85
wajah. Tidak ada anjuran memang dari pihak pemilik folklor, namun sebagian mereka memahami bahwa air yang digunakan untuk mencuci
pusaka Penutup Pusar itu adalah air berkah. Menurut penuturan H. Mu’in
memang masyarakat yang hadir mempunyai pandangan yang berbeda- beda, dulu bahkan mereka ada yang sampai meminumnya. Akan tetapi
menurut H. Mu’in hal tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja.
“Ini tergantung pemahaman kita masing-masing, biasanya mereka yang menganggap demikian ini mereka yang selalu menganggap hal ini bid’ah.
Bid’ah kan ada yang baik dan ada yang buruk, tidak semua bid’ah itu sesat dan musyrik. Berikutnya tergantung bagaimana kita menjelaskannya kepada
masyarakat, jangan sampai kita menganut TBC tahayul, bid’ah, churafat.
Kami pun tidak sembarangan mengajak masyarakat, karena kami juga bertanggung jawab akan hal itu
.”
13
Dalam proses analisis peneliti agak sulit membedakan antara kaum tradisionalis dengan kaum modernis. Peneliti banyak menemukan
kejanggalan dalam menganalisis data. Dalam pencucian pusaka Penutup Pusar, banyak kalangan terpelajar yang menurut peneliti anggap sebagai
kaum modernis akan tetapi pada saat perayaan mereka justru melakukan tindakan yang tergolong pada ciri kaum tradisionalis. Artinya ada
kemungkinan adanya folklor ini masih menyisakan adat yang kental dan tertutup, meskipun dari kalangan terpelajar pula.
B. Analisis Folklor Menurut Teori Andi Faisal Bakti Teori Dua Puluh
Setelah peneliti melakukan analisis komunikasi antarbudaya di atas, peneliti akan melakukan analisis data dengan teori yang dikemukakan oleh
Andi Faisal Bakti melalui teori Komunikasi Antarbudaya KAB yang berjumlah dua puluh.
13
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mu’in. Tangerang Selatan, 23 Juni 2013.
86
Dari penjelasan di atas, kemudian peneliti menggunakan beberapa teori dari hasil temuan di lapangan. Dari dua puluh teori hanya digunakan beberapa
teori saja. Pertama, Etre pense par sa culture, lawan dari teori ini adalah Penser sa culture
. Kedua, Heriter la culture, lawan dari teori ini adalah Acquerir la culture
. Ketiga, Adoration of scriptures, lawan dari teori ini adalah Interpretation of scriptures. Keempat, adalah teori Gemeinschaft,
lawan teori ini adalah Gesellschaft. Kelima, terakhir, Vernacular language,
lawan dari teori ini adalah Vehicular language.
14
Lima teori inilah temuan peneliti di lapangan yang akan peneliti analisis.
1. Etre pense par sa culture
Etre pense par sa culture adalah pemikiran Komunikasi Antarbudaya KAB yang menjelaskan keadaan suatu kelompok,
golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang
dikendalikan atau dikontrol oleh budaya masa lalu nya. Lawan dari teori ini adalah Penser sa culture. Dalam Islam teori ini sejalan dengan Al-
muhafadzotu ‘ala Al-Qadim Al-Sholih wa Al-Akhdzu bi Al-Jadid Al-Aslah. Pada kategori teori ini ada beberapa data yang menjadi bukti atau
sebagai penguat teori. Adapun beberapa temuan yang menjadi bukti bahwa folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” termasuk dalam kategori teori
ini antara lain:
14
Lihat Bab II pada tabel 2.2.
87
a. Ketetapan tanggal perayaan Tanggal 14 Rabiul Awal
Diadakannya folklor “Haul Cuci Puska Keramat Tajug” setiap tanggal 14 bulan Rabiul Awal tidak lepas dari perjanjian tiga kerajaan,
yakni Banten, Cirebon, dan Cilenggang sendiri. Penuturan H. Mu’in dalam kesempatan wawancara, bahwa tanggal 15 cuci pusaka di
Banten, sedangkan di Cirebon tanggal 16. Jadi tiga serangkai ini sudah keliling bergantian. Dan dan mereka juga meyakini bahawa
pelaksanaan cuci pusaka ini tidak boleh ada yang saling mendahului, harus sesuai dengan jadwal.
b. Disakralkannya Pusaka Penutup Pusar
Benda Penutup Pusar inilah yang menurut peneliti sangat disakralkan. Terbukti pada beberapa data di lapangan, seperti adanya
prosesi khusus untuk pencucian. Meskipun beberapa keterangan dari hasil wawancara menunjukkan bahwa Penutup Pusar hanyalah
Penutup Pusar biasa. Seperti keterangan Tubagus Tubagus Muhammad Aris.
“Penutup Pusar itu kan peninggalan ayahandanya. Sedangkan pusaka-pusaka yang lain bukan peninggalan ayahnya. Itu saja mungkin
perbedaannya. Zaman dulu, terutama anak raja itu pasti ada Penutup Pusarnya, ada yang dari emas, ada yang dari tembaga tergantung orang
tuanya. Kalau kita dulu pakai gobangan kan duit logam sekarang saja yang enggak ada. Nah gobangan itu diikat pake kain bahan terus diikat ke
pinggang agar dapat menutupi pusar. Supaya apa? Ya supaya jangan dosol pusar yang menonjol.
”
15
Keterangan dari Tubagus Tubagus Muhammad Aris memang seolah-seolah menunjukkan bahwa Penutup Pusar tidak ada bedanya
dengan pusaka yang lain, akan tetapi pada peraktiknya Penutup Pusar sangat disakralkan
15
Wawancara Pribadi dengan Tubagus Muhammad Aris. Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.