memainkan taganing jenis gendang satu sisi berjumlah lima buah bersifat drum chime, satu orang memainkan gordang bolon jenis gendang satu sisi berjumlah satu
buah, satu orang memainkan ogung oloan dan ihutan; satu orang memainkan ogung panggora; satu orang memainkan ogung doal empat jenis gong perunggu yang
memiliki tuning berbeda dan satu orang memainkan hesek sebagai pembawa ritme konstan.
Dalam kajian ini, penulis membuat telusuran bagaimana bentuk makna taganing dalam gondang sabangunan yang dilihat dari dua pandangan dasar yaitu
struktural dan fungsional. Pendekatan ini, akan menganalisa terminologi dari penyebutan nama instrumen gondang secara utuh dan membuat deskripsi konstruksi
menurut pemahaman budaya Batak. Pandangan struktural taganing dilakukan untuk melihat kaitan terhadap aspek-aspek fisik dari taganing dengan mengawali
pengamatan, mengukur dan merekam bentuk konstruksi rancang bangun dan bahan yang dipakai untuk membuat taganing. Pendekatan yang kedua [fungsional]
berhubungan dengan fungsi alat musik taganing dalam memproduksi suara, dengan membuat analisa bagaimana metode memainkan, memberi tuning, kualitas suara dan
kekuatan suara loudness. Lebih khusus penulis akan mendeskripsikan pandangan pertama [struktural] dengan taksonomi masyarakat Batak.
4.2.1. Ensembel Gondang Sabangunan
Gondang Sabangunan terdiri dari Sarune bolon sejenis alat tiup “obo”, Taganing perlengkapan terdiri dari lima gendang yang dikunci punya peran melodis
Universitas Sumatera Utara
dengan sarune tersebut, Gordang sebuah gendang besar yang menonjolkan irama ritme. Empat gong yang disebut Ogung dan Hesek sebuah alat perkusibiasanya
sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau logam yang membantu irama. Sarune Bolon adalah alat tiup double reed yang mirip alat-alat lain yang bisa
ditemukan di Jawa, India, Cina, dan sebagainya. Pemain sarune mempergunakan teknik circular breathing yang disebut marsiulak hosa bernafas terus menerus dan
pemusik memainkan frase-frase yang panjang sekali tanpa henti untuk tarik nafas. Seperti disebut diatas, taganing adalah perlengkapan terdiri dari lima gendang yang
di-tuning dan punya peran melodis sama dengan sarune. Seperti musik gemelan yang ditemukan di Jawa dan Bali, sistem tangga nada yang dipakai dalam musik gondang
punya variasi diantara setiap ansambel yang dimiliki perorangan, variasi ini bergantung pada estetis pemain sarune dan pemain taganing. Kemudian ada cukup
banyak variasi diantara kelompok dan daerah yang menambah diversitas kewarisan kebudayaan ini yang sangat berharga.
Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam struktur irama. Pola irama gondang disebut doal, dan dalam konsepsinya mirip siklus
gongan yang ditemukan dimusik gamelan dari Jawa dan Bali , tetapi irama siklus doal lebih singkat.
4.2.2. Ensembel Gondang Hasapi
Sebahagian besar repertoar gondang sabangunan juga dimainkan dalam konteks ansambel gondang hasapi. Ansambel ini terdiri dari hasapi ende sejenis gitar
Universitas Sumatera Utara
kecil yang punya dua tali yang main melodi, hasapi doal sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main pola irama, garantung sejenis gambang kecil yang main
melodi mengambil peran taganing dalam ansambel gondang hasapi, sulim sejenis suling terbuat dari bambu yang punya selaput kertas yang bergetar, seperti sulim dze
dari cina, sarune etek sejenis clarinet yang ambil peran sarune bolon dalam ansambel ini dan hesek sejenis alat perkusi yang menguatkan irama, biasanya alat
ini ada botol yang dipukul dengan sebuah sendok atau batang besi. Perangkat instrumen Hasapi Ina dalam ensembel Gondang Hasapi adalah
sebagai pembawa melodi dari seluruh repertoar yang dimainkan dalam upacara- upacara yang dilakukan dalam ritual Sipaha Sada dala ugamo Malim. Snar yang
digunakan untuk instrumen ini adalah logam snar gitar yang sudah banyak dipakai saat ini yaitu snar terkecil atau snar satu. long neck lute two strings-chordophone.
