101
mengundang Wali Kota Tangerang Selatan untuk dapat hadir dan mengikuti kegiatan tersebut. Namun ia tidak dapat hadir dan
mendelegasikan Camat Serpong sebagai penggantinya. Hal ini dimaksudkan oleh panitia agar tercipta kerja sama antar pemerintah
daerah dengan masyarakat serta keluarga besar Tubagus Atief dalam menjaga dan melestarikan budaya dan paguyuban Tubagus Atief.
e. Aneka makanan modern yang dibawa oleh masyarakat
Selain makanan yang wajib ada, yaikni nasi kebuli dan ayam bakar bekakak, ada pula makanan modern yang dibawa oleh warga
setempat. Makanan modern yang dimaksudkan adalah makanan modern yang bervariasi, tidak hanya makanan bahkan juga buah-
buahan. Makanan tersebut awalnya tidak ada dan tidak diperbolehkan menurut adat. Menurut keterangan Rendra Sos awalnya makanan itu
hanya ada dua model saja, yaitu bekakak atau ayam yang dibakar dalam keadaan masih utuh dan nasi kebuli. Dua makanan itu yang
awalnya menjadi makanan pokok pada acara folklor “Haul Cuci
Pusaka Keramat Tajug. ” Menurut kisahnya, makanan tersebut dibawa
oleh seorang warga ke makam Keramat Tajug. Dari sinilah asal mulanya dijadikannya nasi kebuli dan ayam bekakak itu sebagai syarat
acara.
102
Gambar 4.16. Tampak aneka makanan dan buah-buahan saat perayaan
“Jadi Ia bernadzar nanti kalau ada rezeki ia akan bebacaken istilah orang Sunda mah, bahasa kitanya ya membaca kalimat-kalimat Allah untuk
mendoakan orang-orang yang telah meninggal dan dikuburkan di pemakaman keluarga Tubagus Atief itu. Benarlah, beberapa hari setelah
kejadian itu ia datang ke pemakaman dan membawa nasi kebuli itu. Sampai sekarangpun tumpeng yang dibuat acara tahunan ini ya nasi kebuli itu
.”
24
Dari kutipan wawancara ini dapat dijelaskan bahwa makanan yang asalnya hanya ada dua macam saja sekarang sudah bermacam-
macam makanan dapat ditmukan pada saat acara. Hal ini terjadi karena kekentalan dan kefanatikan budaya. Pada acara kali ini makanan yang
ada sudah bervariasi.
f. Menghilangkan Prosesi Bakar Kemenyan
Awalnya pada perayaan folklor “Haul Cuci Pusaka Keramat
Tajug” dilaksanakan pula prosesi pembakaran kemenyan. Yaitu prosesi pembakaran dupa dan bersifat sakral, dan secara khusus
dilakukan oleh salah seorang anggota keluarga. Lama kelamaan prosesi tersebut tidak ada lagi, bukan berarti menghapusnya secara
keseluruhan, tetap ada tapi tidak disakralkan kembali.
24
Wawancara pribadi dengan Tubagus Tubagus Sos Rendra. Tangerang Selatan, 28 Mei 2013.