C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan
Pembelajaran matematika tidak hanya menitikberatkan kepada kemampuan kognitif semata melainkan juga afektif mengingat bahwa reaksi afektif sebenarnya
selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan aspek kognitif seseorang. Saat siswa mengerjakan tugasnya dan mempelajari bagaimana menyelesaikan tugas
tersebut mereka secara bersamaan mempelajari apakah mereka suka atau tidak melakukakannya. Siswa mengatasi tugas-tugas sulit dengan lebih efektif ketika
mereka menikmati apa yang mereka kerjakan, dan kesuksesan tersebut kemudian membuat merka gembira dan bangga terhadap dirinya sendiri. Begitu sebaliknya,
siswa mungkin akan merasa cemas dan frustasi dalam mempelajari materi dan mengembangkan rasa tidak senang atau sikap negatif.
Sampai saat ini peserta didik masih menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga mempengaruhi kepada pandangan dan tindakannya
terhadap matematika. Pandangan dan tindakan yang negatif tersebut membuat siswa tidak senang dalam mempelajari matematika yang kemudian mengakibatkan mereka
malas dan acuh tak acuh terhadap pelajaran matematika. Hal ini jelas menunjukan bahwa disposisi matematik siswa masih rendah, maka tujuan pembelajaran
matematika yang ideal belum tercapai. Jika rendahnya disposisi matematik tersebut tidak segera diatasi, siswa akan
terus menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan cepat menyerah saat menemukan kesulitan. Siswa tidak lagi tahu dan mungkin tidak ingin
tahu apa yang akan mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah sehingga muncul berbagai macam kecurangan. Hal tersebut membuat siswa tidak lagi mempunyai rasa
percaya diri terhadap kemampuan matematika mereka dan lambat laun akan kehilangan keinginan untuk mempelajari matematika padahal matematika memiliki
karakteristik yang mengarahkan bahwa matematika merupakan kebutuhan di masa kini dan masa yang akan datang. Matematika diperlukan untuk menyelesaikan
masalah matematika dan ilmu pengetahuan lain, dan juga memberi peluang
berkembangnya kemampuan yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang selalu berubah.
Berdasarkan paparan kajian teori dan penelitian yang dijadikan rujukan di atas, diasumsikan bahwa salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan disposisi
matematik adalah pendekatan SAVI. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran dengan berbuat dan bergerak somatic, belajar berbicara dan mendengar auditory,
belajar dengan mengamati dan menggambar visual, dan belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir intellectual. Dilihat dari tahapan dalam
pembelajaran SAVI yang melibatkan proses pengoptimalan siswa pada saat memulai pelajaran dengan menumbuhkan motivasi terlebih dahulu agar siswa semangat untuk
belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
Pendekatan SAVI dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan disposisi matematik siswa. Dengan mengoptimalkan seluruh panca
indera dalam pembelajaran secara langsung dalam satu peristiwa, tidak hanya mendengar dan melihat penjelasan guru, tetapi adanya hal baru dimana ada media
visual untuk dilihat, mendengarkan penjelasan selain guru, siswa berusaha untuk menerangkan dan mempraktekkan pelajaran, diskusi sesama teman, bertanya sesama
teman dan guru sehingga pembelajaran siswa menjadi lebih aktif.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritik yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Pendekatan SAVI Somatic, Auditory, Visual, Intellectual dapat meningkatkan Disposisi Matematik siswa kelas
VIII A MTs Al-Barkah ”.