Hasapi Doal adalah persis sama dengan Hasapi Ina. Hal yang membedakan dalam pola bermain dan fungsi dari instrumen ini.
Sesuai dengan karakter musik Batak Toba yang mayoritas lagu-lagunya dapat diiringi oleh ritem variabel yang terdiri dari tiga nada yang dimainkan secara berulang. Pola
permainannya disebut dengan mandoali memberi nada isian pada perjalanan melodi asli.
Alat musik Sarune Etek ini adalah jenis aerophone yang secara teknis dimainkan dengan end blown flute. Terbuat dari kayu berkualitas yang dirakit
sedemikian rupa dengan menggabungkan tiga bentuk. Ditiup dengan reed yang dicangkokkan dengan penampang bulat yang terbuat dari bahan dasar kulit
Universitas Sumatera Utara
tempurung kelapa atau bahan dasar tanduk. Fungsi dari alat ini adalah sebagai pembawa melodi dari repertoar.
Instrumen pembawa melodi ini terbuat dari bahan dasar kayu xilophone, yang dibentuk seperti bilahan yang mengeluarkan sumber bunyi dari bahan dasar itu
sendiri, sehingga alat ini masuk dalam golongan idiophone yang menggambarkan bahwa sumber bunyi atau reed berasal dari bahan itu sendiri. Alat musik ini masuk
dalam katagori aerophone side blown flute sebagai pembawa melodi. Bahan dasar alat ini adalah bambu yang dibentuk dari ruas bambu menurut
tonalitas yang diinginkan. Proses tuning dilakukan dengan mengatur jarak luang antara tiupan dengan lubang penghasil suara. Sehingga untuk menemukan tonalitas
yang diinginkan berpengaruh pada panjang dan besarnya ruas bambu. Untuk menghasilkan getaran dan efek suara yang tajam, dibentuk satu lubang getar yang
dilapisi dengan kertas tipis sebagai membran getar yang dibuat persis dekat lubang tiupan.
Disamping pengkajian tentang fungsi musik, penelitian juga diarahkan pada pengkajian ensembel dari instrumen itu sendiri untuk menguatkan hipotesa bahwa
alat musik yang dipergunakan dalam mengiringi upacara adat Batak Toba mengalami perubahan. Sebab alat musik itu sendiri adalah suatu benda instrumen yang dapat
menghasilkan bunyi yang memiliki keteraturan, baik secara nada maupun secara ritem yang dipergunakan dalam upacara adat Batak Toba. Berdasarkan konsep
klasifikasi alat musik yang dibuat oleh Curt Sachs dan Hornbostel, keseluruhan alat
Universitas Sumatera Utara
musik dikelompokkan pada empat bagian mendasar, yaitu: idiofon, membranofon, kordofon dan aerofon, dengan pengkajian lebih luas tentang elektrofon. Masing-
masing klasifikasi tersebut masih memiliki cabang-cabang berdasarkan karakteristik alat musik tertentu. Sehubungan dengan penelitian tentang perubahan pemakaian alat
musik dalam mengiringi upacara adat masyarakat Batak Toba, maka konsep-konsep tentang musik yang terdapat dalam ranah penelitian perlu diuraikan dan dijelaskan.
