Andi Faisal Bakti Teori Komunikasi Antarbudaya Joseph A. Devito dan Andi Faisal

Sekuler dan Islam Religius Kaku dan fanatik, tidak toleran dan kaku dapat dipercaya, penuh pemahaman, persuasive, membebaskan diri dari hal tersebut melalui kerja keras strategi komunikasi ini adalah Muslim modernis agar menciptakan forum diskusi atau pembelajaran baik melalui pidato dan tulisan membaca Modern dan Tradisionalis Tidak toleran, fanatik, ketat, malas, apatis, mengindoktrinasi, ketat, penuh curiga, ortodoks Ada sifat toleransi, komunikasi, akomodasi, Strategi komunikasi pada bagian ini adalah kaum modernis membentuk forum diskusi baik melalui pidato atau melalui tulisan atau membaca Laki-laki dan Perempuan Laki-laki, sama dengan penjelasan Joseph A. Devito Perempuan, sama dengan penjelasan Joseph A. Devito Sumber: Andi Faisal Bakti: Human Factor Dtudies 2000 40 Bagan 2.1. di atas adalah gambaran konflik yang terjadi di Indoesia dari kaca mata komunikasi antarbudaya. Di mana kelompok mayoritas sebagai peran atau kelompok yang dapat memunculkan konflik. Pada teori Joseph A. Devito jenis-jenis komunikasi antarbudaya yang berjumlah delapan dan Andi Faisal Bakti jenis komunikasi antarbudaya yang berjumlah tujuh terdapat persamaan pengertian. 40 Andi Faisal Bakti, “Review of Human Factor Studies: Major Conflict in Indonesia: How can Communication Contribute to a Solution? ” Sandiego. Jurnal: Internatioal Institute for Human Factor: Vol 6, No. 2 Development, 2000: h. 33-56. Berikut penjelasannya melalui bagan. NO Andi Faisal Bakti Joseph A. Devito 1 Jawa dan non-Jawa  Komunikasi Antarbudaya Peradaban  Antara Kelompok Etnis yang Berbeda  Subkultur dengan Kultur Dominan 2 Militer dan Sipil Antara Subkultur yang Berbeda 3 Laki-laki dan Perempuan Jenis Kelamin yang Berbeda 4 Muslim dan non-Muslim Kelompok Agama yang Berbeda Tabel 2.2. persamaan teori Joseph A. Devito dengan Andi Faisal Bakti Setelah upaya peneliti menjelasankan beberapa pengertian teori Joseph A. Devito dan teori tujuh dari Andi Faisal Bakti, peneliti akan mencoba memberikan penjelasan teori dua puluh dari Andi Faisal Bakti. Untuk mempermudah pemahaman berikut peneliti jelaskan dalam bentuk tabel. Dalam teori dua puluh ini masing-masing mempunyai pasangan. Pasangan tersebut adalah sebagai lawan dari masing-masing teori. Teori dua puluh ini menunjukkan keadaan budaya kolektif yang masih kaku konservatif dan lawannya yaitu keadaan budaya yang sudah elastis, dapat mengadopsi budaya lain di luar budadaya sendiri transformatif. Teori ini menggambarkan keadaan peradaban timur dan barat. Lalu, dalam teori dua puluh ini dimunculkan pula solusi yang ditawarkan oleh Islam atas dua corak komunikasi antarbudaya yang tergambar dari teori duapuluh.                                                        Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang- orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar imannya; dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. Al-Baqarah 177. 41 Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 dijelaskan bahwa bukanlah kiblat kita itu timur atau barat secara peradaban. Akan tetapi, inilah Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin, pembawa rahmat bagi seluruh alam yang mempunyai corak budaya sendiri. 41 Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, h. 43. Table 2.3. teori dua puluh konservatif dan transformatif No Kaum Konservatif Kaum Transformatif Solusi Dalam Islam 1. Etre pense par sa culture: Suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang dikendalikan atau dikontrol oleh budayanya masa lalu. Penser sa culture: Suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang berupaya untuk mengubah budayanya. Baik itu yang sekarang maupun masa depan. Hal ini sangat berkaitan dengan budaya lain yang dikembangkan untuk masa depan. Al-Muhafadzotu ‘ala Al-Qadim Al-Sholih wa Al- Akhdzu bi Al- Jadidi Al-Aslah. 