Kesamarataan Budaya dalam Pawai Obor

105 Gambar 4.19. H. Tubagus Imamudin saat memimpin pembacaarn tahlil Biasany a doa yang dibaca adalah doa tahlil. Dalam acara “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” pembacaan tahlil dipimpin oleh Bapak H. Imamudin.

c. Kesamarataan Budaya dalam Pencucian Pusaka Penutup Pusar

Dalam pencucian pusaka Penutup Pusar ini dipimpin oleh Bapak H. Tubagus Imamudin. Tokoh agama yang juga sebagai sesepuh dari keluarga Tubagus Atief. Pada pelaksanaan cuci pusaka ini diikuti oleh masyarakat yang hadir jama’ah. Menariknya, dalam pencucian pusaka Penutup Pusar ini ada tujuan khusus yang memang dimaksudkan sebagai sarana dakwah. Semacam pengukuhan keyakinan bagi masyarakat yang hadir pada acara “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug. ” Pencucian dimulai dari H. Tubagus Imamudin kemudian diikuti oleh seluruh jama’ah yang hadir. Pada saat mencuci seluruh jamaah mengikuti alunan bacaan kalimat Lailahaillah yang dibaca berulang- ulang dan secara bersamaan. Menurut pendapat H. Mu’in selaku ketua 106 Paguyuban Keluarga Besar Tubagus Atief mengatakan hal itu semata- mata untuk menguatkan keyakinan kepada Allah, menambah semangat keyakinan kepada Allah. Benda itu hanya sabagai simbol saja, bukan berarti ada maksud mengutamakan benda dari apa yang telah dilaksanakan pada pencucian Penutup Pusar itu. Gambar 4.20. H. Tubagus Imamudin Memulai Mencuci Pusaka Penutup Pusar Memang agaknya butuh pembahasan yang sangat mendalam mengenai hal ini, namun bagi peneliti hal ini tak ubahnya orang berdzikir menggunakan tasbih sebagai alat penghitung dan pengingat. Tasbih selama digunakan sebagai alat menghitung jumlah bacaan yang kita baca sekaligus mengingatkan kita saat kita lalai atas dzikir yang biasa kita baca itu hal yang wajar dan hal yang dibolehkan dalam kacamata syariat. Tapi jika kemudian muncul keyakinan lain dari tasbih itu atau dari benda lain maka itu lah yang tidak dibolehkan. Memang secara logika sepertinya tidak masuk akal namun kembali lagi pada penafsiran masing-masing mereka.