapangan, hanya untuk mengisi kekokosonga pelayanan di tingkat
jemaat yang ada di rantau parserahan.
3.5.3. Berdirinya Sekolah Guru Jemaat
Jabatan guru merupakan lanjutan dari jabatan kateket atau pengajar. Kedua jabatan ini merupakan satu keterkaitan yang dapat diulas dalam rangkaian guru
sebagai penginjil. Ketika Nommensen pertama kalinya mengangkat penatua untuk membantu
dalam memelihara jemaat, yaitu tahun 1865, empat tahun setelah diadakan Sinode pertama konferensi misi yang pertama di Parausorat Sipirok, dia menulis surat
kepada kantor pusat RMG di Barmen Jerman: Apa dan bagaimana tanggapan pihak RMG dan pendukungnya di Jerman terhadap orang-orang pribumi yang memiliki
bakat menjadi kateket istilah yang dipakai pada seorang guru muda. Disini terdapat orang-orang yang benar-benar memiliki kemampuan, yang sudah dikuasai oleh
Universitas Sumatera Utara
kasihnya kepada Kristus Yesus, yang mampu berbuat lebih banyak dari kami untuk jemaat-jemaat pribumi. Nommensen memberi keyakinan kepada pihak RMG
Barmen, bahwa jauh lebih mudah mempergunakan tenaga mereka para guru yang akan disekolahkan dari pada mempergunakan tenaga tenaga missionaris langsung
dari Eropa untuk berbagai pekerjaan. Lebih lanjut, ditegaskan mereka akan lebih mampu menyalami hati dan pikiran penduduk dan dengan demikian mereka akan
dapat melakukan banyak kebaikan untuk pekerjaan misi. Disamping itu, pada suatu saat bangsa itu pasti akan berdiri diatas kakinya sendiri, mereka akan mengangkat dan
mendidik guru dan pendetanya sendiri, sama halnya dengan di negeri-negeri lain. Untuk menjawab permintaan Nommensen terhadap pekerjaan misi di tanah
Batak, pihak RMG Barmen pada tanggal 12 Februari 1866 mengutus Dr. Schreiber ke tanh Batak. Dia bertugas sebagai praeses mengepalai suatu wilayah Gereja
sekaligus juga menyusun tata tertib konferensi misi dan mengerjakan penerjemahan Injil ke dalam bahsa Batak. Dia juga ditugaskan untuk mendirikan sebuah seminari,
tempat mendidik tenaga-tenaga yang kelak dapat diangkat sebagai guru bantu pribumi untuk missionaris. Pada tahun 1868, Schreiber membuka sebuah seminari
pembantu di Parausorat Angkola yaitu sekolah Kateket. Pendirian sekolah Kateket di Parausorat adalah cikal bakal sekolah Seminari
yang didirikan di Pansurnapitu yang kemudian dipindahkan ke Sipoholon hingga sekarang. Sekolah ini, merupakan bagian yang utuh dari gereja. Para siswa yang di
didik di seminari ini, adalah merupakan anggota jemaat gereja. Keikutsertaan seorang pelajar dalam pendidikan di seminari, dengan sendirinya mewajibkan dia menjadi
Universitas Sumatera Utara
pekerja di gereja. Sampai sekarang ketentuan itu masih berlaku, dalam arti pekerja yang mengutus mereka adalah gereja yang mengasuh sekolah seminari ini yaitu,
HKBP. Sekolah ini sekarang dinamai Sekolah Seminarium HKBP Sipoholon. Jadi kebutuhannya adalah untuk konsumsi gereja HKBP saja. Gereja lain, tidak
mempunyai link untuk ikut dalam pendidikan guru di sekolah itu. Pada dasarnya, kebutuhan para guru Injil sekarang disebut guru huria atau
guru jemaat atau pimpinan jemaat, adaptasi dari istilah voorhanger yang banyak dipakai hingga sekarang ini, adalah seorang pimpinan dalam sebuah jemaat yang
menggembalai para jemaat di sebuah gereja. Di gereja-gereja Batak, peranan guru huria ini sangat diperlukan. Dalam setiap gereja, yang menjadi pimpinan majelis
jemaat adalah seorang voorhanger, dengan tugas sebagai pembantu Pendeta yang ditempatkan di gereja induk shuttle. Karena pada setiap gereja, belum tentu
ditempatkan seorang pendeta akibat minimnya jumlah pendeta dari setiap denominasi, atau akibat gereja dalam tingkat jemaat belum mampu untuk memberi
gaji penuh bagi seorang pendeta. Sekarang ini, sekolah yang mendidik para guru jemaat seperti Sekolah Guru
Huria di Seminarium Sipoholon, awalnya hanya diperuntukkan bagi kebutuhan gereja HKBP saja. Namun, belakangan ini ada beberapa gereja di luar HKBP yang
mengutus calon-calon guru jemaatnya untuk belajar disana. Hal ini bisa terjadi karena gereja dimaksud belum memiliki sekolah khusus guru jemaat. Dalam beberapa hal,
sekolah-sekolah yang mendidik tenaga keagamaan Kristen Protestan, sudah banyak hadir di Indonesia, secara khusus di Sumatera Utara. Alumni dari sekolah ini
Universitas Sumatera Utara
biasanya dalam katagori stratum satu yang bergelar sarjana teologi, juga telah dipakai sebagai sebagai guru jemaat. Adalah sebuah prestise bagi sebuah jemaat
gereja, apabila mereka memiliki seorang guru jemaat memiliki gelar sarjana strata satu.