2. Heriter la culture: Suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang mewarisi budayanya dari masa lalu dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Acquerir la culture: Suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang berupaya untuk mendapatkan kultur-kultur yang baru dan berbeda dari warisan keluarga dan budayanya. Dengan kata lain lebih produktif dalam mendapatkan kultur yang baru. Al-Muhafadzotu ‘ala Al-Qadim Al-Shalih wa Al- Akhdzu bi Al- Jadidi Al-Aslah. 3. Submission: Sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang hanya tunduk kepada budayanya sendiri dan tidak terpengaruh dengan ajaran lain yang bertentangan dengan budayanya sendiri. EgalitarianEmancipation: Sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang mengikuti aturan-aturan lain dan bersikap egaliter atau tidak tunduk serta ingin bebas dari cengkraman yang sudah ada. Al-Islam 4. Adoration of scriptures: Sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang sangat mencintai atau menyukai teks agamanya kitab sucinya. Interpretation of scriptures Sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang memaknai atau memahami teks kitab suci yang menjadi pegangannya. Al-Ijtihad. 5. Textualist: Sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang percaya teks sebagai suatu kebenaran. Dengan kata lain teks yang berkata-kata atau berbicara. Contextualist: Sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang percaya kepada konteks dan pemahamannya tidak secara harfiah. Al-Tafsir. 6. Gemeinschaft: Sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang ingin membangun kelompoknya berdasarkan komunitasnya. Gesellschaft: Sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang ingin membangun kelompoknya berdasarkan societas. Al-Ummah. 7. Reproduction: Sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang memproduksi budaya dan keluarganya. Creation and trust in foreigners: Sekelompok masyarakat, agama dan budaya, yang tidak harus memproduksi generasi yang sama. Akan tetapi dari budaya yang sama dan memiliki kreasi dengan keadaan sekarang. Al-Amanah. 8. Fundamentalism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai- nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang berdasarkan pada pondasi utama ajaran agama, bangsa, negara, dan masyarakat tertentu. Dengan kata lain dianggap sebagai kekuatan yang absolut. Fundamentalism berasal dari Protestan yang anti teknologi dan sains. RationalismSecularization: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang berdasarkan rasionalisme atau akal bukan pada kitab dan lebih mementingkan dunia. Al-Ihsan 9. Geograpical immobility: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang tidak mau pindah-pindah dan lebih mengutamakan menetap di suatu tempat. Geograpical mobility: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai- nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang lebih mengutamakan berpindah- pindah. Al-Hijrah 10. Je me souviense: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai- Deracinement: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai- Al- Muhadharah. nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang cenderung mengingat masa lalunya yang harus dipertahankan. Dan ini lebih mengarah kepada hal-hal yang negatif. nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang tercabut dari akar- akarnya. Artinya meninggalkan masa lalu untuk menatap masa depan yang lebih baik dan lebih pasti. 