Data Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA

123 dalam lingkungan masyarakat pertanian akan memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk mengikuti proses pendidikan pertanian, karena mereka akan berkeyakinan bahwa kompetensi yang diperolehnya dari proses pendidikan akan sangat berguna pada saat mereka berada di lingkungan masyarakatnya. Jordan dan Porath 2006:185-186 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik budaya dan agama dengan komitmen pada pendidikan. Karakteristik budaya dan agama pada lingkungan masyarakat dalam hal ini ditentukan oleh karakteristik lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan komitmen akan berkaitan dengan dukungan masyarakat pada proses pendidikan atau pembelajaran. Proses pendidikan memerlukan dukungan lingkungan masyarakat, dalam hal penyediaan lingkungan belajar yang kondusif, dukungan, dan sumber belajar. Senge et al. 2000:460 mengemukakan bahwa peserta didik memerlukan masyarakat sebagai tempat mereka belajar. Berkaitan dengan karakteristik lingkungannya sebagai masyarakat pertanian, maka sangat dimungkinkan tingginya partisipasi masyarakat dalam proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari, baik berupa partisipasi dalam menjaga kenyamanan lingkungan pendidikan, maupun dalam pelaksanaan pembelajaran di lapangan.

g. Data Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA

Tanjungsari Pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari telah memperlihatkan keberhasilannya yang ditunjukkan dengan diperolehnya beberapa prestasi baik akademik maupun non-akademik, yaitu: terjalin kerjasama luar negeri dengan Fukui Norin High School Jepang, dalam bentuk program magang 124 bagi siswa berprestasi di Fukui Norin High School Jepang sejak tahun 2001 sampai dengan sekarang sebanyak 2 orang setiap tahun.; menerima Piagam Penghargaan Abdi Bhakti Tani tahun 2002 dari Menteri Pertanian; menerima Plakat Penghargaan Abdi Bhakti Tani tahun 2003 dari Menteri Pertanian; Peserta Terbaik Festival Seni dan Budaya Internasional di Kanagawa-Jepang tahun 2003; Ketua Asosiasi Sekolah Pertanian Republik Indonesia ASPRI; pembina harian koordinator SPP-SPMA se-Jawa Barat tahun 1993 sampai dengan sekarang; memperoleh penghargaan Citra Pelayanan Prima bagi UPTD berprestasi Provinsi Jawa Barat tahun 2003; menerima beasiswa Supersemar sebanyak 70 orang setiap tahun, sejak tahun 2000 hingga saat ini; Juara I Peserta Terbaik Festival Seni dan Budaya Internasional di Kanagawa – Jepang tahun 2003; Juara I Lomba antar SLTA Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2003; Juara II Lomba Lintas Lembah dan Bukit antar SLTA Regional Jawa Barat, yang diselenggarakan Fakultas Pertanian – UNWIM 2003; Juara Harapan I Lomba Lintas Alam Pemuda I antar SLTA se-Bandung Raya 2004; Juara Umum Temukarya Siswa Tingkat Nasional tahun 2005 Kontingen Jawa Barat; Juara I Putri Lomba Lintas Alam SLTA se- Jawa tahun 2006; dan Juara I Asah Terampil untuk 3 provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat tahun 2006. Selain ditunjukkan oleh prestasi tersebut, terdapat beberapa fakta yang dapat menunjukkan keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, di antaranya yaitu: pada saat ini seluruh kepala BPP yang berada di Kabupaten Sumedang merupakan lulusan dari SPP-SPMA Tanjungsari; lulusan memiliki Sertifikat Kompetensi; dan SPP-SPMA Tanjungsari sebagai SPP-SPMA 125 unggulan dan percontohan bagi sekolah pertanian di seluruh wilayah Jawa Barat dan Banten. Keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari pada penelitian ini mencakup kualitas peserta didik yang terdiri dari: tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian; kedisplinan; dan partisipasi peserta didik dalam organisasi kesiswaan. Wuryanto 2007:57-58 mengemukakan bahwa kualitas SDM peserta didik yang dihasilkan oleh pendidikan nonformal dapat diukur dari tingkat pengetahuan, sikapmental, keterampilan, kemandirian, dan kedisiplinan peserta didik. Gambar 9. Kecenderungan Nilai Keberhasilan Pengembangan SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari Y. Data keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari variabel Y secara lengkap terdapat pada Lampiran 17. 