Gambar No. 8: Sekolah Seminarium HKBP Sipoholon
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Para guru jemaat yang ditempatkan di sebuah gereja, adalah seorang tenaga guru Injil tetap di gereja itu, yang diberi gaji oleh induk gereja dengan predikat
sebagai guru tetap atau guru full time. Mereka dapat dipindahkan menurut aturan gereja induknya secara periodik. Sehingga, seorang guru huria full time tidak boleh
berada dalam satu jemaat saja selama ia bertugas. Ia berpindah-pindah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam beberapa kasus, tugas seorang guru jemaat dapat diambil alih oleh seorang Pendeta menjadi guru di jemaat itu. Hal itu bisa terjadi dengan
perkembangan status gerejanya menjadi sebuah gereja khusus. Istilah resort khusus bagi sebuah gereja diberikan kepada jemaat yang sudah mandiri secara ekonomi
untuk memberi anggaran belanja kepada pendetanya. Gereja dengan status khusus ini, dipisahkan dari gereja-gereja setingkatnya yang disebut gereja dalam satu pagaran
yang berpusat pada sebuah tingkat resort. Gereja yang diasuh oleh seorang guru jemaat, adalah sebuah jemaat gereja
pada tingkat paling bawah. Struktur gereja Batak yang dipakai hingga sekarang, masih mengikuti pola yang dibuat oleh RMG. Yaitu, sebuah denominasi gereja yang
terdiri dari banyak jemaat, memiliki pimpinan di tingkat Resort, Distrik dan Pucuk Pimpinan. Pimpinan pusat sebuah organisasi gereja yang dikepalai oleh seorang
Ephorus atau Bishop. Pimpinan tertinggi di organisasi gereja ini membawahi beberapa distrik atau
daerah. Sebuah daerah dipimpin oleh seorang Praeses. Daerah yang membawahi beberapa shuttle atau sering disebut dengan Resort, dipimpin oleh seorang Pendeta
Resort. Resort sebagai pusat dari beberapa jemaat gereja adalah perhimpunan gereja dalam tingkat jemaatb dalam satu pagaran. Satu resort bisa terdiri dari 5 hingga 20
jemaat. Dan pimpinan jemaat adalah seorang guru huria atau vorhanger. Para pimpinan mulai dari tingkat Ephorus hingga Resort harus berlatar
belakang gelar pendeta. Namun dalam tingkat jemaat, gereja diasuh oleh seorang guru huria atau voorhanger yang diangkat oleh pimpinan pusat gereja atau status
Universitas Sumatera Utara
seorang guru huria atau pimpina jemaat yang diangkat oleh jemaat itu sendiri. seperti yang tergambar dalam bagan berikut:
EphorusBishop
PraesesPimpinan Distrik PraesesPimpinan Distrik
Pendeta Pendeta
Pendeta Resort Pendeta Resort
Pendeta Pendeta
Guru JemaatVoorhanger Guru JemaatVoorhanger
Tabel. 6. Struktur Pimpinan di Gereja Batak Protestan Sumber: Hasil Analisis Data Penulis
Pendidikan yang ditawarkan dalam sekolah seminari ketika didirikan tahun 1886 oleh Pendeta Johansen, sudah memiliki kurikulum yang memiliki muatan musik
disamping muatan teologis dan ilmu humaniora lainnya. Program pendidikan empat tahun yang dibuat dalam kurikulum itu memuat pengetahuan Alkitab, Injil Sinoptik,
Sejarah Gereja dan lainnya. Dalam ilmu humaniora terdapat mata pelajaran Berhitung, Ilmu Bumi, Bahasa Melayu dan lainnya yang berganti dalam setiap tahun
Universitas Sumatera Utara
mata pelajaran. Mata pelajaran musik selalu hadir setiap tahunnya dinamai mata pelajaran bernyanyi dan bermain biola yang memuat 2 jam mata pelajaran setiap
tahunnya. Demikian pentingnya pengetahuan musik yang disertakan dalam kurikulum sekolah guru Injil dulunya, adalah merupakan pentingnya fungsi musik itu
dalam penyelenggaraan peribadatan nantinya yang diajarkan para guru jemaat selepas mereka dari sekolah seminari itu.
3.6. Hubungan Agama Kristen dan Adat Batak Toba