11. Paganism Idol worshipping: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang melakukan penyembahan kepada yang selain Tuhan. Baik itu terhadap sesajen, jimat, dukun atau membaca ayat-ayat tertentu untuk tujuan tertentu. Monotheism Idol destructionHumanism God created by humans: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai- nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang percaya kepada Tuhan yang satu. Al-Tauhid 12. ImpositionHoly warProselytism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai- nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang cenderung memaksakan agama dengan cara-cara berupa bujukan, rayuan, paksaan, tekanan, intimidasi atau dengan cara melalui perang suci. Negotiation: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang mengutamakan sama rata dan sama rasa. Al-Musyawarah 13. NationalismTribalism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang sangat menekankan nasionalisme atau kesukuanfanatik. UniversalismInternationalism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang sangat mengutamakan universal. Dalam arti tanpa sekat-sekat. Al- Ta’aruf 14. OrthodoxyTraditionalism: Pemikiran KAAB yang terdiri ProtestanismModernism: Pemikiran KAAB yang terdiri Al- Ta’aruf atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang ingin memertahankan budaya tradisional yang ada dan masih bersifat ortodoks. atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang mengikuti perkembangan secara modern dan lebih maju. 15. Sectarian communitarianism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang patuh hanya kepada golongankomunitasnya saja. Global communitarianism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang lebih terbuka tetapi hanya kepada agamanya saja. Al-Qaum 16. CultLangCompetence Inheritence: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang berdasarkan kemampuan berbahasa budaya yang didapat atau diperoleh atau diwariskan dari masa lalu. CultLangCompetence aquisition: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang memiliki penguasaan bahasa melalui proses pembelajaran. Al- Ta’lim 17. DepedencyEgoism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai- nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang cenderung kepada orangbangsa yang mampu dan egois akan tetapi sangat bergantung kepada yang lain. InterdepedencySolidarity: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang mengutamakan saling tolong menolong dan bantu-membantu. Al- Ta’awun 18. Exclusivism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang menolak orang lain untuk masuk ke dalam kelompoknya. Inclusivism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang bersedia menerima orang lain Al-Washatiyah 19. Vernacular language: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai- nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang cenderung belajar bahasa sendirilokal. Vehicular language: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai- nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang belajar bahasa pengetahuanbahasa lain. Al-lisan 20. Parochialism: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang menyampaikan ajaran secara kaku. Flexibility: Pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang menyampaikan ajaran secara elastislentur. Al-Tasamuh Sumber: Andi Faisal Bakti Jakarta: INIS, 2004. 42 Bagan 2.2. di atas menjelaskan tentang karakteristik budaya. Teori ini menerangkan tentang macam-macam budaya dengan beberapa ketentuan dan pengelompokannya. Teori tersebut berjumlah duapuluh. Dari dua puluh teori itu kemudian dibagi dua, yaitu teori kelompok kanan dan teori kelompok kiri. Yang dimaksud kelompok kanan adalah teori komunikasi antarbudaya yang menjelaskan tentang jenis budaya yang sudah longgar. Budaya tersebut sudah mengedepankan kebutuhan zaman dari pada harus terkungkung dengan bawaan atau peninggalan kuno yang belum tentu ideal pada zaman sekarang. Sedangkan yang dimaksud teori kiri adalah teori yang menjelaskan tentang budaya yang masih kaku. Budaya tersebut kental dan cendrung menganggap hal yang baru tidak baik. Teori kanan sebagai penolakan dari teori kiri. 43 42 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, h. 128. 43 Catatan perkuliahan pada mata kuliah Komunikasi Antarbudaya dan Agama KAAB dengan Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, 14 Oktober 2011.