Munculnya pemahaman musik yang berfungsi dalam kegiatan upacara- upacara adat bagi masyarakat Batak Toba sekarang ini, jelas telah menyebabkan
banyak perubahan pada level kemasyarakatan sebagai pengguna alat musik pengiring pada kegiatan adat masyarakat ini. Adanya musik pengganti dari gondang Batak -
dikonversi ke alat musik barat - yang dipakai dalam upacara adat maupun kegiatan lain, lahir dari kebaruan yang ditimbulkan oleh masuknya ajaran agama Kristen ke
tanah Batak. Kedatangan missionaris dari Zending Amerika dan RMG Jerman ke tanah
Batak oleh Nomensen dan beberapa missionaris lainnya sekitar tahun 1864, membawa banyak perubahan pada level sosial masyarakat Batak dengan pergeseran
budaya meliputi sistem religi dan seni musik. Perubahan yang dibawa missionaris ini, membentuk masyarakat Batak dalam ajaran parhudamdam, ugamo Batak beralih
menjadi penganut Kristen Protestan. Pendekatan secara sistematis dilakukan dalam dua hal pokok, yakni membawa ajaran agama Kristen Protestan di satu pihak, dan
terbangunnya sistem dan tata tertib sosial kemasyarakatan yang baru menurut metoda barat di sisi lain.
Universitas Sumatera Utara
Dengan masuknya ajaran agama Kristen di tanah Batak, menandai dimulainya era baru dalam banyak aspek kehidupan sosial. Para missionaris dalam
penginjilannya juga membawa tradisi musik barat yaitu musik organ dan musik tiupbrass band, sebagai sarana pendukung di dalam penyampaian pelayanan
pengabaran Injil di tanah Batak. Perubahan yang dilakukan oleh missionaris, menyentuh ke seluruh sendi kehidupan, termasuk tradisi musikal gondang sebagai
heritage masyarakat pengguna tradisi ini. Dalam level kebudayaan, masuknya musik brass ini merupakan satu
momentum sejarah yang cukup penting untuk dikaji lebih meluas dan dikritisi, terutama karena di dalam peng’akulturasi’an dua budaya itu Batak dan Barat dan
dalam pengkajian ini, kita dapat melihat adanya bentuk kaitan antara dua budaya yang berbeda, yaitu agama dan musik.
Sekarang ini disetiap denominasi gereja suku Batak khususnya Lutheran dan Protestan sebahagian dalam aliran Calvinism bahwa musik pengiring kebaktian
telah didominasi organ maupun musik tiup. Seiring dengan perjalanan waktu terhadap pemahaman musik yang digunakan oleh masyarakat Batak Toba untuk
setiap kegiatan atau acara, mengadaptasi musik yang ada di dalam gereja. Kegiatan musik ini telah keluar dari kegiatan keagamaan menuju kegiatan upacara lain di luar
gereja dengan alasan, dapat dipergunakan sebagai pengiring upacara adat atau upacara lainnya yang di dalamnya ada unsur kegiatan keagamaan yang dapat diiringi
oleh musik dari barat ini.
Universitas Sumatera Utara
Musik barat yang semula berfungsi mengiringi kebaktian gereja, namun akhirnya digunakan di acara adat tradisi yang sama halnya dengan gondang. Musik
tiup yang dianggap sebagai media komunikasi dalam mengiringi nyanyian di gereja Protestan dapat pula sebagai pengiring pada upacara adat, menjadikan instrumen ini
memiliki fungsi yang strategis. Saat ini, musik Barat dalam ensembel musik tiup sudah digunakan dalam
upacara seremonial dan religi bahkan upacara ritual perkawinan, saur matua, menggali tulang belulang atau dikenal dengan mangongkal holi sebagai kearifan lokal
masyarakat Batak Toba. Dengan fenomena tersebut, musik tiup tidak dikenal sebagai musik gereja saja, melainkan sudah keluar dari gereja yang menggerus peranan dan
aktivitas gondang Batak yang sengaja atau tidak, telah ditinggalkan akibat globalisasi dan realitanya musik barat ini diterima masyarakat Batak Toba sebagai tindakan
kemapanan dalam merespon kebudayaan baru. Dan hal itu mendapat tempat akibat adanya pemahaman bahwa gondang yang
dulunya dianggap sakral sebagai bagian dari kegiatan kebudayaan, dapat digantikan oleh peranan musik barat sebagai komoditas baru untuk menyelenggarakan posisi
gondang. Gondang Batak itu sendiri secara utuh, dalam konteks permainan pada sebuah upacara maupun pertunjukan telah menunjukkan grafik turun, bahkan dalam
satu area kultur budaya Batak telah hilang sama sekali.
