111
mengundang tokoh agama dari luar pemilik folklor yang dapat menetralisir kekentalan budaya yang ada dalam folklor tersebut.
Inilah analisis peneliti mengenai bentuk komunikasi antar budaya yang terdapat dalam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” Dari
hasil temuan dan analisis ini akan disimpulkan pada bab berikutnya.
112
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan peneliti di bab sebelumnya, dijelaskan bahwa komunikasi antarbudaya yang terjadi pada folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat
Tajug” dilakukan dua tahap, yakni tahap pertama dan tahap kedua. Tahap pertama yaitu analisis terhadap jenis-jenis Komunikasi Antarbudaya KAB dengan
menggunakan teori Joseph A. Devito dan Andi Faisal Bakti. Sedangkan tahap kedua yaitu analisis pada kategori folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”
dalam ranah KAB. Pada tahap pertama dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis KAB yang dapat
ditemukan pada acara folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi antara etnis yang berbeda.
Komunikasi antara etnis yang berbeda terjadi pada keturunan keluarga Tubagus Atief dengan masyarakat keturunan orang biasa di luar
keluarga Tubagus Atief
.
Komunikasi antara etnis yang berbeda ini juga tampak jelas dari perbedaan bahasa dari masing-masing budaya.
2. Komunikasi antara Sub Kultur yang Berbeda
Komunikasi antara subkultur ini terjadi antara kelompok pedagang dengan kelompok orang pekerja bangunan, dan orang orang yang bekerja di
pemerintahan daerah dengan masyarakat biasa. Model komunikasi antara
subkultur yang berbeda ini terjadi pula antara kelompok pejabat pemerintah
113
daerah dengan masyarakat biasa. Seperti Lurah dan Camat dengan masyarakat yang hadir.
3. Komunikasi Antara Subkultur dengan Kultur yang Dominnan
Komunikasi antara subkultur yang berbeda ini terjadi pada kelompok pemilik budaya yang mendominan dengan kelompok orang yang
dari luar pemilik budaya
.
Selain itu juga terjadi pada orang dewasa dengan anak-anak.
4. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda
Komunikasi jenis ini terjadi antara kaum laki-laki dengan perempuan. Yakni terbukti dengan munculnya maskulinisasi.
5. Komunikasi Antara Kaum Tradisionalis dengan Kaum Modernis
Komunikasi Antara Kaum Tradisionalis dengan Kaum Modernis ini terjadi antara kelompok yang berpendidikan tinggi dengan pendidikan
rendah. 6.
Komunikasi antara laki-laki dan perempuan Komunikasi antara laki-laki dan perempuan yang dimaksudkan di
sini sama dengan poin nomer empat di atas. Inilah enam jenis-jenis komunikasi antarbudaya yang telah peneliti
analisis menggunakan teori Joseph A. Devito dan Andi Faisal Bakti. Kemudian pada tahap kedua peneliti menggunakan teori Andi Faisal Bakti.
Yaitu teori duapuluh konservatif dan transformatif. Berikut kesimpulan dari hasil analisis tersebut:
114
1. Etre pense par sa culture
Etre pense par sa culture adalah pemikiran Komunikasi Antarbudaya KAB yang menjelaskan keadaan suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya
terdiri atas nilai-nilai, persepsi adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang dikendalikan atau dikontrol oleh
budaya masa lalu nya. Lawan dari teori ini adalah Penser sa culture. Dalam Islam teori ini sejalan dengan Al-
muhafadzotu ‘ala Al-Qadim Al-Sholih wa Al-Akhdzu bi Al-Jadid Al-Aslah.
Ada beberapa bukti dari kategori folklor ini dalam ranah komunikasi antarbudaya. Yaitu:
a. Ketetapan tanggal perayaan Tanggal 14 Rabiul Awal.
b. Disakralkannya Pusaka Penutup Pusar.
c. Makanan Khas.
d. Kembang Tujuh Rupa.
2. Heriter la culture
Heriter la culture adalah suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi,
kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang mewarisi budayanya dari masa lalu dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang. Lawan dari teori ini
adalah Acquerir la culture yang bermakna suatu kelompok, golongan, agama, dan budaya terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi,
kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang berupaya untuk mendapatkan kultur- kultur yang baru dan berbeda dari warisan keluarga dan budayanya. Dengan kata
lain lebih produktif dalam mendapatkan kultur yang baru. Dalam Islam, kedua