Tahapan Pendekatan SAVI Pendekatan SAVI Somatic, Auditory, Visual, Intellectual

2. Disposisi Matematika

a. Pengertian Disposisi Matematik

Kemampuan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika tidak hanya mencakup kemampuan kognitif saja, tetapi juga afekif. Kemampuan afektif yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap siswa dalam pembelajaran matematika adalah sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah 16 . Aspek tersebut merupakan diposisi matematik. Disposisi matematik menurut Sumarmo adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika. 17 Sedangkan menurut Wardani dalam Permana mengatakan bahwa “Disposisi matematik adalah ketertarikan dan apresiasi terhadap matematika yaitu kecenderungan dan bertindak dengan positif, termasuk kepercayaan diri, keingintahuan, ketekunan, antusias dalam belajar, gigih menghadapi permasalahan, fleksibel, mau berbagi dengan orang lain, reflektif dalam kegiatan matematika. ” 18 Sejalan dengan kedua pendapat diatas Jeremy Kilpatrick, Jane Swafford, dan Bradford Findell menuliskan dalam artikelnya yaitu “ productive disposition refers to the tendency to see sense in mathematics, to perceive it as both useful and worthwhile, to believe that steady effort in learning mathematics pays off, and to see oneself as an effective learner and doer of mathematics. ” 19 Yang artinya bahwa disposisi matematik mengacu pada kecenderungan untuk 16 Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, h. 140. 17 Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah: Berpikir dan Diposisi Matematik serta Pembelajarannya, Bandung : UPI, 2013, h.129 . 18 Yanto Permana, “Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Diposisi Matematis Siswa SMP Melalui P endekatan Pendidikan Matematika Realistik”, Disertasi pada Pascasarjana UPI Bandung, Bandung: , 2010, h.44 . 19 Jeremy Kilpatrick., etc, Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics, Washington DC: National Academy, 2001, h. 131. memandang perasaan dalam matematika, memandang bahwa matematika berguna dan berharga, mempercayai bahwa usaha yang terus-menerus dalam belajar matematika akan mendapatkan hasil, dan untuk memandang dirinya sendiri sebagai pembelajar yang efektif dan seorang matematikawan. Kemudian Katz dalam Ali lebih khusus mendefinisikan disposisi sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara sadar, teratur, dan sukarela untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pembelajaran matematika disposisi matematik mathematical disposition berkaitan dengan bagaimana sikap siswa menyelesaikan masalah matematik, apakah percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah, bagaimana siswa bertanya, menjawab pertanyaan, mengkomunikasikan ide-ide matematik dan bekerja dalam kelompok. 20 Dari penjelasan di atas disimpulkan secara singkat bahwa disposisi matematik adalah kecenderungan untuk memandang matematika sebagai hal yang bermanfaat, bersikap positif terhadap matematika dan terbiasa melakukan kegiatan matematik.

b. Indikator Diposisi Matematik

Menurut National Council of Teacher Mathematis menjelaskan bahwa untuk menilai disposisi matematik siswa bisa dilihat dari tujuh indikator berikut: 21 1 Percaya diri menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah, menyampaikan ide dan pendapat. 2 Fleksibel dalam bermatematika dan mencoba menggunakan berbagai metode lain dalam memecahkan masalah. 3 Gigih dan tekun dalam mengerjakan tugas matematika. 20 Ali Mahmudi, Tinjauan Asosiasi Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik dan Disposisi Matematik, Yogyakarta: FMIPA UNY, Makalah Seminar Nasional Pendidikan, 2010, h. 5. 21 National Council of Teachers of Mathematics, Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, VA: NCTM Inc, 1989, h.233. 4 Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan yang baik terhadap matematika 5 Melakukan refleksi atas cara berpikir dan tugas yang telah diselesaikan. 6 Menghargai aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari dan disiplin ilmu yang lain 7 Mengapresiasi matematika sebagai alat dan bahasa. Kemudian Wardani dalam Permana mengungkapkan aspek-aspek yang diukur pada disposisi matematik, yaitu: 22 1 Kepercayaan diri dengan indikator percaya diri terhadap kemampuan diri 2 Keingitahuan dari empat yaitu sering mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan, semangat dalam belajar, dan membaca sumber buku lain. 3 Ketekunan dengan indikator gigih tekun perhatian kesungguhan 4 Fleksibel, yaitu kerja sama berbagi pengetahuan, menghargai pendapat yang berbeda, berusaha mencari solusi strategi lain. 5 Refleksi terdiri dari dua indikator yaitu bertindak dan berhubungan dengan matematika, menyukairasa senang terhadap matematika. Silver dalam Sumarmo menguraikan disposisi matematik kedalam beberapa komponen yaitu : 23 1 rasa percaya diri self confident, 2 rasa diri mampu self efficacy, 3 rasa ingin tahu curiousity, 4 senang mengerjakan tugas matematika, 5 rajin dan tekun diligence, 6 fleksibel flexibility, 7 reflektif. Berdasarkan indikator-indikator disposisi matematis tersebut, maka indikator disposisi matematik dalam penelitian ini adalah: 22 Permana. loc. cit. h. 44 . 23 Sumarmo, op. cit., h.203. 1 Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan. 2 Minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas matematik 3 Gigih, tekun dalam mengerjakan tugas matematik. 4 Fleksibel dalam menyelidiki gagasan matematik, berusaha mencari strategi lain, kerja sama dan meghargai pendapat yang berbeda. 5 Melakukan refleksi atas cara berpikir dan tugas yang telah diselesaikan.

3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran berasal dari kata belajar yang diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pelatihan pengalaman individu akibat interaksi dengan lingkungannya. 24 Belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu untuk memperoleh perubahan prilaku secara keseluruhan, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 25 Menurut Gage-Berliner belajar adalah suatu proses perubahan prilaku yang muncul karena pengalaman. 26 Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu, berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadikan kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan serta proses perolehan ilmu dan pengetahuan. Pembelajaran dapat memberikan suasana lingkungan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. 27 Dengan demikian, pembelajaran merupakan upaya untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. 24 Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 139. 25 Sofwan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010, h.205 26 B. Uno. Loc. cit. 27 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA UPI, 2001, h. 8-9.