82
Gambar 4.6. Anak-anak yang hadir sedang menyimak sejarah perjuangan
Tubagus Atief
Dalam acara ini panitia menyediakan tempat khusus untuk anak- anak. Mereka ditempatkan di sebelah kanan makam Tubagus Atief. Ini
dimaksukan agar pada saat perayaan berlangsung anak-anak yang hadir tidak terlalu mendekat ke depan dan berdekatan dengan pencucian Penutup
Pusar. Ada bagian khusus untuk anak-anak baik laki-laki dan perempuan
4. Komunikasi antara Jenis Kelamin yang Berbeda
Komunikasi antara jen is kelamin yang berbeda pada folklor “Haul
Cuci Pusaka Keramat Tajug” terjadi antara kaum laki-laki dengan perempuan. Pada perayaan folklor ini, laki-laki lebih berperan banyak
dalam acara. Sementara perempuan hanya sebagai juru masak, penerima tamu dan lebih berada di belakang.
Hal tersebut menjadi bukti dalam perayaan ini terjadi maskulinisasi. Yaitu anggapan bahwa laki-laki lebih siap secara mental
jiwa nya dibandingkan dengan perempuan.
11
Hal ini terbukti dari sebagian besar kegiatan folklor didominasi oleh laki-laki. Mulai dari
11
Departemen Pendidikan Nasional, Tim Penyusun Kamus, Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, h.
83
pembacaan kisah Tubagus Atief sampai pada pembacaan doa penutup di akhir acara, semua dilakukan oleh kaum laki-laki. Dari sekian banyak
acara yang dilakukan pada perayaan ini perempuan hanya bertugas sebagai juru konsumsi dan perlengkapannya. Bahkan pada kegiatannya perempuan
berada di luar makam Keramat Tajug. Gambar 4.7.
Kaum perempuan ditempatkan di luar makam Keramat Tajug saat perayaan.
Gambar 4.7. ini terlihat kaum perempuan berada di luar makam Keramat Tajug. Tidak ada keterangan secara pasti mengapa kaum
perempuan di tempatkan di luar. Dari keterangan teori Joseph A. Devito dan Andi Faisal Bakti
komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda ini memiliki kesamaan. Oleh karena itu, peneliti tidak perlu menjelaskan lagi.
5. Komunikasi Antara Kaum Tradisionalis dengan Kaum Modernis
Pada perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat Tajug” ini, peneliti melihat secara umum memang yang tergolong ke dalam kaum
tradisionalis adalah mereka yang secara pendidikan masih minim. Begitu
84
juga sebaliknya, mereka kaum modernis adalah orang-orang yang mengenyam pendidikan tinggi. Dari data profil kelurahan Cilenggang
tahun 2011, memang masyarakat Cilenggang yang tamatan Sekolah Dasar SD dan Sekolah Mengengah Pertama SMP lebih banyak dibandingkan
dengan yang luluasan SMA. Tercatat ada 1.529 jiwa tamatan SD, dan 1.730 jiwa tamatan SMP. Itu artinya tamatan SD dan SMP saja jika di
gabung berjumlah 3.259 jiwa.
12
Dari data tersebut, maka peneliti dapat menyimpulakan bahwa kaum tradisionalis akan lebih kelihatan di banding
dengan kaum modernis. Selain data di atas peneliti juga melihat malalui pengamatan langsung di lapangan.
Gambar 4.8. Masyarakat saat mencuci pusaka Penutup Pusar
Gambar 4.8. merupakan suasana saat pencucian pusaka Penutup Pusar. Bak berukuran sedang yang diangkat oleh Tubagus Muhamad Aris
menjadi sorotan masyarakat yang hadir dan mereka cenderung berebutan. Meraka yang telah mencuci pusaka itu kemudian mengusapkannya ke
12
Lihat Bab III pada table 3.3.