0.00 14.63 73.17 12.20 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 Y KEBERHASILAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN DI SPP-SPMA TANJUNGSARI Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi 126 Kecenderungan nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari terdapat pada Gambar 9. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa sebanyak 73,17 responden memberikan nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari yang tinggi Lampiran 17. Demikian pula dengan rata-rata nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, yaitu sebesar 31,20 Lampiran 17, termasuk pada kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian; kedisplinan; dan partisipasi peserta didik dalam organisasi kesiswaan yang tinggi. Kecenderungan nilai dan rata-rata nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari yang tinggi tersebut, yang diukur dari tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemandirian; kedisplinan; dan partisipasi peserta didik dalam organisasi kesiswaan, dapat dijelaskan sebagai berikut: - Nilai rata-rata hasil belajar lebih besar dari 7 Lampiran 17, yang menurut kriteria penilaian di SPP-SPMA Tanjungsari, termasuk dalam kisaran lebih dari cukup sampai dengan baik. Sistem penilaian di SPP-SPMA Tanjungsari terdiri dari 2 komponen nilai, yaitu praktik dan teori, dengan pembobotan lebih besar pada nilai praktik 70. Berdasarkan temuan di lapangan, diketahui bahwa nilai hasil belajar peserta didik rata-rata lebih unggul pada komponen nilai praktik. Hal ini dimungkinkan karena proses pembelajaran yang diterapkannya pun lebih menekankan pada kegiatan praktik. Sehubungan 127 dengan itu, nilai hasil belajar yang lebih unggul pada komponen nilai praktik, dan bobot komponen nilai praktik yang lebih tinggi dalam sistem penilaian yang diterapkan, sangat relevan dengan hasil nilai rata-rata yang termasuk pada kriteria lebih dari cukup sampai dengan baik. - SPP-SPMA Tanjungsari telah menerapkan beberapa upaya untuk memberikan pembelajaran kedisiplinan kepada peserta didik. Di antaranya yaitu: i Menerapkan aturan batas minimal kehadiran yang harus dipenuhi agar dapat lulus dalam pembelajaran setiap Program Diklat mata pelajaran; ii Memberlakukan kebiasaan mengecek kehadiran peserta didik setiap guru mengajar teori maupun praktik: iii Menerapkan sistem punishment yang mendidik, sebagai contoh pada saat peserta didik terlambat mengikuti kegiatan upacara bendera, kepada peserta didik yang bersangkutan diberikan sanksi berupa tugas-tugas yang bermanfaat seperti mengisi polybag, melakukan perawatan terhadap pertanaman atau lahan praktik, dan lain sebagainya. Penerapan sistem pembelajaran kedisiplinan demikian telah mampu membentuk perilaku peserta didik yang baik terutama dalam hal kedisiplinan. - Partisipasi peserta didik dalam organisasi kesiswaan termasuk tinggi, terutama pada tingkat I dan II. Hal tersebut dimungkinkan karena di SPP-SPMA Tanjungsari dilaksanakan kegiatan ekstra-kurikuler yang terdiri dari kegiatan wajib keagamaan, kepramukaan, lingkungan hidup, keolahragaan dan kegiatan pilihan kesenian, beladiri, paskibra, Ispertala, dan Isperma. Kegiatan ekstra-kurikuler ini dilaksanakan antara lain untuk mengembangkan 128 kepribadian, kepemimpinan, dan kemampuan manajemen organisasi peserta didik. - Proses pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari padat dengan pembelajaran budi pekerti. Guru selain memberikan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum, juga banyak menyampaikan materi tentang nilai-nilai agama Islam pada setiap proses pembelajarannya. Selain itu, perilaku sehari-hari peserta didik di SPP-SPMA Tanjungsari juga diarahkan untuk sesuai dengan ajaran agama Islam. Ini dibuktikan dengan tertanamnya kebiasaan mengucapkan salam jika saling bertemu baik dalam suasana formal maupun tidak formal, dan juga pakaian peserta didik perempuan yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Proses pembelajaran demikian secara nyata telah membentuk peserta didik yang berkepribadian baik, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perilaku peserta didik.

4. Uji Prasyarat Analisis