Indikator Diposisi Matematik Disposisi Matematika

Menurut Sumarmo, pembelajaran merupakan suatu proses, situasi, dan upaya yang dirancang guru sedemikian rupa sehingga membuat siswa belajar. 28 Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran untuk memilih informasi baru yang berkaitan dengan pengetahuan awal siswa dan menciptakan lingkungan belajar. Berdasarkan definisi di atas, pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan berupa kecakapan dan sikap. Dalam pembelajaran terdapat pengajar dan pembelajar, yaitu guru sebanyak pengajar dan siswa sebagai pembelajar. Adanya proses interaksi antara guru yang mengajarkan materi kepada siswa dan siswa menerima materi yang diajarkan guru untuk mendapatkan tujuan belajar yang diinginkan. Matematika adalah ilmu yang memiliki bahasa simbol yang efisien dan menekankan proses deduktif, penalaran logis, terstruktur, serta sebagai ilmu bantu dalam kehidupan sehari-hari. 29 Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang bilangan dan hubungan antara bilangan-bilangan yang didasari dengan penalaran untuk menemukan jawaban dalam suatu permasalahan, penalaran dalam menganalisis suatu masalah dan penalaran dalam menangkap suatu informasi secara sistematis. Jadi dapat disimpulkan pembelajaran matematika adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan menggunakan penalaran untuk menganalisis suatu permasalahan secara sistematis, logis dan kritis.

B. Penelitian yang Relevan

1. Dian Novitasari dengan judul penelitian “Penerapan Pendekatan SAVI Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual untuk Meningkatkan Aktivitas 28 Sumarmo, op. cit., h. 126. 29 Ibid., h. 112. Belajar Matematika Siswa”. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Tangerang II Pamulang tahun pelajaran 20112012 kelas VIII. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dala dua siklus. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi, angket, jurnal harian untuk mengetahui respon siswa, wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa. Dokumentasi berupa foto-foto yang diambil pada saat pembelajaran berlangsung, dan tes hasil belajar. Hasil penelitian ini menunjukan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, hasil belajar matematika siswa, dan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. 2. Ahmad Dimyati dengan judul penelitian “Penerapan Metode Hypnoteaching untuk Meningkatkan Disposisi Matematika Siswa”. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMAN 1 Kab. Tangerang tahun pelajaran 20112012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket, wawancara, catatan lapangan untuk mengetahui hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran, dan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran Hypnoteaching. Hasil penelitian ini menunjukan penerapan metode Hypnoteaching dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan disposisi matematik siswa dan respon positif siswa. 3. Agustyani Sari Ratna Dewi dengan judul penelitian “Penerapan Pendekatan SAVI Somatic, Auditory, Visual, and Intellectual untuk Meningkatkan Minat Belajar dan Pemahan Konsep Matematis Siswa Kelas VIII B SMPN 3 Depok Yogyakarta Tahun Pelajaran 20102011”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, angket, dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan terhadap minat belajar dan pemahan konsep matematis siswa dengan menggunakan pendekatan SAVI.

C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan

Pembelajaran matematika tidak hanya menitikberatkan kepada kemampuan kognitif semata melainkan juga afektif mengingat bahwa reaksi afektif sebenarnya selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan aspek kognitif seseorang. Saat siswa mengerjakan tugasnya dan mempelajari bagaimana menyelesaikan tugas tersebut mereka secara bersamaan mempelajari apakah mereka suka atau tidak melakukakannya. Siswa mengatasi tugas-tugas sulit dengan lebih efektif ketika mereka menikmati apa yang mereka kerjakan, dan kesuksesan tersebut kemudian membuat merka gembira dan bangga terhadap dirinya sendiri. Begitu sebaliknya, siswa mungkin akan merasa cemas dan frustasi dalam mempelajari materi dan mengembangkan rasa tidak senang atau sikap negatif. Sampai saat ini peserta didik masih menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga mempengaruhi kepada pandangan dan tindakannya terhadap matematika. Pandangan dan tindakan yang negatif tersebut membuat siswa tidak senang dalam mempelajari matematika yang kemudian mengakibatkan mereka malas dan acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Hal ini jelas menunjukan bahwa disposisi matematik siswa masih rendah, maka tujuan pembelajaran matematika yang ideal belum tercapai. Jika rendahnya disposisi matematik tersebut tidak segera diatasi, siswa akan terus menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan cepat menyerah saat menemukan kesulitan. Siswa tidak lagi tahu dan mungkin tidak ingin tahu apa yang akan mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah sehingga muncul berbagai macam kecurangan. Hal tersebut membuat siswa tidak lagi mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan matematika mereka dan lambat laun akan kehilangan keinginan untuk mempelajari matematika padahal matematika memiliki karakteristik yang mengarahkan bahwa matematika merupakan kebutuhan di masa kini dan masa yang akan datang. Matematika diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lain, dan juga memberi peluang