107 Menurut penuturan H. Mu’in dalam wawancara dengan peneliti
mengenai tanggapan pihak pengelola acara pemilik folklor dari keluarga besar Tubagus Atief terkait dengan misalnya ada anggapan
miring tentang acara ini, mereka menganggap bahwa hal itu merupakan sesuatu yang wajar. Perbedaan pendapat itu hal yang wajar
menurutnya.
“Memahami barokah kan setiap orang berbeda-beda. Kita yang ada di zaman modern ini jika berbicara barokah seperti yang ada pada cerita salaf
masyarakat zaman dulu seperti hal yang tidak pernah ada, padahal semua itu ada. Nabi Muhammad dengan segala mukjizatnya, para wali dengan segala
karomahnya, nah sekarang tinggal kita bagaimana memahami dan meyakini itu. Memahami dalam arti semua yang terjadi itu semata-mata hanya dari Allah.
Meyakini itu adalah meyakini bahwa kekuatan Allah itu memang benar-benar ada dan mutlak adanya. Tinggal bagaiamana kita memahaminya saja, benda
yang memang peninggalan para wali kekasih Allah jika kita menisbatkannya kepadanya bisa jadi sebab itu benda tersebut dikeramatkan, sebaliknya kalau
bukan karena kekuatan Allah apalah arti sebuah benda. Jangankan benda Al- Quran saja kalau kita tidak meyakini akan kekuatan Allah Al-Qur
’an sendiri tidak akan berarti apa-apa bagi orang tersebut
.”
26
Pengamatan langsung peneliti, dalam acara cuci pusaka Penutup Pusar memang sebagian masyarakat yang hadir ada yang
mengusapkan air cucian itu ke muka ada pula yang tidak. Alasannya pun variatif. Ada yang manganggap bahwa hal itu dilakukan untuk
mendapatkan berkah. Sedangkan alasan mereka yang tidak mengusapkannya ke wajah mereka menganggap bahwa itu adalah hal
yang biasa saja.
d. Kesamarataan Budaya dalam Pembacaan Maulid Nabi
Muhammad SAW
Pembacaan Maulid Nabi Muhammad dibaca secara bersamaan juga. Maulid yang dibaca pada “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”kali
ini adalah maulid Al-Barzanji. Dalam setiap tahunnya maulid yang dibaca tidak tetap, tahun ini maulid yang dibaca adalah maulid Al-
26
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Mu’in. Tangerang Selatan, 23 Juni 2013.
108
Barzanji, berbeda dengan tahun sebelumnya, perayaan tahun sebelumnya menggunakan maulid Al-
diba’i. Maulid dibacakan dalam keadaan berdiri. Hal seperti ini juga
biasa dilakukan oleh banyak kelompok masyarakat pemeluk agama Islam, terumata Islam Jawa. Membaca Maulid Nabi dengan berdiri
dimaksudkan untuk menghormati kehadiran Nabi Muhammad SAW. pada saat pembacaan Maulid dilaksanakan. Pada umumnya pembacaan
seperti ini biasanya diiringi dengan tabuan rebana. Yaitu jenis alat musik yang berbentuk seperti piringan yang terbuat dari kayu yang
dibentuk sedemikian rupa, kemudian dilapisi sisi luarnya dengan kulit kambing. Alat musik hadrah banyak ditemui di daerah Jawa. Namun
belakangan ini peneliti sendiri sudah sangat sering melihatnya di daerah Jakarta dan sekitarnya.
Gambar 4.21. Jamaah sedang Membaca Maulid Nabi
Secara umum bacaan maulid ini mengandung arti puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Hampir semua maulid sama, hanya
saja pengarangnya yang berbeda, dan masing-masing mereka
109
mempunyai ciri khas. Seperti dalam karangan imam Al-Barzanji, maulid ini hampir secara keseluruhan mengandung puji-pujian kepada
Nabi Muhammad SAW. berikut sebagian dari syair yang ditulis oleh imam Al-Barzanji.
Anta syamsun anta badrun Anta nurun fauqa nurin
Anta iksiru waghali Anta mishbahusshuduri
“Engkau bagaikan matahari, engkau bagaikan rembulan. Engkau cahaya di atas cahaya,
Engkau sumber kehidupan, Engkau penerang hatiku.”
27
e. Kesamarataan Budaya melalui Ceramah Agama
Ceramah agama disampaikan oleh dua orang penceramah Da’i. Mereka adalah Ust Ghozali dan Tubagus H. Imamuddin. Ust
Ghozali adalah tokoh ulama setempat. Ia merupakan tamu undangan yang dengan sengaja diundang oleh panitia pelaksana. Ceramah agama
memang awalnya tidak ada pada acara “Haul Cuci Pusaka Keramat
Tajug” ini. Akan tatapi semenjak haul cuci pusaka dilaksanakan di makam Keramat Tajug barulah ada ceramah agama. Menurut H. Mu’in
ini dimaksudkan agar masyaraka setempat juga dapat menambah ilmu agama dari pelaksanaan Cuci p
usaka ini. H. Mu’in juga menambahkan bahwa semua acara yang ada pada “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug”
ini hanya merupakan tambahan saja.
27
Al-Barzanji, Kumpulan Maulid, Solawat dan Doa Penutupnya Amalia: Surabaya, h. 36-39.