“Jadi masalahnya ga sesederhana itu.. Belum lagi yang latar belakangnya PSK, nah.. pernah aku jumpa dengan perkataan, ‘jadi
mau kau larang aku ga layani tamu.. G pake kondom.. Mau bayar berapa?’ Gimana soalnya itu dah penghasilan mereka kan.. ga
pake kondom aja bisa dalam 1 minggu Cuma 300.000, apalagi kalo pake kondom.. Padahal mereka punya anak yang harus dikasi
makan, belum lagi suaminya yang nuntut harus ada uang dibawa.. Ah macemlah.. Nah, kalo dah gitu gimana lagi”
d.Pribadi yang mendiskriminasi dirinya sendiri
Berkaitan dengan stigmatisasi diri, di kalangan orang-orang yang telah mengetahui dirinya terkena HIV-AIDS ditemukan juga sikap mendiskriminasi dirinya sendiri. Hal
ini disampaikan oleh, sebut saja Mutiara, salah seorang Manajer Kasus HIV di kota Medan, yang ingin namanya disamarkan. Mutiara, menyatakan dari kasus-kasus yang
ia tangani, ia mendapati ada juga ODHA yang mendiskriminasi dirinya sendiri dengan cara menjauhi komunitas, tidak berhubungan seks dengan pasangannya lagi,
tidak mau memakai peralatan makan bersama dan lain sebagainya. Hal ini terjadi karena ODHA tersebut tidak mau menularkan kepada orang lain.
Menurut Mutiara, hal ini terjadi karena kekurangan informasi tentang HIV-AIDS. Mutiara berpendapat seorang ODHA dapat hidup normal sama seperti orang pada
umumnya dan tidak harus memisahkan diri dari lingkungan sosialnya. Mutiara sendiri menyarankan kepada pasangan yang salah satunya positif, untuk tetap
berhubungan seks seperti biasa, hanya saja harus memakai kondom. “Mereka takut menularkan ke keluarganya.. kadang-kadang ga
mau berhubungan seks. Kalo kita kan nyaranin mereka bisa hubungan seks tapi pake kondom. Banyak disini pasangan suami
istri yang tetap berhubungan seks tapi ga saling menularkan.”
Universitas Sumatera Utara
Diskriminasi diri juga dapat terjadi dalam bentuk “ingin diistimewakan”. Ada ODHA yang memanfaatkan statusnya sebagai seorang positif HIV untuk mendapatkan
perlakuan khusus dari petugas kesehatan ataupun para pekerja LSM yang membantunya. ODHA memandang dia berhak atau layak untuk menerima bantuan
karena dia ODHA dan kewajibannya adalah untuk tidak menularkan virus kepada orang lain, yang belum tentu juga akan dilakukannya. Pengalaman dengan ODHA
yang memiliki konsep diri seperti ini dialami oleh Gita Kencana. “Ada juga ODHA yang sudah mengetahui tentang fasilitas
layanan tersebut, sudah butuh, tetapi tidak mau untuk mengakses. Ada yang ingin mendapatkan perlakuan istimewa dengan
statusnya, bergantung pada “kebaikan hati” pekerja LSM dan menuntut bermacam hak tanpa juga melakukan kewajiban.”
e.Balas Dendam