161
c. Pengaruh Faktor Kurikulum terhadap Keberhasilan Pengembangan
SDM Pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari
Istilah kurikulum sering digunakan untuk menunjukkan suatu program untuk memberikan materi pelajaran dan nilainya, suatu program untuk mata
pelajaran yang diberikan dalam siklus studi, atau seluruh program untuk mata pelajaran-mata pelajaran yang berbeda dalam siklus. Istilah kurikulum kadang-
kadang digunakan dalam pengertian yang luas, yaitu mencakup aktivitas pendidikan yang bervariasi, penyampaian materi, serta penggunaan bahan dan
metode Ren Ochs, 1974, dalam Lewy, 1977:6. Oliva 1982:5-6 mengemukakan bahwa kurikulum dapat dipahami baik
dalam pengertian secara sempit, yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran yang diberikan, maupun secara luas, yaitu kurikulum sebagai semua pengalaman
pembelajar yang diarahkan oleh sekolah, yang diberikan di dalam ataupun di luar sekolah. Kurikulum akan berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan juga
pelatihan. Kurikulum dapat meliputi materi kurikulum yang direncanakan mata pelajaran, proses belajar-mengajar, dan sistem evaluasi Soedijarto, 1997:87.
Hasil penelitian menunjukkan terdapatnya pengaruh faktor kurikulum secara parsial terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-
SPMA Tanjungsari, yang dinyatakan dengan model regresi linear berganda
= - 8,68 + 0,181 X
1
+ 0,310 X
2
+ 0,196 X
3
+ 0,129 X
4
+ 0,257 X
5
+ 0,216 X
6
. Dari model regresi linear berganda tersebut, dapat diketahui bahwa setiap penambahan
satu nilai faktor kurikulum sedangkan faktor-faktor lainnya dikendalikan, akan memberikan penambahan nilai keberhasilan pengembangan SDM pertanian di
SPP-SPMA Tanjungsari sebesar 0,196.
162 Derajat pengaruh faktor kurikulum secara parsial terhadap keberhasilan
pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi R
2
parsial faktor kurikulum sebesar 21,2 Tabel 18. Adanya pengaruh faktor kurikulum terhadap keberhasilan pengembangan
SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari telah memperkuat pernyataan Karsidi 2007:76, bahwa kurikulum akan menentukan kualitas pembelajaran, dan juga
Soedijarto 1997:87 yang mengatakan bahwa mutu hasil pendidikan pada hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa komponen, salah satunya adalah sistem
kurikulum. Hasil penelitian juga sejalan dengan apa yang dikemukakan Palmer 1995, dalam Erekson dan Shumway 2006:28-29, yaitu bahwa kurikulum yang
terintegrasi dapat meningkatkan efektivitas pendidikan. Kurikulum yang terintegrasi di sini dimaksudkan sebagai kurikulum yang tersusun dari gabungan
berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran. Kurikulum pada dasarnya merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dari pengertian kurikulum tersebut, jelas kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan suatu proses pendidikan.
Kurikulum dalam penelitian ini diindikasikan oleh mata pelajaran, proses belajar-mengajar, dan evaluasi yang diterapkan di SPP-SPMA Tanjungsari. Mata
pelajaran terutama menyangkut kesesuaian mata pelajaran dengan pengetahuan dan keterampilan di bidang pertanian kesesuaiannya dengan kompetensi yang
dibutuhkan peserta didik, proses belajar-mengajar berkaitan dengan perencanaan
163 dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, sedangkan evaluasi berhubungan
dengan pengaruhnya terhadap motivasi belajar peserta didik. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mata pelajaran telah
mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, dapat dijelaskan oleh karena mata pelajaran yang diberikan sangat
relevan dengan pencapaian kompetensi di bidang pertanian. Mata pelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari berbentuk Program Diklat, yang memberikan
konsekuensi logis pada penerapannya yaitu tidak terlalu banyak menekankan pengajaran teoritis, tetapi lebih pada pembelajaran praktis. Selanjutnya pada Tabel
7 terlihat sebanyak 68 Program Diklat yang diberikan merupakan Program Produktif yang berkaitan langsung dengan kompetensi bidang pertanian,
sedangkan 32 dapat dikatakan sebagai program penunjang. Penerapan Program Diklat yang sebagian besarnya memiliki relevansi langsung dengan kompetensi
bidang pertanian tersebut jelas akan mampu mendukung pencapaian tujuan penguasaan kompetensi bidang pertanian oleh peserta didik secara efektif.
Kemudian, dengan tercapainya tujuan penguasaan kompetensi bidang pertanian tersebut maka dapat berarti kebutuhan peserta didik pun dapat terpenuhi, sehingga
tentu ini akan mendorong pengembangan motivasi belajar peserta didik. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa mata pelajaran yang diberikan di SPP-SPMA
Tanjungsari mampu mendukung pencapaian tujuan pembelajaran dan peningkatan motivasi belajar peserta didik, sehingga secara nyata dapat memberikan pengaruh
positif terhadap keberhasilan proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari.
