110 besar responden menilai bahwa kompetensi, kemampuan mengajar, dan
kedisiplinan guru mereka termasuk tinggi. Nilai faktor tenaga kependidikan yang tinggi dapat dijelaskan oleh
keadaan SDM guru di SPP-SPMA Tanjungsari yang sebagian besar, bahkan hampir seluruhnya, telah berpendidikan S1 Tabel 6. Usman 2002, dalam
Karsidi 2007:71, mengatakan bahwa salah satu syarat agar guru dapat melaksanakan tugasnya adalah memiliki tingkat pendidikan yang memadai.
Tingkat pendidikan guru tentu akan berhubungan dengan kompetensinya. Guru dengan pendidikan S1 sangat dimungkinkan telah memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk proses pendidikan di SPP-SPMA Tanjungsari. Selain itu, SPP- SPMA Tanjungsari juga telah berupaya untuk senantiasa meningkatkan kualitas
tenaga guru melalui penyelenggaraan Pendidikan Guru Pertanian secara khusus, sehingga mendukung terwujudnya guru yang memiliki kompetensi, kemampuan
mengajar, dan kedisiplinan sesuai harapan peserta didik.
c. Data Faktor Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Saat ini telah dikembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. KBK merupakan kurikulum dengan pendekatan kompetensi. Dalam hal
ini, kompetensi merupakan indikator yang menunjuk pada perbuatan yang dapat diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek perilaku, serta tahap-tahap
111 pelaksanaannya secara utuh. Berbeda dengan pendekatan lainnya, pendekatan
kompetensi lebih menekankan pada kemampuan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. KBK memfokuskan pada penguasaan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan Mulyasa, 2006:39-
40,69. KTSP merupakan tindak lanjut dari pembaruan KBK. KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan dengan memperhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berlaku. Sebagaimana halnya pada KBK, pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu,
berupa perilaku yang utuh logical sequence dan terpadu integrative, serta dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar Mulyasa, 2007:8-16,
146. SPP-SPMA Tanjungsari menerapkan kurikulum dengan pendekatan
kompetensi Tabel 7. Hal ini dapat dijelaskan dengan proses pembelajaran praktik dengan bobot 70, yang sebelumnya didahului dengan pembelajaran teori
dengan bobot 30. Proses pembelajaran telah dilaksanakan dengan menekankan pada penguasaan kompetensi-kompetensi tertentu di bidang pertanian oleh peserta
didik, berupa pengetahuan dan keterampilan bidang pertanian yang dapat
112 didemonstrasikan peserta didik dengan tahap-tahap pelaksanaan yang utuh dan
terpadu. Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian, diperoleh data faktor
kurikulum variabel X
3
yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13. Kecenderungan nilai faktor kurikulum disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Kecenderungan Nilai Faktor Kurikulum X
3
.
Faktor kurikulum terdiri dari kesesuaian mata pelajaran dengan kompetensi yang dibutuhkan, proses belajar-mengajar, dan evaluasi yang
diterapkan di SPP-SPMA Tanjungsari. Menurut Soedijarto 1997:87, mutu hasil pendidikan pada hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa komponen, salah satunya
adalah sistem kurikulum dengan materi kurikulum yang direncanakan mata pelajaran, proses belajar-mengajar, dan sistem evaluasi.
0.00 1.22
59.76 39.02
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00
X3
FAKTOR KURIKULUM
Sangat Rendah Rendah
Tinggi Sangat Tinggi
113 Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa sebanyak 59,76 responden
memberikan nilai faktor kurikulum yang tinggi dan 39,02 lainnya memberikan nilai faktor kurikulum sangat tinggi Lampiran 13. Rata-rata nilai faktor
kurikulum yaitu sebesar 33,66 Lampiran 13 termasuk dalam kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukkan responden cenderung berpendapat atau menilai bahwa
tingkat kesesuaian mata pelajaran dengan kompetensi yang dibutuhkan, proses belajar-mengajar yang dilaksanakan, dan sistem evaluasi yang diterapkan,
tergolong tinggi. Rata-rata nilai faktor kurikulum yang termasuk kriteria tinggi 33,66,
dimungkinkan disebabkan oleh karena beberapa karakteristik kurikulum di SPP- SPMA Tanjungsari, sebagai berikut:
- Mata pelajaran yang diberikan relevan dengan pencapaian kompetensi di
bidang pertanian Tabel 7. -
Pelaksanaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan praktik daripada teori, sehingga peserta didik dapat menguasai keterampilan bidang pertanian
secara lebih baik. -
Sistem evaluasi yang diterapkan di antaranya adalah Uji Kompetensi yang memungkinkan peserta didik memperoleh Sertifikat Kompetensi yang dapat
digunakan pada saat bekerja. Karakteristik kurikulum tersebut telah memenuhi kebutuhan peserta didik
berupa kompetensi bidang pertanian beserta sertifikasinya. Wlodkowski 1991:58- 62 mengemukakan bahwa pembelajar peserta didik termotivasi untuk belajar,
salah satunya oleh karena adanya kebutuhan. Artinya, kepuasan peserta didik
114 terhadap proses pembelajaran, tercapai pada saat kebutuhan peserta didik dapat
terpenuhi.
d. Data Faktor Sarana dan Prasarana