b Setelah pembelajaran selesai, minta siswa memberitahukan teman di sebelahnya satu hal yang dia pelajari.
c Gunakan pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep kunci dan petunjuk.
d Gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin.
11
3 Visual Belajar visual adalah belajar dengan menggunakan indera mata melalui
mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan media dan alat peraga. Di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses
informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap orang lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Secara khususnya
pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. Dan mereka
dapat belajar lebih baik lagi jika menciptakan peta gagasan, ikon, diagram, dan citra mereka sendiri dari hal-hal yang mereka pelajari.
Ciri-ciri pembelajar visual: a Suka membaca.
b Mengingat orang melalui penglihatan. c Memberimenerima penjelasan arah lebih suka memakai petagambar.
d Menyatakan emosi melalui ekspresi muka. e Memiliki aktivitas kreatif, seperti: menulis, menggambar, melukis, dan
merancang mendesain.
12
Belajar visual dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, misalnya:
a Dorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan peta, diagram, warna.
11
DePorter, Quantum Teaching, op.cit., h. 123 .
12
Rose, op. cit., h. 133-134.
b Gunakan bahasa ikon dalam presentasi dengan menciptakan symbol visual atau ikon yang mewakili konsep kunci.
c Gantungkan gambar berisi informasi penting disekitar ruangan pada saat menyajikan materi.
13
4 Intellectual Belajar intelekual adalah dengan memecahkan masalah dan berpikir.
Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu
pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Aspek intelektual dalam belajar dapat terlatih jika
pembelajar terlibat dalam aktivitas seperti memecahkan masalah, melahirkan gagasan yang kreatif, mengajarkan perencanaan yang strategis, mencari dan
menyaring informasi, dan merumuskan pertanyaan. Menurut Dave Meier, intelektual adalah pencipta makan dalam pikiran,
sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman
mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah
pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman diterapkan menjadi kearifan.
14
c. Tahapan Pendekatan SAVI
Menurut Meier, Pembelajaran SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan jika empat tahap berikut dilaksanakan dengan baik.
Empat tahap tersebut adalah sebagai berikut:
15
13
DePorter, Quantum Teaching. loc. cit.
14
Meier, op. cit., h. 99.
15
Ibid., h. 103.
1 Tahap Persiapan Kegiatan Pendahuluan Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal
sebagai berikut a Memberikan sugesti positif.
b Memberikan pernyataan memberi manfaat kepada siswa. c Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna.
d Membangkitkan rasa ingin tahu. e Menciptakan lingkungan fisik yang positif.
2 Tahap Penyampaian Kegiatan Inti Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi belajar yang
baru dengan cara menarik, menyenakangkan, relavan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal yang dapat dilakukan dikelas
adalah sebagai berikut: a Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan.
b Pengamatan fenomena dunia nyata. c Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh.
d Presentasi interaktif. e Grafik dan sarana yang menarik.
f Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar. g Proyek belajar berdasarkan kemitraan dan tim.
h Latihan menemukan sendiri, berpasangan, berkelompok. i Pengalaman belajar didunia nyata yang kontekstual.
j Pelatihan memecahkan masalah.
3 Tahap Pelatihan Kegiatan Inti Pada tahap ini guru membantu siswa mengitegrasikan dan menyerap
pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik adalah sebagai berikut:
a Aktivitas pemrosesan siswa. b Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali.
c Simulasi dunia nyata. d Permainan dalam belajar.
e Pelatihan aksi pembelajaran. f Aktivitas pemecahan masalah.
g Refleksi dan artikulasi individu. h Dialog berpasangan atau berkelompok.
i Pengajaran dan tinjauan kolaboratif. j Aktivitas praktis yang membangun ketrampilan.
k Mengajar balik.
4 Tahap Penampilan Hasil Kegiatan Penutup Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas
pengetahuan atau ketrampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang
dapat dilakukan di kelas adalah sebagai berikut. a Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera.
b Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi. c Aktivitas pengeuatan penerapan.
d Materi penguatan pascasesi. e Pelatihan terus menerus.
f Umpan balik dan evaluasi kinerja. g Aktivitas dukungan kawan.
2. Disposisi Matematika
a. Pengertian Disposisi Matematik
Kemampuan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika tidak hanya mencakup kemampuan kognitif saja, tetapi juga afekif. Kemampuan
afektif yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap siswa dalam pembelajaran matematika adalah sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
16
. Aspek tersebut merupakan diposisi matematik.
Disposisi matematik menurut Sumarmo adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan
berbagai kegiatan matematika.
17
Sedangkan menurut Wardani dalam Permana mengatakan bahwa
“Disposisi matematik adalah ketertarikan dan apresiasi terhadap matematika yaitu kecenderungan dan bertindak dengan positif,
termasuk kepercayaan diri, keingintahuan, ketekunan, antusias dalam belajar, gigih menghadapi permasalahan, fleksibel, mau berbagi dengan orang lain,
reflektif dalam kegiatan matematika. ”
18
Sejalan dengan kedua pendapat diatas Jeremy Kilpatrick, Jane Swafford, dan Bradford Findell menuliskan dalam artikelnya
yaitu “ productive disposition
refers to the tendency to see sense in mathematics, to perceive it as both useful and worthwhile, to believe that steady effort in learning mathematics pays off,
and to see oneself as an effective learner and doer of mathematics. ”
19
Yang artinya bahwa disposisi matematik mengacu pada kecenderungan untuk
16
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, h. 140.
17
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah: Berpikir dan Diposisi Matematik serta Pembelajarannya, Bandung : UPI, 2013, h.129
.
18
Yanto Permana, “Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Diposisi Matematis Siswa SMP Melalui P
endekatan Pendidikan Matematika Realistik”, Disertasi pada Pascasarjana UPI Bandung, Bandung: , 2010, h.44
.
19
Jeremy Kilpatrick., etc, Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics, Washington DC: National Academy, 2001, h. 131.