53
53
Aktivitas gondang sabangunan tidak ditemukan lagi di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara secara utuh, yang meliputi perlengkapan ensembel berikut musisinya. Dalam sebuah pesta rehabilitasi Tugu
marga Pakpahan 080611 di Kecamatan Pangaribuan Tapanuli Utara yang melibatkan gondang
Universitas Sumatera Utara
Pertama kalinya, alat musik tiup dimainkan dalam kegiatan seremonial gereja sebagai pengiring kebaktian di Garedja Dame di wilayah Silindung, cikal bakal dari
pemakaian trumpet yang dimainkan oleh Johansen seorang missionaries RMG yang datang ke tanah Batak Pederson, 1975:59. Secara berangsur, alat musik tiup ini
tergabung dalam sebuah ensembel tiup brass yang terdiri dari beberapa instrumen tiup seperti trumpet, saksaphone, sousaphone dan trombone dipakai untuk mengiringi
kebaktian di gereja-gereja Lutheran yang ada di tanah Batak.
54
sabangunan disana, ternyata dipesan langsung dari Kabupaten Samosir. Perlengkapan gondang dapat ditemui di beberapa tempat di Taput, namun pemainnya dipanggil dari beberapa wilayah di
bonapasogit.
Kedudukan musik tiup yang dimainkan dalam kebaktian di gereja Batak ini membuat pemahaman baru
atas perubahan dari sistem nilai kehidupan keagamaan yang dibawa oleh para missionaris. Namun, mengundang kontroversi ketika dipergunakan dalam pelayanan
jemaat di luar gereja. Badan zending ini mulai membatasi gerak musik tradisional gondang Batak Toba sebagai pengiring upacara adat milik jemaat Kristen mula-mula
di tanah Batak. Alasan mendasar yang dikemukakan pihak gereja, bahwa kegiatan upacara adat yang berbau ritual, mempunyai hubungan mistis dan magis pada
pemujaan roh-roh leluhur Batak. Hal ini, adalah sebuah perbedaan pandangan akan teologi ke-kristenan yang dibawa misi zending ini terhadap bentuk tatanan nilai yang
54
Pemakaian alat musik tiup pada ibadah di gereja asuhan RMG, adalah fase kedua setelah masa instrumen orgel organ tiup yang dipakai pertama sekali dalam mengiringi kebaktian gereja. Orgel ini
diperkenalkan oleh Nommensen dengan memainkan jenis harmoniumakkordion, yang sudah tidak mampu lagi mengimbangi suara jemaat di gereja akibat bertambahnya jumlah anggota jemaat.
Johansen sebagai anak Nomensen hanya terkonsentrasi dalam pengembangan musik tiup bersama Former dan Berhauser dalam pendidikan musik trumpet Posaunen Buch yang diajarkan mereka
dalam Seminari Sekolah Tinggi Guru Huria di Seminarium Sipoholon-Silindung. Lihat Pederson 1975, 59 dalam Tampubolon 1999:27
Universitas Sumatera Utara
berlaku dalam budaya Batak Toba. Konsep dan pandangan teologis ke-kristenan mengharamkan bentuk pemujaan terhadap ilah-ilah lain selain kepada Allah Bapa di
Surga Titah pertama dari Dasa Titah yang disampaikan Allah melalui Nabi Musa kepada bangsa Israel
.
55
Penulis melihat, ada alasan musikal terhadap pemakaian alat musik tiup yang dipergunakan dalam mengiringi nyanyian gereja. Dimana kedua aspek antara alat
musik tiup dan nyanyian adalah memiliki konsep dasar musik yang sama yaitu memakai tangga nada diatonik. Gondang Batak dalam aspek musikalnya tidak serta
merta dapat mengiringi nyanyian ibadah gereja, sebab memiliki tangga nada pentatonik.
