16
11. Paganism idol woeshipping lawannya adalah Monoteism idol
destructionHumanism God created by humans 12.
Imposition Holy war Proseliytism lawannya adalah Negotiation 13.
Nationalism Tirbalism lawannya adalah universalism internationalism 14.
Orthodoxy Traditionalism lawannya adalah Protestantism Modernism 15.
Sectaria communitarianism lawannya adalah Global communitarianism 16.
Cul.Lang.CompetenceInheritence lawannya adalah Cul.Lang.Competence acquisition
17. DependencyEgoism lawannya adalah InterdepencySolidarty
18. Exclusivism lawannya adalah Inclusifsm
19. Vernacular language lawannya adalah Vahicular language
20. Parochialism lawannya adalah Flexibility
25
Dari dua puluh teori yang ada, peneliti akan melakukan analisis dengan keadaan masyarakat
pada acara folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” Cilenggang Serpong Tangerang Selatan.
Adapaun gambaran teori tersebut sebagai berikut:
25
Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program Jakarta: INIS, 2004, h. 128.
17
Bagan 1.1. Bagan 1.1. Bingkai Teoritis
Sumber: Joseph A. Devito 1997 dan Andi Faisal Bakti 2004 dan 2010.
26 26
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia. Penerjemah Agus Maulana Jakarta: Profesional Books, 1997, h. 480-481. Dan Andi Faisal Bakti, Communication and Family
Planning in Islam in Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program Jakarta: INIS, 2004, h. 128.
MASYARAKAT SUNDA, BETAWI, JAWA PADA PERAYAAN FOLKLOR “HAUL CUCI PUSAKA
KERAMAT TAJUG” CILENGGANG SERPONG TANGERANG SELATAN
6. Komunikasi antara jenis kelamin yang
berbeda
5. Komunikasi antara subkultur
dengan kultur dominan
1. Komunikasi antara kelompok
etnis yang berbeda
2. Komunikasi antara subkultur
yang berbeda
JOSEPH A.
DEVITO 1997
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
KAB
4. Komunikasi antara tradisionalis dengan
modernis 3. Komunikasi antara
lelaki dengan perempuan
ANDI FAISAL BAKTI 2010
ANDI FAISAL BAKTI 2004
FOLKLOR “HAUL CUCI PUSAKA KRAMAT TAJUG”
KELURAHAN CILENGGANG SERPONG
4. Geminschaft Vs Gesellschaft
5. Vernacular language Vs
Vahicular language 3. Adoration of scriptures
Vs Interpretation of scriptures
1. Etre pense par sa culture Vs Penser sa
culture 2. Heriter la culture
Vs Acquerir la culture
18
Dari bagan teori 1.1. di atas dapat dijelaskan bahwa peneliti akan menganalisis bentuk komunikasi antarbudaya yang terjadi di kelurahan
Cilenggang Serpong Tangerang Selatan melalui folklor “Haul Cuci Pusaka
Keramat Tajug. ” Peneliti akan mengklasifikasikan jenis-jenis komunikasi
antarbudaya terlebih dahulu. Setelah menemukan jenis-jenis komunikasi antarbudaya yang terjadi pada masyarakat yang terlibat pada perayaan
folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” di kelurahan Cilenggang
Serpong Tangerang Selatan, peneliti kemudian akan menganalisisnya dengan teori Andi Faisal Bakti, yakni teori dua puluh. Pada penelitian tahap
ini peneliti berfokus pada folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug.”
Dalam tahap analisis jenis-jenis budaya yang ada, peneliti menggabungkan teori Joseph A. Devito dengan teori Andi Faisal Bakti.
27
Dari delapan teori menurut Joseph A. Devito peneliti menemukan empat jenis saja. Sedangkan pada teori Andi Faisal Bakti, dari tujuh jenis
komunikasi antarbudaya, peneliti hanya melihat ada dua temuan saja di lapangan.
28
Pada bagan 1.1, peneliti menggabungkan antara teori Joseph A. Devito dengan Andi Faisal Bakti dengan garis hitam. Garis hitam pada
bagan merupakan penghubung antara kedua teori tersebut. Untuk mempermudah, peneliti membedakan warna antara kedua teori tersebut.
Pada teori Joseph A. Devito berwana biru muda. Sedangkan pada teori Andi Faisal Bakti berwarna merah kecoklat-coklatan. Sedangkan warna
biru muda peneliti buat untuk menyamakan antara penggabungan teori.
27
Lihat bagan 1.1. h. 17
28
Lihat bagan 1.1. h. 17
19
Antara kedua teori Joseph A. Devito dan teori Andi Faisal Bakti teori delapan dan teori tujuh peneliti melihat ada satu teori yang sama yaitu
pada komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda. Andi Faisal Bakti menyebutnya komunikasi antara laki-laki dan perempuan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan etnografi dengan terjun langsung ke
lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor menyebutkan bahwa pendekatan dengan deskriptif kualitatif ini dengan perolehan data yang berupa kata-
kata yang tertulis atau secara lisan dari mulut ke mulut dan prilaku yang bisa diamati.
