Hakekat Teori Belajar Van Hiele Karakteristik Teori Belajar Van Hiele

37

2.1.9.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Two Stay Two Stray TSTS

Kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray TSTS yaitu: 1 terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas; 2 siswa dapat bekerjasama dengan temannya; 3 dapat mengatasi kondisi kelas yang ramai dan susah diatur saat proses belajar mengajar Pangaribuan, 2013: 3-4. Kekurangan model pembelajaran Two Stay Two Stray TSTS antara lain: 1 memerlukan waktu yang lama; 2 guru tidak dapat mengetahui kemampuan masing-masing siswa dalam proses memberi dan mencari informasi materi Pangaribuan, 2013: 3-4.

2.1.10 Teori Belajar Van Hiele

Bagian ini akan menjelaskan tentang teori Belajar Van Hiele, meliputi hakikat, karakteristik, dan langkah-langkah penerapan teori Belajar Van Hiele.

2.1.10.1 Hakekat Teori Belajar Van Hiele

Van Hiele merupakan seorang pengajar matematika Belanda yang telah mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam disertasinya pada tahun 1954. Penelitian yang dilakukan Van Hiele menghasilkan kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri yaitu tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi dan keakuratan Aisyah, 2007: 4-2. Van Hiele juga mengemukakan terdapat tiga unsur utama dalam pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode pembelajaran. Apabila ketiga unsur tersebut dikelola dengan baik maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap sebelumnya Aisyah, 2007: 4-4.

2.1.10.2 Karakteristik Teori Belajar Van Hiele

Aisyah 2007: 4.8-9 menyatakan karakteristik teori Van Hiele, yaitu : 38 1 Belajar merupakan suatu proses yang diskontinu, yaitu ada loncatan- loncatan dalam kurva belajar yang menyatakan adanya tingkat-tingkat pemikiran yang diskrit dan berbeda secara kualitatif. 2 Tingkat-tingkat itu berurutan dan berhirarki. Siswa dapat berperan dengan baik pada suatu tingkat yang lanjut dalam hirarki Van Hiele, apabila telah menguasai sebagian besar dari tingkat yang lebih rendah. 3 Konsep-konsep yang secara implisit dipahami pada suatu tingkat menjadi dipahami secara eksplisit pada tingkat berikutnya. Pada setiap tingkat muncul secara ekstrinsik dari sesuatu yang intrinsik pada tingkat sebelumnya. 4 Setiap tingkat mempunyai bahasanya sendiri, mempunyai simbol linguistiknya sendiri dan sistem relasinya sendiri yang menghubungkan simbol-simbol itu. Suatu relasi yang benar pada suatu tingkat, ternyata akan tidak benar pada tingkat yang lain. Van Hiele 1954 dalam Muhsetyo 2008: 1.14-16 menyatakan teori Van Hiele memiliki eksistensi lima tingkatan yang berbeda tentang pemikiran geometrik, yaitu: 1 Level 0 visualisasi Siswa yang berada pada level ini rata-rata siswa pada jenjang taman kanak-kanak sampai dengan kelas 2 SD. Kegiatan siswa pada level 0 cenderung memanipulasi model fisik, sehingga kemampuan mereka perlu diarahkan pada mengurutkan, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan berbagai bangun geometri. Mereka diberi kesempatan untuk membangun, 39 membuat, menggambar, meletakkan bersama dan memilah bangun-bangun geometri. 2 Level 1 analisis Siswa pada jenjang sekolah dasar khususnya kelas 3-6 berada pada level ini. Kegiatan siswa cenderung seperti level 0, tetapi mulai dapat mengkaji sifat-sifat bangun. Kemampuan yang dimiliki mengarah ke klasifikasi bangun berdasarkan bentuk dan nama serta sudah mampu mendefinisikan, mengukur, mengamati, dan menyebutkan sifat-sifat bangun. 3 Level 2 deduksi informal Siswa pada level 2 siswa mempunyai kemampuan menggunakan model untuk mencari sifat-sifat misalnya menyebutkan persegi panjang adalah jajar genjang dengan sudut-sudut yang siku, dan mengatakan persegi adalah persegi panjang dan jajar genjang. Siswa yang berada pada tahap ini merupakan siswa kelas 1 dan 2 SMP. 4 Level 3 deduksi Level 3 ditandai dengan kemampuan menggunakan aksiomatik deduktif dan menyusun pembuktian, dan diperkirakan cocok untuk siswa pada jenjang SMA. 5 Level 4 rigor Level 4 ditandai dengan kemampuan membedakan dan mengaitkan sistem-sistem aksiomatik yang berbeda, dan merupakan level dari matematis. 40

2.1.10.3 Langkah-langkah Teori Belajar Van Hiele

Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

The influence of using two stay two stray in learning reading comprehension of recount text: a quasi experimental research at second grade students of SMP Dharma Karya UT Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

2 16 106

KEEFEKTIFAN MODEL STAD BERBASIS TEORI VAN HIELE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN GUGUS DIPONEGORO KABUPATEN PATI

0 31 281

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Two Stay Two Stray Berdasar Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Two Stay Two Stray Berdasar Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SD

0 0 196