Ensembel Gondang Batak Upacara Adat RitualReligi
Musik Tiup Upacara Ibadah Gereja
Ensembel Musik Tiup Upacara Adat dan Ibadah Gereja
Tabel 9. Skema Penggunaan Musik dalam Masyarakat Batak Toba Sumber: Hasil Analisis Data Penulis
Pola ritme atau irama yang dimainkan musik tiup, dalam perkembangannya
memainkan irama yang menyerupai beat irama dengan karakter sama yang terdapat dalam permainan gondang Batak. Jenis repertoar yang dimainkan, selain
55
Dasa Titah diturunkan Allah melalui dua batu Loh yang disampaikan kepada Musa. Alkitab mencatat aturan hukum Kristen ini dalam Injil Keluaran 20:3-5.
Universitas Sumatera Utara
membawakan lagu-lagu gereja dan popular rohani dalam tempo andante dan allegro, juga dimainkan repertoar lagu dalam melodi Batak dalam tangga nada diatonis yang
terdapat dalam uning-uningan Batak Toba. Pola irama lagu ini dikenal dengan “gocci-gocci”, pola yang mengikut pada melodi uning-uningan pada gondang hasapi.
Penggunaan musik tiup untuk mengiringi tarian Batak tortor dalam konteks upacara adat dengan ensembel musik tiup ini disertai penggabungan kolaborasi
terhadap sebahagian alat musik tradisional Batak seperti sulim, hasapi dan taganing, saat ini disebut orang Batak pengguna ensembel ini dengan mar-musik tiup.
Ensembel ini saat sekarang, umum digunakan dalam upacara adat perkawinan dan upacara adat kematian saur matua.
Musik tiup dalam hal ini sebagai genre musik yang terdapat di tengah-tengah masyarakat, selanjutnya mulai dipergunakan dalam konteks di luar upacara adat
Batak, seperti upacara ulang tahun jubilate orang tua yang sudah berumur, pesta memasuki rumah, pertunjukan iringan prosesi keagamaan dan kenegaraan serta pesta
bius tugu.
56
Upacara adat Batak sekarang ini yang memakai musik tiup sebagai bagian dari upacara, secara berangsur-angsur dalam perjalanannya berjalan bersama dengan
ensembel tradisional Batak Toba, dan kedua idiom ini dapat saling memberi dan
56
Tugu bagi masyarakat Batak adalah sebagai bentuk pengenalan jati diri akan status dari sebuah kelompok klan marga, berbentuk bangunan dengan kontruksi beton dengan arsitektur yang beragam.
Semakin tinggi bangunannya, status kelompok ini makin tinggi pula, dengan harga bangunan mencapai ratusan juta rupiah bahkan dalam angka miliar. Biasa dipestakan besar-besaran secara
periodik, untuk menyatukan seluruh turunan pomparan kelompok marga pemilik tanda tugu ini dari seluruh dunia. Berbeda dengan tanda dalam bentuk ‘simin’ makam oleh sebuah kelompok ranting
marga yang memfungsikannya sebagai kuburan atau tempat pengumpulan jenazah atau tengkorak leluhur-nya.
Universitas Sumatera Utara
menerima, berkolaborasi dan saling mempengaruhi. Dalam praktek pertunjukannya saat mengiringi kegiatan upacara adat, ensembel musik tiup menjadi sebuah fenomena
musik bagi masyarakat pengguna genre ini dengan mengimitasi konsep musikal Batak Toba dalam seremonial upacara adat. Kolaborasi musik ini, menjadi sering
dipergunakan dalam konteks seni pertunjukan oleh masyarakat Batak Toba yang bermukim di daerah asal bonapasogit orang Batak maupun di parserahan daerah
perkotaan tempat diaspora orang Batak berada, seperti kota Medan, Pematang Siantar dan di daerah lain.