29
Sedangkan etnografi adalah metode yang biasa digunakan oleh seorang peneliti dalam usaha pendekatannya terhadap folklor. Etnografi
berasal dari bahasa Yunani ethos dan graphos yang berarti tulisan mengenai kelompok budaya
.
Menurut Le Clompte dan Schensul etnografi adalah metode penelitian yang berguna untuk menemukan pengetahuan
yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau komunitas tertentu. Etnografi memang bagian dari metode kualitatif. Akan tetapi,
etnografi lebih mengarah pada penelitian kebudayaan.
30
Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan beberapa persiapan mengingat objek dalam penelitian ini adalah folklor. Peneliti dari jauh
hari telah melakukan persiapan yakni melakukan observasi awal. Di antara persiapan yang peneliti lakukan yaitu mencari informasi jadwal
29
Lexi J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1999, h. 3.
30
Marguerite G. Lodico, Dean T. Spaulding, Katherine H. Voegtle, Methods in Educational Research From Theory to Practice San Fransisco: Jossey Bass, 2006, hlm. 268.
20
dilaksanakannya folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug,” kemudian
meminta izin kepada pihak keluarga besar Tubagus Atief untuk ikut serta dalam folklor tersebut, serta mempersiapkan foto kamera digital untuk
kebutuhan dokumentasi. Setelah itu kemudian melakukan tinjauan pustaka guna menentukan serta memastikan judul yang akan digunakan
peneliti dalam kaitannya dengan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat
Tajug ” ini.
Serangkaian persiapan tersebut di atas dilakukan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh peneliti.
“Folklor itu ada pemiliknya serta adakalanya berada di suatu daerah yang sukar dicapai, sehingga untuk ke sana saja sudah memerlukan banyak biaya, belum lagi
bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan peneliti yang kurang mengadakan persiapan diri. Hambatan yang lebih sukar lagi untuk dihadapi adalah datang dari
pemilik suatu Folklor, kepercayaan, misalnya, pemilik Folklor akan curiga apabila pendekatan yang dilakukan oleh seorang peneliti tidak patut. Pendekatan
yang salah dapat menimbulkan antipati pemilik kepercayaan kepada peneliti. Akibatnya, pemilik kepercayaan itu akan menolak untuk menceritakannya dan
apabila dipaksa mereka akan membohonginya. Keadaan yang sama akan menjadi lebih sulit lagi apabila bentuk Folklor itu adalah bahasa rahasia.
”
31
Untuk menjaga agar terhindar dari permasalahan seperti yang peneliti kutip di atas, peneliti telah melakukan persiapan-persiapannya.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah msyarakat setempat kelurahan Cilenggang, Serpong Tangerang Selatan, di sinilah
peneliti mendapatkan data dan keterangan mengenai penelitian ini. Sedangakan objek dalam penelitian ini adalah fenomena folklor yang
terjadi dan dikemas sehingga dapat digunakan sebagai media komunikasi dalam ranah komunikasi antarbudaya.
31
Dikutip dari Setya Yuwana Sudikan, “ Ragam Metode Pengumpulan Data: Mengulas
Kembali Pengamatan, Wawancara, Analisis Life History, Aanalisis Folklor, ” dalam Burhan
Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer Jakarta: Karisma Putra Utama, 2004, h. 74.
21
4. Teknik Pengumpulan Data
Mengumpulkan data menjadi tujuan utama bagi setiap peneliti, sebelum akhirnya data dianalisis dan mendapatkan sebuah kesimpulan.
Dalam mengumpulkan data, tentu dibutuhkan teknik atau cara agar mudah dan sesuai dengan kriteria ilmiah yang berlaku. Jika hal itu tidak
diperhatikan oleh seorang peneliti, maka seorang peneliti tidak akan menemukan data yang sesuai dengan standar keilmiahannya.
32
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara alamiah natural setting, serta sumber data primer, yaitu data yang didapat
langsung dari sumbernya. Adapun praktiknya dilakukan dengan cara observasi peran serta, wawancara mendalam, serta dengan dokumentasi.
33
Penjelasan mengenai pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
a. Observasi
Secara sederhana observasi dapat diartikan dengan keterlibatan langsung peneliti dalam objek yang akan diteliti dengan menggunakan
alat bantu berupa catatan kecil mengenai kejadian, lembar pengamatan, dan lain-lain. Dari pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang terjadi dengan sistematis.
34
Dalam penelitian ini, peneliti berperan secara aktif. Dalam perayaan Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug peneliti dipercaya pula
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan RD Bandung: Alfabeta, 2009, h. 224.