Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

23 afektif berkaitan dengan hasil belajar berupa perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategorinya meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar berupa kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotor yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas. Romizoswki 1982 dalam Anitah 2009: 2.19 mengemukakan skema kemampuan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu: 1 keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan, memecahkan masalah dan berpikir logis; 2 keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perseptual; 3 keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control; 4 keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.

2.1.5 Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

Siswa merupakan individu yang memiliki karakteristik yang khas antara yang satu dengan yang lain. Rata-rata usia siswa saat masuk sekolah dasar yaitu 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Perkembangan siswa usia 6-12 tahun termasuk pada masa pertengahan yang memiliki fase-fase unik dalam perkembangannya yang menggambarkan peristiwa penting bagi siswa yang bersangkutan Anitah, 2009: 2.20. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari aspek perkembangan fisik, sosial, bahasa, kognitif, moral dan ekspresif. Piaget 1950 dalam Susanto 2015: 77 menyatakan tahap perkembangan kognitif dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu: 1 tahap sensori motor usia 24 0-2 tahun, pada tahap ini belum memasuki usia sekolah; 2 tahap pra- operasional usia 2-7 tahun, tahap ini kemampuan skema kognitifnya masih terbatas; 3 tahap operasional konkret usia 7-11 tahun, pada tahap ini siswa sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; 4 tahap operasional formal usia 11-15 tahun, pada tahap ini siswa sudah menginjak usia remaja, perkembangan kognitif siswa pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif baik secara simultan serentak maupun berurutan. Perkembangan kognitif siswa pada jenjang sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Susanto 2015: 79 menyatakan pada usia ini anak mulai menunjukkan perilaku belajar yang berkembang ditandai dengan ciri sebagai berikut: 1 anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur secara serentak; 2 anak mulai berpikir secara operasional, yakni anak mampu memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti: volume, jumlah, berat, luas, panjang, dan pendek; 3 anak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasi benda- benda yang bervariasi beserta tingkatannya; 4 anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat; 5 anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat. Desmita 2014: 35 menyatakan anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan merasakan atau melakukan 25 sesuatu secara langsung. Siswa pada jenjang sekolah dasar menunjukkan kecenderungan untuk senang bersama orang lain, terbuka terhadap informasi, mulai sadar akan identitas gender jenis kelamin, yang diikuti dengan hasrat untuk menunjukkan identitasnya itu. Siswa juga memiliki hasrat permusuhan tidak toleran dan masih kuatnya sifat individualistik Mikarsa dkk, 2008: 1.18. Berdasarkan karakteristik yang dijelaskan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa siswa pada jenjang sekolah dasar di atas dimiliki pula oleh siswa pada kelas V sekolah dasar yaitu senang bermain dengan teman sebayanya, bekerja dalam kelompok, dan melakukan sesuatu secara langsung. Tahap berpikir siswa berada pada tahap operasional konkret dimana siswa mampu berpikir menggunakan benda-benda konkret. Guru mempunyai peran penting untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.6 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

The influence of using two stay two stray in learning reading comprehension of recount text: a quasi experimental research at second grade students of SMP Dharma Karya UT Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

2 16 106

KEEFEKTIFAN MODEL STAD BERBASIS TEORI VAN HIELE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN GUGUS DIPONEGORO KABUPATEN PATI

0 31 281

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Two Stay Two Stray Berdasar Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Two Stay Two Stray Berdasar Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD

0 0 196