25 sesuatu secara langsung. Siswa pada jenjang sekolah dasar menunjukkan
kecenderungan untuk senang bersama orang lain, terbuka terhadap informasi, mulai sadar akan identitas gender jenis kelamin, yang diikuti dengan hasrat
untuk menunjukkan identitasnya itu. Siswa juga memiliki hasrat permusuhan tidak toleran dan masih kuatnya sifat individualistik Mikarsa dkk, 2008: 1.18.
Berdasarkan karakteristik yang dijelaskan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa siswa pada jenjang sekolah dasar di atas dimiliki pula oleh
siswa pada kelas V sekolah dasar yaitu senang bermain dengan teman sebayanya, bekerja dalam kelompok, dan melakukan sesuatu secara langsung. Tahap berpikir
siswa berada pada tahap operasional konkret dimana siswa mampu berpikir menggunakan benda-benda konkret. Guru mempunyai peran penting untuk
menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
2.1.6 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran merupakan suatu proses atau suatu cara untuk menjadikan seseorang melakukan kegiatan belajar Andayani, 2014: 1. Kegiatan belajar
terjadi apabila terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Senada dengan arti pembelajaran tersebut, Susanto 2015: 19 menjelaskan pembelajaran merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan tujuan membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa dalam pembelajaran
guru mempunyai peran penting untuk membantu siswa belajar dengan baik sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan serta pembentukan sikap dan
pribadi yang lebih baik.
26 Hamruni 2012: 11 mengemukakan pembelajaran merupakan suatu sistem
instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen pembelajaran terdiri
dari tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan Hosnan 2014: 18 yang menyatakan “pembelajaran merupakan suatu
proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, siswa, dan komponen pembelajaran lainnya untuk
mencapai tujuan pembelajaran”. Pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila seluruh komponen dapat bekerja sama, karena setiap komponen pembelajaran
berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Rifa’i dan Anni 2012: 159 mengemukakan bahwa proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan siswa, atau antar-siswa yang dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Suprijono 2015: 13
menyatakan pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Berbeda halnya dengan Ahmad 2012: 8 yang
menyatakan pembelajaran terjadi apabila mengandung unsur pemberi, penerima, isi, upaya pemberi, dan hubungan antara pemberi dan penerima dalam rangka
membantu penerima agar bisa memahami materi yang disampaikan pemberi. Berdasarkan penjelasan mengenai pembelajaran dari para ahli, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang terjadi antara beberapa komponen pembelajaran yang saling bergantung satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran dapat berjalan dengan baik apabila seluruh komponen pembelajaran dapat bekerja sama, karena setiap komponen satu
dengan yang lain saling berkaitan dan dapat mempengaruhi jalannya
27 pembelajaran. Guru mempunyai peran penting dalam menciptakan pembelajaran
agar tercipta suasana yang kondusif khususnya dalam pembelajaran matematika agar siswa lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran. Pengajar matematika perlu
mengetahui hakekat tentang matematika, karena akan membantu dalam merencanakan pembelajaran matematika di kelas dengan tepat.
“Matematika merupakan suatu sistem yang terdiri dari lambang-lambang, kata-kata, dan kalimat-kalimat yang disusun menurut aturan tertentu dan
digunakan sekelompok orang untuk berkomunikasi” Ibrahim dan Suparni, 2012: 5. Lebih lanjut Susanto 2015: 185 mengemukakan matematika merupakan
ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia
kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menjadi lebih baik. Johnson dan Myklebust 1967 dalam
Abdurrahman 2012: 202 menyatakan “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir”. Hal ini diperkuat oleh Hudoyo 1990 dalam Aisyah dkk 2007: 1-1 yang
mengemukakan bahwa matematika berkenaan dengan ide gagasan-gagasan, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika
berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, logis, dan sistematis yang disusun menggunakan simbol-simbol lambang. Simbol-simbol tersebut disusun
menurut aturan tertentu dan dapat digunakan oleh sekelompok orang untuk berkomunikasi.
28 Aisyah 2007: 1-4 menjelaskan pada hakikatnya pembelajaran
matematika merupakan proses yang sengaja dirancang dengan tujuan menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seorang pelajar melaksanakan kegiatan
belajar matematika. Pembelajaran matematika merupakan kegiatan yang terencana yang bertujuan untuk pemberian pengalaman belajar kepada siswa
sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari Muhsetyo, 2008: 1.26.
Mata pelajaran matematika bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika.
Cornelius 1982 dalam Abdurrahman 2012: 204 mengemukakan alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan sarana 1 berpikir
yang jelas dan logis; 2 memecahkan masalah kehidupan sehari; 3 mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman; 4 mengembangkan kreativitas
dan 5 meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Mata pelajaran matematika perlu diberikan dalam jenjang pendidikan terutama di sekolah dasar
untuk membekali kemampuan berpikir dan keterampilan matematika. Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar,
sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas 2001 dalam Susanto 2015: 190, sebagai berikut: a memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme; b menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; c memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
29 masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh; d mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan suatu keadaan atau masalah; e
memiliki sikap untuk menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Susanto 2015: 186 menyatakan pembelajaran matematika merupakan kegiatan belajar mengajar yang diciptakan oleh guru untuk mengembangkan
kreativitas siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan terhadap materi matematika dengan baik. Pengertian ini mempunyai arti bahwa dalam pembelajaran matematika guru tidak hanya
menyampaikan materi saja, melainkan siswa ikut serta mencari, membangun dan mengembangkan konsep matematika.
2.1.7 Pembelajaran Konvensional