Orang yang Diberi StigmaLabel Orang yang Membutuhkan Dukungan

lingkungannya. Tingkat penerimaan yang masih rendah ini, menurut Linda yang mempengaruhi ODHA dalam menyikapi infeksi HIV-nya: “Tingkat penerimaan orang terhadap HIV kan berbeda. Kalo misalnya orang kena kanker, orang disekitarnya kan akan menunjukkan sikap penuh kasih sayang.. tidak ada yang ketakutan. Tapi ketika dia hiv, walaupaun dia sehat segar, dia belum perlu pake ARV, dia kayak kita, tapi begitu orang tahu dia HIV, semua itu hilang..”

b.Orang yang Diberi StigmaLabel

Stigma atau pelabelan yang diberikan oleh masyarakat umum terhadap ODHA adalah penyakit yang berhubungan dengan moral. Hal ini disampaikan oleh Linda dan Gita: “Orang dengan HIV-AIDS itu biasanya ketakutan karena stigma moral dari orang lain itu. Orang dengan HIV itu biasanya dikaitkan dengan bule, unsafed sex, dan itu semua terbentuk karena moral. Padahal ODHA ga’ ada berpikir tentang moral.. Orang itu tahu dia bukan terinfeksi karena moral. Orang yang mempersepsikan masalah HIV itu masalah moral.” Linda “…orang kadang menyamaratakannya menjadi “Penderita AIDS” terkait stigma yang ada di masyarakat, terkait ‘penyakit kotor, tak bermoral, kutukan Tuhan, dan lain-lain, sehingga menyebabkan ODHA menjadi terbebani tidak hanya dengan HIV yang ada di tubuhnya, tetapi juga dengan stigma…”Gita

c.Orang yang Membutuhkan Dukungan

Orang yang terkena HIV-AIDS, sama seperti orang yang terkena penyakit lainnya, membutuhkan dukungan dari orang disekitarnya dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, apalagi dengan beban ganda seperti yang telah disinggung sebelumnya. Hal ini disampaikan oleh Mutiara, yang telah bekerjadi dunia HIV-AIDS sejak tahun 2005, mengatakan bahwa dukungan keluarga sangat berperan penting dalam kepatuhan seorang ODHA meminum obat. Jika keluarganya menerima ODHA maka Universitas Sumatera Utara proses pemulihannyapun akan semakin cepat yang ditunjukkan dengan meminum obat dengan teratur, dan demikian sebaliknya. Gita juga membagikan pengalamannya dengan ODHA seorang waria dan gay yang sebelumnya aktif di LSM dan ketika mereka didiagnosa positif, mereka langsung menghubungi Gita untuk meminta dukungan. Mereka adalah orang-orang yang sudah mengetahui banyak informasi tentang HIV-AIDS tetapi sebagai orang yang terinfeksi tetap membutuhkan dukungan dari orang-orang yang dipercayainya karena tetap saja bayangan akan kematian akibat AIDS atau dampak status HIV mereka terhadap keluarga, pekerjaan dan kehidupan sosial mereka, akan membebani mereka. Berikut dipaparkan oleh Gita: “HIV, AIDS dan kematian ada dalam pikiran mereka. Bagaimana dengan keluarga ketika mereka meninggal keduanya belum menikah, tapi mereka punya ibu dan saudara2 kandung itu mereka sampaikan, begitu juga dengan apa yang mereka hadapi berkaitan ketika mereka jatuh sakit, butuh uang, ga bisa kerja, dsb. tapi justru pada poin mereka curhat seperti itu, kita bisa sampaikan bahwa mereka punya harapan untuk tetap hidup normal. harus bisa jaga diri supaya tidak sakit. dan alhamdullilah sampai sekarang mreka sudah akses ARV, tetap bekerja, kalaupun sakit ya tidak sampai dirawat di rumah sakit”. Linda juga menyatakan hal yang sejalan bahwa di tengah-tengah situasi tentang HIV- AIDS yang masih menjadi “momok” bagi masyarakat, ODHA memiliki sosok sebagai orang yang membutuhkan dukungan. Dukungan ini lebih cenderung ke arah dukungan secara psikologis, moril dan spiritual. Hal ini juga yang menyebabkan program-progam penanganan HIV-AIDS saat ini lebih ditujukan ke arah dukungan psikososial melalui kelompok-kelompok dukungan. Universitas Sumatera Utara “Itulah gunanya mereka bergabung dengan support group. Support grup ini membuat mereka lebih nyaman bahwa mereka dimengerti, bisa share besama-sama, itu yang memperbaiki konsep diri meraka.”

d.Orang yang Membutuhkan Informasi