116
4. Gemeinschaft
Gemeinschaft adalah sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang ingin membangun kelompoknya berdasarkan komunitasnya. Lawan dari teori ini
adalah Gesellschaft. Yaitu sekelompok masyarakat, agama, dan budaya yang ingin membangun kelompoknya berdasarkan societas. Kedua teori ini dalam
Islam sejalan dengan Al-Ummah. Adapun data yang menjadi penguat dari kategori ini adalah adanya
anggapan lebih terhormatnya keluarga keturunan Tubagus Atief dibanding dengan masyarakat biasa. Selain dari itu keluarga besar keturunan Tubagus Atief juga
membuat paguyuban Tubagus Atief. Ini dimaksudkan untuk mewadahi perkumpulan keluarga besar Tubagus Atief. Selain dari hal itu, sebagian besar dari
keturunan keluarga besar Tubagus Atief banyak yang menjabat di pemerintahan daerah, sehingga kecendrungan akan kepentingan kelompok sesekali dapat
muncul.
5. Vernacular language
Vernacular language adalah pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi, adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan
perasaan yang cenderung belajar bahasa sendirilokal. Lawan dari teori ini adalah Vehicular language adalah pemikiran KAAB yang terdiri atas nilai-nilai, persepsi,
adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kreasi, kepercayaan, pola pikir, dan perasaan yang belajar bahasa pengetahuanbahasa lain. Dalam Isalam teori ini sejalan dengan
istilah Al-Lisan. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya bahasa Sunda dalam hampir
setiap mata acara. Terutama dalam penyampaian kisah perjuangan Tubagus Atief.
117
B. Saran
Seteleh peneliti memberikan kesimpulan dari apa yang sudah peneliti analisis di bab sebelumnya, peneliti kemudian ingin memberikan saran sebagai berikut:
1. Melestarikan budaya semacam folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”
ini menjadi tugas semua lapisan masyarakat. Lebih erat dalam melakukan koordinasi dengan masyarakat, agar masyarakat lebih banyak lagi terlibat
dalam acara perayaan pelestarian budaya ini. 2.
Melibatkan lapisan msyarakat dalam perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” agar tercipta koordinasi yang pas. Dengan demikian akan
muncul juga rasa kepemilikan masyarakat setempat terhadap folklor. Pemilik folklor pun pihak Keramat Tajug agar lebih transformatif atas
nilai-nilai baru yang dinilai dapat menambah kekayaan budaya. 3.
Adanya evaluasi atas hasil tranformasi antara nilai-nilai yang ingin ditanamkan dengan hasil yang ditangkap oleh masyarakat. Hal ini
dimaksudkan agar hal yang kurang ada manfaatnya sebaiknya dihilangkan saja. Dan perlu adanya pengawasan dari pihak luar baik dari akademisi atau
ulama tokoh agama setempat agar terjadi stabilitas antara budaya yang perlu dimaknai dan lestarikan dengan budaya yang tidak perlu dilestarikan
yang menyimpang dengan ajaran agama. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peneliti dan
untuk kita semua khususnya bagi para pemula yang ingin meneliti tentang komunikasi antarbudaya. Peneliti berharap pula dengan skripsi ini peneliti ikut
serta dalam melestarikan budaya Indonesia yang sangat beragam dan sangat berharga ini.