4.3. Sejarah Musik Tiup
Brass
Musik tiup adalah kesatuan musik yang terbuat dari bahan logam. Menurut teori Curt Sachs dalam Wellsprings of Music, pengelompokan musik tentang konsep
sexes dalam klasifikasi alat atau penjenisan musik, musik tiup brass termasuk dalam kelompok aerofon yakni sumber bunyi berasal dari udara 1962:97-98, yang
dimaksud dengan klasifikasi ini adalah sumber getar berasal dari bunyi dihasilkan oleh udara. Awalnya, bahan untuk instrumen logam ini terbuat dari kuningan dan
sering dinamai brass
57
57
Bahan brass dari kuningan untuk instrumen musik tiup adalah campuran antara logam tembaga Cuprum Cu nomor atom 29 dengan seng Zinkum Zh golongan IB dari asal unsur alam yang
bermanfaat untuk bahan kawat, penghantar listrik, pegas dan alat musik tiup.
, dapat menghasilkan bunyi musikal wind blow cara ditiup. Kelompok instrumen ini disebut dengan brasses kuningan yang berasal dari tahun
1820-an di tempat asalnya di Inggris.
Universitas Sumatera Utara
Sadie dalam The New Grove Dictionary Of Music mengatakan bahwa musik tiup adalah suatu bentuk musik tiup wind band yang keseluruhannya terdiri dari
instrumen logam kuningan yang berasal dari tahun 1820-an 1980: 209. Musik tiup digunakan oleh resimen cavalery pasukan berkuda yang dipakai untuk pemberi
semangat dalam berperang dan menjadi sangat terkenal teristimewa di Inggris dan Amerika Serikat.
Di Inggris musik tiup menjadi tradisi militer bersama-sama dengan musik tiup kayu; di Amerika Serikat kebanyakan ensembel musik memakai bahan kuningan
dan kayu pada tahun 1800-an. Tradisi musik tiup yang pada awalnya muncul di benua Eropa dan Amerika, dewasa ini menjadi tradisi kebudayaan musik bagi bangsa lain.
Tradisi tersebut dapat dikatakan sebagai suatu hasil kontak kebudayaan Eropa dengan kebudayaan lain melalui daerah-daerah koloni jajahan mereka dan mempunyai
hubungan dengan ekspansi bangsa Eropa ke berbagai penjuru di dunia melalui bentuk infiltrasi kebudayaan, penyebaran agama dan perdagangan antar benua.
Soeharto 1992:17 lebih detail menyebutkan tentang musik brass yaitu: Alat
musik tiup logam. Bukan hanya dibuat dari logam, melainkan karena bunyinya yang kuat seperti bunyi logam, misalnya: trumpet, trombone, horn dan tuba. Sedangkan
saxofon dan flute tidak termasuk di sini, walaupun seluruh bagiannya terbuat dari logam tetapi dibedakan dari reed sebagai sumber getar yang membedakannya.
Pengaruh musik luar, dalam sebutan musik Barat yang datang dalam komunitas masyarakat Batak, diawali dari aktivitas keagamaan oleh gereja pertama di
tanah Batak. Missionaris membawa instrumen musik aerophone trumpet selain
Universitas Sumatera Utara
harmonium organ pipa yang disandang yang digunakan di gereja dalam mengiringi nyanyian-nyanyian kebaktian.
Gambar. No 9: Kelompok Musik tiup Batak
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dalam ilmu kesejarahannya, musik tiup brass memulai keberadaannya di Wales-Inggris. Bermula dari kepentingan para pekerja pabrik yang memerlukan
hiburan sebagai upaya pemilik pabrik untuk memberikan hiburan kepada para pekerjanya, dengan tujuan untuk memberi arti kehidupan sosial para pekerja dari sisi
kemanusiaan. Mereka melihat, dengan membentuk kelompok musik tiup bagi para pekerja pabrik akan menambah nilai yang berarti untuk hasil pekerjaan mereka.
