Lokasi Penelitian Waktu Penelitian

holistik, menganggap bahwa kasus adalah entitas menyeluruh dan bukan kumpulan bagian-bagian yang terpisah. Penelitian ini dilakukan dengan suatu asumsi bahwa sebagai pihak yang memperoleh stigma dan diskriminasi oleh lingkungan sosialnya, ODHA akan membangun dan menginterpretasikan konsep dirinya dan berperilaku sesuai dengan konsep diri itu sesuai dengan interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan kepada ODHA yang bekerja di dua LSM yang berbeda. Wawancara dan observasi dilakukan baik di tempat kerja, di rumah ODHA dan tempat-tempat lain di kota Medan yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh ODHA dan peneliti.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari penelusuran pustaka, survei pendahuluan, penyusunan proposal penelitian, kolokium seminar proposal, penelitian ke lapangan, pengolahan dan analisis data, penyusunan hasil penelitian, dan seminar hasil penelitian dan diperkirakan mengambil waktu dari bulan Mei 2012- Juli 2013. 3.3.Pemilihan Informan Dalam penelitian kualitatif, dikenal istilah informan awal dan informan kunci. Informan awal adalah orang yang pertama memberi informasi yang memadai ketika Universitas Sumatera Utara peneliti mengawali penelitian. Sedangkan informan kunci adalah orang yang bisa dikategorikan paling banyak mengetahui, menguasai informasi dan permasalahan penelitian Hamidi, 2005. Dalam penelitian ini juga digunakan istilah tersebut. Informan awal adalah orang yang pertama kali peneliti jumpai untuk mendapatkan keterangan yang memadai tentang ODHA. Informan awal yang dijumpai peneliti adalah koordinator LSM Medan Plus. Alasan peneliti memilih LSM Medan Plus adalah karena LSM ini merupakan salah satu LSM yang fokus kepada pemberdayaan ODHA dan memiliki pengalaman selama kurang lebih enam tahun sejak dilegalkan menjadi sebuah organisasi. LSM Medan Plus juga merupakan anggota dari Komisi Penanggulangan AIDS KPA Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2006 sampai sekarang. Pemilihan informan kunci dilakukan menentukan kriteria dari partisipan penelitian yaitu ODHA yang memiliki interaksi interpersonal yang baik, dalam hal ini dilihat dari aktivitas ODHA. Selain itu kriteria selanjutnya adalah ODHA yang mau memberi informasi dan dapat berkomunikasi dengan baik serta bekerjasama dengan peneliti. Informan kunci ini dapat berasal dari LSM Medan Plus atau lainnya. Selanjutnya dari informan kunci, penelitian dilanjutkan ke infoman lanjutan yaitu orang-orang yang terlibat dalam hidup ODHA, yang bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini untuk memberi informasi yang dibutuhkan sampai didapat gambaran yang utuh tentang masalah penelitian. Informan lanjutan ini dapat berasal dari keluarga sendiri, teman, kenalan, petugas kesehatan, LSM, dan lainnya. Universitas Sumatera Utara Pada penelitian ini diangkat dua studi kasus dari ODHA yang berbeda untuk mendapatkan gambaran yang lebih bervarisi tentang konsep diri ODHA, yaitu kasus Astri dan kasus Handoko nama samaran. Dari informasi mereka maka diperoleh informan lanjutan, yaitu Rika sahabat Astri, Ibu Handoko, Ozy pemimpin Handoko di tempat kerja dan Bambang sahabat Handoko. Kesemuanya memakai nama samaran. Dari informan lanjutan, peneliti dapat memperoleh informasi baru atau melakukan pengecekan ulang dalam informasi yang didapat dari informan kunci. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada orang-orang yang dianggap ahli dalam bidang HIV-AIDS. Para ahli ini ada yang berprofesi sebagai dosen, aktivis LSM, dan manajer kasus HIV-AIDS di kota Medan yaitu Dr. Linda T. Maas, MPH, Gita Kencana, SKM, MPH, Benny Iskandar dan Mutiara nama samaran. Jumlah informan yang diwawancarai dalam penelitian ini sebanyak 10 orang. 3.4.Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data “pengalaman individu life history document yaitu keterangan mengenai apa yang dialami individu tertentu sebagai warga yang sedang menjadi fokus penelitian dari suatu masyarakat Koentjaraningrat, 1989. Di dalam ilmu psikologi sering dipakai istilah personal document, dalam ilmu sejarah dan ilmu sosiologi dipakai istilah human document, sedangkan dalam ilmu antropologi budaya dikenal dengan istilah individual’s life history untuk data tersebut. Koentjaraningrat, 1989. Universitas Sumatera Utara Bentuk data ini memungkinkan peneliti memperoleh suatu pandangan dari dalam, melihat reaksi, tanggapan, interpretasi dan pengalaman individu dalam kehidupannya yang tidak terlepas dari masyarakat. Peneliti akan memperdalam pengertiannya secara kualitatif mengenai detil yang tidak dapat dicapai dengan metode observasi saja, atau metode wawancara yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung saja apalagi hanya dengan metode kuesioner. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi partisipatoris dimana pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan penginderaan peneliti yang terlibat dalam keseharian responden. Hal ini memungkinkan peneliti dapat melihat dan merasakan hal-hal melebihi yang diungkapkan oleh informan. Metode ini juga memungkinkan informan mengoreksi kesalahan cerita atau informasi yang dia berikan sebelumnya kepada peneliti. Selain observasi partisipatoris, data juga didapat dengan menggunakan wawancara mendalam. Wawancara mendalam memungkinkan peneliti mendapat informasi atau gambaran dari informan tentang permasalahan penelitian dan bagaimana cara informan menyelesaikannya. Hal ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan utama, pertanyaan follow up dan pertanyaan penyelidikan Ulin, 1992. Data yang didapat tidak didapatkan dalam satu waktu sekaligus melainkan bertahap sesuai dengan keterbukaan ODHA dan kepercayaan kepada peneliti. Peneliti sering bertanya kembali hal yang sama di pertemuan yang berbeda untuk mendapat informasi yang benar tentang ODHA. Universitas Sumatera Utara

3.5 Analisa Data