164 Adanya pengaruh proses belajar-mengajar yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, menunjukkan bahwa proses belajar-
mengajar yang telah dilaksanakan di SPP-SPMA Tanjungsari telah turut mendukung tercapainya keberhasilan proses pendidikan. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut: -
Perencanaan pembelajaran berkaitan dengan tujuan pembelajaran dan bagaimana mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Berdasarkan temuan di
lapangan dapat diketahui bahwa di awal kegiatan belajar-mengajar, guru terlebih dahulu menyampaikan garis besar silabi materi yang akan
disampaikan beserta tujuan-tujuannya. Rothkopf dan Kaplan 1972, dalam Gagne 1976:291, mengatakan bahwa menginformasikan tujuan belajar
kepada pembelajar, jelas memberikan efek terhadap pencapaian prestasi. Upaya pengembangan motivasi pada proses pengajaran dapat berjalan efektif
jika pembelajar diberi informasi tentang tujuan pembelajaran. Ini dimaksudkan untuk memberikan harapan-harapan pada pembelajar tentang
kemampuan apa yang akan diperoleh dari proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, bahwa penyampaian materi dan tujuan pembelajaran oleh guru di
SPP-SPMA Tanjungsari di awal kegiatan pembelajaran akan dapat mengembangkan motivasi belajar peserta didik, sehingga pada akhirnya akan
memberikan pengaruh terhadap pencapaian keberhasilan pembelajaran. -
Pelaksanaan pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari lebih menekankan pada kegiatan praktik daripada teori, yang ditunjukkan dengan pelaksanaan
165 Program Adaptif yang berbobot 70 praktik dan 30 teori, serta pelaksanaan
Swakarya Wirausaha dan PKU di setiap tingkat. Pada konteks pendidikan orang dewasa, pembelajaran demikian dapat mengembangkan motivasi belajar
pembelajar. Laird 1985:125 mengemukakan ciri-ciri belajar orang dewasa salah satunya yaitu belajar harus dengan berbuat, tidak cukup hanya dengan
mendengarkan dan menyerap. Artinya, belajar harus dengan praktik, dan pada saat ini dilaksanakan maka akan dapat mengembangkan motivasi belajar
pembelajar. Pelaksanaan pembelajaran dengan penekanan pada kegiatan praktik juga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif,
terutama untuk penguasaan keterampilan bidang pertanian oleh peserta didik. Ini dibuktikan bahwa dari hasil temuan di lapangan, diketahui bahwa peserta
didik cenderung memberikan nilai yang lebih baik pada komponen praktik daripada teori. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa
pelaksanaan pembelajaran di SPP-SPMA Tanjungsari dapat mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan secara keseluruhan.
Berkaitan dengan sistem evaluasi yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari, dapat dijelaskan
bahwa salah satu bentuk evaluasi yang diterapkan di SPP-SPMA Tanjungsari adalah Uji Kompetensi yang memungkinkan peserta didik memperoleh Sertifikat
Kompetensi yang dapat digunakan pada saat bekerja. SIL International 1999:1 mengemukakan bahwa salah satu kondisi yang menjadikan pre-service training
perlu dilaksanakan adalah seseorang harus tersertifikasi terlebih dahulu sebelum dapat memulai melaksanakan tugas atau pekerjaan. Dewasa ini telah diketahui
166 bersama bahwa terdapat banyak situasi yang menuntut seseorang harus
tersertifikasi sebelum memulai bekerja. Berkaitan dengan itu, peserta didik yang memperoleh Sertifikat Kompetensi akan menjadi lebih siap untuk bekerja.
Adanya Uji Kompetensi yang memungkinkan peserta didik memperoleh Sertifikat Kompetensi, jelas akan mampu meningkatkan motivasi belajar peserta
didik. Dalam hal ini, peserta didik akan berusaha belajar dengan keras untuk lulus Uji Kompetensi sehingga mereka dapat memperoleh Sertifikat Kompetensi. Efek
positif dari motivasi belajar yang tinggi ini adalah selain peserta didik dapat lulus Uji Kompetensi, juga peserta didik dapat mencapai keberhasilan pendidikan
secara umum. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bagaimana sistem evaluasi di SPP-SPMA Tanjungsari mempengaruhi keberhasilan proses
pendidikannya. Hasil penelitian yang menunjukkan faktor kurikulum berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP- SPMA Tanjungsari, menuntut perlunya peningkatan faktor kurikulum dalam
upaya pencapaian keberhasilan pengembangan SDM pertanian di SPP-SPMA Tanjungsari secara lebih baik. Peningkatan faktor ini dilaksanakan bersama-sama
secara sinergis dengan faktor-faktor lainnya. Langkah awal yang perlu ditempuh dalam upaya peningkatan faktor
kurikulum adalah dengan menerapkan kurikulum yang saat ini digunakan di SPP- SPMA Tanjungsari secara optimal, kemudian mengembangkannya agar menjadi
lebih bermutu. Ini berkaitan dengan hasil penelitian yang dengan jelas
167 menunjukkan kurikulum yang diterapkan saat ini secara nyata telah
mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Pengembangan kurikulum dalam rangka peningkatan faktor kurikulum,
perlu direncanakan dan dirumuskan secara tepat dan efektif, di antaranya penting untuk mempertimbangkan beberapa strategi. Pertama, perlu pengembangan
kurikulum ke arah pemenuhan kebutuhan lokal. Artinya, kurikulum harus dirancang untuk penguasaan kompetensi yang dibutuhkan daerah. Kedua, perlu
pengembangan kurikulum ke arah pemenuhan kebutuhan perkembangan masyarakat dan sektor pertanian. Sebagai contoh, perubahan masyarakat yang
semakin menuntut pemanfaatan biofuel memberikan peluang bagi sektor pertanian untuk mengembangkan teknologi bahan bakar nabati. Dalam hal ini, kurikulum
harus mampu memenuhi tuntutan perkembangan masyarakat dan sektor pertanian tersebut.
Berkaitan dengan Uji Kompetensi, perlu adanya kerjasama dengan seluruh stakeholders
, guna menganalisis kebutuhan kompetensi dan standar yang harus dipenuhi, sehingga Sertifikat Kompetensi yang diperoleh peserta didik mendapat
pengakuan stakeholders secara lebih luas lagi.
d. Pengaruh Faktor Sarana dan Prasarana terhadap Keberhasilan