Selain untuk menambah kesenangan untuk peningkatan kerja, kelompok musik tiup ini menjadi sarana hiburan komersil yang pada saat itu menjadi popular dan disenangi
kalangan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal notasinya alat-alat brass umumnya membaca not secara transposisi, kecuali trombone bass. Sehingga dapat disebutkan dalam pengertian musikologi,
musik brass menjadi sebuah disiplin ilmu yang mempelajari segala aspek musik yang terjadi pada instrumen musik tiup dengan mengidentifikasi semua unsur-unsur yang
melekat di dalam ilmu musik dengan pendekatan keilmuan musik barat. Dengan semakin banyaknya pemakaian instrumen brass, pembuatan alat
musik inipun semakin bertambah. Mulai dari alat musik tiup trumpet yang belum memiliki klep berbentuk bugel, hingga pembuatan trumpet yang memakai klep
juga dilakukan pada masa sekarang. Perkembangan pemakaian alat ini yang dipakai sebagai sarana hiburan, juga dipergunakan dalam beberapa festival yang bersifat
kompetisi untuk menunjukkan teknik bermain musik tiup dari berbagai daerah di Inggris. Kontes semacam ini secara teratur dilakukan yang menjadi agenda tetap
dalam setiap perayaan-perayaan besar. Dapat dicatat menurut buku sejarah musik oleh Marsha Tambunan 2004: 91, bahwa kontes dalam kompetisi pertama musik
tiup dilakukan di Burton Constable-Hulm pada tahun 1845 yang diikuti oleh lima kelompok musik tiup. Pada awal pertama kegiatan ini, kelompok brass yang
memainkan alat musik terbatas pada jumlah maksimal hanya 12 orang. Dan repertoar yang dimainkan adalah karya dari Webber, Rossini dan Mozart.
Kelompok yang paling populer pada masa awal terbentuknya musik tiup brass adalah kelompok Besses o’th barn dari Whitefield, Lancashire Inggris. Kelompok
musik terkemuka ini dibentuk pada tahun 1818, dan hingga tahun 1905 merupakan kelompok musik tiup yang mengadakan perjalanan keliling hampir ke seluruh daratan
Universitas Sumatera Utara
Eropa. Instrumen yang dipergunakan pada masa ini adalah: Flute side blown, Obo, Clarinet, Horn, Trumpet, Trombone dan Tuba.
Sampai sekarang ini, tradisi untuk melakukan kompetisi sejak tahun1878 tersebut masih dilakukan dalam acara kontes kelompok musik tiup nasional Inggris
yang dikenal dengan British National Brass Band Contest yang diselenggarakan di Royal Albert Hall, London. Festival ini diikuti oleh kelompok musik tiup yang
dimainkan oleh para pria yang ada di Eropa. Di samping itu, masih ada kontes serupa yang diadakan untuk tingkat seluruh dataran Eropa yang dinamakan European Brass
Band Championship. Pada tahun-tahun berikutnya, tradisi pemakaian musik tiup ini berlanjut
hingga ke benua Amerika dengan didirikannya kelompok musik tiup pertama di Amerika Serikat bernama Brass Band Of New York yang dibentuk oleh Alan
Dodworth pada tahun 1834. Beberapa konser yang dilakukan di negara ini, membuat permainan musik tiup
menjadi gaya hidup dan banyak disenangi masyarakat Amerika, hal ini terbukti dari banyaknya tempat gazebo ruang dalam taman yang dibentuk menjadi tempat
permainan musik tiup sebagai sarana hiburan yang menyenangkan. Misalnya, seperti terdapat di Central Park, pusat taman di kota New York yang dibiayai oleh
perusahaan kereta api untuk meningkatkan pelayanan mereka kepada masyarakat dengan menyuguhkan permainan musik tiup setiap harinya. Begitu pula yang terdapat
Universitas Sumatera Utara
di Common-Boston, salah satu tempat di mana setiap diadakan pertunjukan musik tiup yang selalu dipadati oleh penonton.
4.3.1. Masuknya Musik Tiup di Tanah Batak