C. Memaknai Folklor

1. Pengertian Folklor

Secara bahasa folklor berasal dari dua kata. Kata folklor berasal dari folk dan lore dalam bahasa Inggris. Folk dapat diartikan dengan rakyat, dan bangsa. 44 Menurut James Dananjaya Folk berarti ciri-ciri pengenal yang ada pada sekelompok orang, sehingga ciri-ciri pengenal tersebut menjadi pembeda dengan kelompok lain. Ciri-ciri pengenal itu ada pada setiap sisi kehidupan kelompok tersebut, misalnya bentuk fisik, gaya hidup bersosial, terlebih lagi dalam kebudayaan. 45 Sedangkan lore berarti adat dan pengetahuan. 46 Dalam pengertian yang lebih luas lore diartikan sebagai bentuk tradisi dari kata folk. Tradisi tersebut menjadi semacam adat yang menggejala dan terus akan dipertahankan dalam kurun waktu yang cukup lama. Pada prosesnya, tradisi yang diturunkan biasanya melalui proses tradisional. Tradisi tersebut diturunkan melalui pranata sosial, misalnya, gerak tradisional rakyat, musik rakyat, kesenian rakyat, arsitektur rakyat, kepercayaan atau keyakinan, permainan rakyat, teater rakyat, nyanyian tradisional, legenda dan dongeng, teka-teki, ungkapan tradisional, bahasa rakyat dan sebagainya. 47 44 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia Amerika: Cornell University Press, 1975; reprint, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, h. 250. 45 James Danandjaya, Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007, h. 1-3. 46 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia,h. 366. 47 S etya Yuwana Sudikan, “Ragam Metode Pengumpulan Data: Mengulas Kembali Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Analisis Folklore, ” dalam Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: Karisma Putra Utama, 2004, h. 71. Supanto dan kawan-kawan mendefinisikan bahwa folklor adalah bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar secara lisan yang penyampaiannya melalui pewarisan secara tradisional bagi masyarakat pendukungnya dan disampaikan secara turun temurun. 48 Dari pengertian di atas dapat didefinisiskan bahawa folklor adalah budaya tradisional yang dianut oleh sekelompok orang di mana budaya tersebut merupakan hasil peninggalan nenek moyang yang telah diwariskan secara turun temurun dalam kurun waktu yang cukup lama dengan cara tradisional pula.

2. Folklor Haul Cuci Pusaka

Secara bahasa Haul bermakna peringatan kematian yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Sedangkan kata cuci dalam KBBI pemaknaannya selalu digandengkan dengan kata lain. Misalnya, cuci darah bermakna kegiatan mencuci darah dengan teknik tertentu. Cuci muka adalah kegiatan membersihkan muka dengan cara membasuhnya dengan air. Cuci otak adalah sebuah peroses penghilangan pendapat dari otak seseorang bahkan proses penghilangan keyakinan untuk kemudian diisi dengan kekuatan argumen yang baru melalui pemaksaan pada jiwa dan fisik. Cuci perut adalah membersihkan perut dengan memakan obat pencahar, dan masih banyak contoh yang diberikan dalam KBBI. 49 Sedangkan arti dari pusaka adalah pertama harta benda peninggalan orang yang telah meninggal yaitu warisan yang ditinggalkan keapada 48 Supanto dkk, Risalah; Sejarah dan Budaya Seri Folklor Yogyakarta: Balai Penelitian Sejarah dan Budaya, 1981-1982, h. 48. 49 Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,h. 67. anaknya yang hanya berupa sawah lima petak. Kedua benda yang diturunkan dari nenek moyang biasanya berupa keris. 50 Jadi Haul Cuci Pusaka adalah selamatan tahunan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memperingati hari wafatnya seseorang yang dilakukan setiap satu tahun sekali dan pada saat yang bersamaan pula dilakukan pencucian pusaka peninggalan orang yang telah meniggal tersebut. Kegiatan Haul Cuci Pusaka merupakan bagian dari keragaman budaya Indonesia. Kegiatan tersebut dapat disebut juga dengan upacara tradisional. Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam acara ini sangat kental dengan unsur kepercayaan dan nilai. Mempunyai identitas tersendiri, seperti keunikan bahasa atau cara berkomunikasi, pakaian dan penampilan dalam keseharian, makanan yang disajikan pada saat perayaan dan termasuk cara mereka memakannya, waktu yang ditentukan untuk melaksanakan perayaan, penghargaan dan pengakuan dari pihak lain, hubungan-hubungan, nilai dan norma, rasa diri dan ruang, proses mental da belajar, kepercayaan dan sikap. 51 Dalam upacara tradisi juga terdapat kandungan makna dari setiap tindak tanduk perayaan tersebut. Begitu juga dalam Haul Cuci Pusaka ini. Hal ini disebabkan karena setiap tradisi pasti menyisakan sebuah 50 Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,h.910. 51 Philiph R. Harris dan Robert T. Moran, “Memahami Perbedaan-perbedaan Budaya,” dalam Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, h. 58-62.