103
Gambar 4.17. Tempat pembakaran kemenyan pada saat prosesi pembakaran kemenyan
zaman dahulu
2. Munculnya Kesamarataan Budaya
Dalam perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” terdapat juga kesamarataan budaya. Hal ini peneliti temukan dalam beberapa kegiatan,
antara lain:
a. Kesamarataan Budaya dalam Pawai Obor
Pawai ini dilakukan dari depan Masjid Al-Ikhlas Cilenggang menuju ke makam Keramat Tajug. Jarak dari Masjid Al-Ikhlas kurang
lebih satu kilo meter. Pawai dilakukan stelah shalat Magrib menjelang Isya dan diiringi dengan kesenian musik rebana. Musik rebana yaitu
sejenis alat musik yang berbentuk bulat. Dalam konteks folklore, kegiatan ini tidak ada sangkut paut dengan sejarah peninggalan
Tubagus Atief. Kegiatan ini dilaksanakan hasil dari kesepakatan keluarga besar saja.
104
Gambar 4.18. Masyarakat Saat Pawai Obor Diiringi Musik Rebana
Dalam kegiatan pawai obor ini terjadi kesamarataan budaya. Mereka dipersatukan dalam kesamaan alunan selawat Nabi di
sepanjang jalan. Meneriakkan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Menyanyikan selawat dengan serentak mengikuti alunan rebana
dan penuh keceriaan.
b. Kesamarataan Budaya dalam Pembacaan Tahlil
Tahlil adalah kumpulan doa yang biasanya dilakukan oleh sebagian orang dalam rangka mendoakan arwah sanak saudara yang sudah
meninggal. Biasanya dilakukan oleh sekelompok orang dalam rangka tasyakkuran atau acara-acara keluarga dan acara selamatan. Selamatan
adalah serangkaian doa yang dibaca untuk meminta selamat.
25
25
Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, h. 1017.
105
Gambar 4.19. H. Tubagus Imamudin saat memimpin pembacaarn tahlil
Biasany a doa yang dibaca adalah doa tahlil. Dalam acara “Haul
Cuci Pusaka Keramat Tajug” pembacaan tahlil dipimpin oleh Bapak H. Imamudin.
c. Kesamarataan Budaya dalam Pencucian Pusaka Penutup Pusar
Dalam pencucian pusaka Penutup Pusar ini dipimpin oleh Bapak H. Tubagus Imamudin. Tokoh agama yang juga sebagai sesepuh dari
keluarga Tubagus Atief. Pada pelaksanaan cuci pusaka ini diikuti oleh masyarakat yang hadir jama’ah. Menariknya, dalam pencucian
pusaka Penutup Pusar ini ada tujuan khusus yang memang dimaksudkan sebagai sarana dakwah. Semacam pengukuhan
keyakinan bagi masyarakat yang hadir pada acara “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug.
” Pencucian dimulai dari H. Tubagus Imamudin kemudian diikuti
oleh seluruh jama’ah yang hadir. Pada saat mencuci seluruh jamaah mengikuti alunan bacaan kalimat Lailahaillah yang dibaca berulang-
ulang dan secara bersamaan. Menurut pendapat H. Mu’in selaku ketua